one

23 3 0
                                    

(Y/N) POV

Aku menempelkan dahi ini ke pinggiran tebing tempat sepupu yang kusayangi mengakhiri hidupnya, mengingat kembali saat dimana Uchiha Shisui sosok kakak dan panutan yang sempurna bagiku lebih memilih untuk mengandalkan masa depan klan juga tekad apinya kepada sahabatnya Uchiha Itachi.

Aku mengingatnya dengan jelas, kata-kata yang diucapkan Shisui pada Itachi.

"Kematian orang yang terkasih memberikanku kekuatan baru. Itu adalah Mangekyo sharingan, kekuatan yang datang dari pukulan emosional."

Aku saat hanya bisa bersembunyi dibalik bebatuan dan semak belukar, hingga tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang panas di mata ini.
Aku dengan jelas melihat Shisui yang memberikan sebelah bola matanya pada Itachi dengan harapan bahwa sahabatnya itu dapat mewujudkan tekadnya.
Pikiranku tercampur aduk, aku tidak bisa membedakan lagi air mata atau aliran darah yang menandakan energi aktivasi dari kekuatan baru.

"Aku senang bisa berteman denganmu, aku mengandalkanmu untuk menangani sisanya dan tolong lindungilah (y/n)."

Itu adalah kata-kata terakhir yang aku dengar dari saudara terkasihnya.

Kegelapan...

Di suatu tempat di tubuhku yang menyatu dengan kegelapan, sesuatu terasa membara. Dua percikan api kecil, satu disetiap mata berderak seolah mencari kehangatan samar, aku sendiri menangis dalam diam.

Dalam sekejap, percikan itu membesar dan menyelimuti seluruh tubuhnya. Mata ini, inti dari kobaran tersebut.

"Aku mengerti, Shisui."
Cahaya merah terang bersinar di mataku yang masih meneteskan bulir air mata.
"Aku berjanji kepadamu. Dengan namaku (y/n), aku akan berusaha berjalan membawa perdamaian yang kau inginkan, dimanapun dan bagaimanapun caranya."

(Y/n) membiarkan suara hatinya naik di kegelapan malam itu,
Tanpa diketahui siapapun tekadnya akan membawanya pada dunia yang baru.

***

"Berhenti!!" Teriakku sambil berusaha mengejar Itachi yang menghidariku, dan kulemparkan kunai ditanganku, semoga dia tidak terluka dalam.

"Ngh!" Goresan kecil mucul dibahu pria itu, terlihat sedikit robekan di pakaiannya.

"Jadi jalan ini yang kau pilih Itachi" batinku sedih, sambil berjalan perlahan kearahnya kucoba untuk mengalihkan atensinya

Mangekyo Sharingan...

Dua orang dengan mata menyala saling bertatapan, mencoba menyelami segala kenyataan bahwa perdamaian selalu membutuhkan pengorbanan.

Perasaan ini yang konon sempat membeku stelah kepergian Shisui, terguncang kembali oleh sosok dihadapaku yang terlihat putus asa. Tubuhku bergerak lebih cepat tanpa kusadari.
Sebelum Itachi bersiaga, aku memeluknya dengan erat dan mencoba menyalurkan siaa kehangatan yang kumiliki.

"Jadi begini akhirnya Itachi."

"Aku harus."

"Permintaan Shisui saat di tebing sungai nakano, aku mendengar semuanya." Kulihat pupil mata Itachi yang sedikit melebar, terkejut mungkin.
Entahlah..

"Bila kamu ragu karena hal itu maka lepaskanlah janjimu, aku tidak apa Ita-kun.
Demi perdamaian yang kita impikan pengorbananku tidaklah begitu berarti." Ujarku mantap

Tidak ada jawaban, namun aku bisa merasakan pelukan yang mengerat dan basahnya air mata menetes pada bahuku.
Saat ini aku hanya bisa tersenyum pedih, ini akan menjadi saat terakhir untukku melihat Itachi dalam jarak sedekat ini.

"Aku tahu kau memiliki alasan untuk ini Itachi, apapun langkah yang kau tempuh aku akan selalu mempercayaimu seperti Shisui yang sama mempercayaimu. Berbahagialah.. ah tidak lebih tepatnya bertahanlah dan jangan terlalu keras pada adikmu. Hiks..
Aku minta maaf karena tidak bisa menghentikan kudeta, bila ini yang terbaik untuk desa dan klan kuharap di masa yang akan datang tidak ada lagi peristiwa seperti ini yang terulang kembali." Tangannya mulai melepas rangkulanku.

(Y/n) melepaskan kalung dilehernya dan memberikannya pada Itachi, sebuah tanda perpisahan. Etahlah (y/n) merasakan pria dihadapannya menatapnya cukup intens.

"Entah kenapa bandul kalung ini sepertinya cukup menggambarkan aku, kau dan Shisui

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Entah kenapa bandul kalung ini sepertinya cukup menggambarkan aku, kau dan Shisui. Tiga cincin dengan terpisah oleh jarak hiks..
Jarak dimana banyaknya perbedaan waktu dan dunia.
Kuharap kita dapat selalu mengingat setiap kenangan yang sudah kita lalui hiks..
Sekarang jangan ragu dan menghindariku Ita, aku sudah siap mati ditanganmu lagipula sepertinya Shisui-nii sudah menungguku hehehe" ucapku dengan suara yang kian mengecil.

Sringg..
Tetesan darah keluar dari tubuhku membuatku jadi lemas dan mulai kehilangan pijakannya. Setelahnya netra gelap ini memejam, hingga akhir telingaku dipenuhi suara isak tangis.

"Berjuanglah.. Ita..chi.."
(Y/n) pun ambruk dipelukan Itachi dengan kunai yang membus dadanya.

To be continue..










"percakapan" (font normal untuk lawan bicara)

"percakapan" (font miring untuk pov y/n)

"percakapan" (font miring bold untuk pov y/n dalam hati)

THE BLACK FAIRYWhere stories live. Discover now