Pulang

314 29 0
                                    

"Nggh ... Blaze...." Suara erangan lembut membelah keheningan pagi. Sang surya pula barulah terbit di ufuk timur cakrawala, memberi terang bagi dunia-

"Ngigau apa lagi dia...?"

Sumber dari dua suara yang berbeda itu adalah kamar yang dihuni oleh Ice dan adiknya, Solar. Tidak biasanya, Ice pagi itu sudah terjaga. Atau mungkin lebih tepat disebut belum tidur karena dia sudah tidur pulas pada hari sebelumnya.

Agak aneh rasanya bagi Ice ketika ia menemukan Solar yang tertidur pulas di atas ranjang dan selimut dengan kedua tangan dan kaki terentang saling menjauh seperti bintang laut. Biasanya Solar lebih suka menyembunyikan diri di bawah selimut sampai hanya terlihat kepalanya saja.

Setelah mengamati keadaan kamar barulah Ice mengerti kenapa Solar tertidur seperti itu. AC kamar yang biasanya menyemburkan hawa dingin sekarang terasa menyemburkan angin saja, bahkan terasa hangat.

"Pasti ulah Blaze ...." Ice menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala. Tanpa membuang waktu, Ice segera membalikkan suhu AC sampai titik terdingin.

Seperti itulah yang sering terjadi jika tiga kakak tertua sedang tidak berada di rumah. Omong-omong mengenai tiga kakak tertua, yang tidak lain adalah Halilintar, Taufan dan Gempa ....

"Bohong! Itu bukan aku!"

"Siapa lagi yang warna matanya merah kalau bukan kamu, Hali ...?"

"Mungkin alien?"

Begitulah adu argumen terjadi di dalam sebuah mobil kecil yang dikemudikan Fang. Si pengemudi nampak cemberut sambil sesekali memijat-mijat keningnya. Belum ada sepatah kata pun terucap oleh Fang sejak dari tempat perkemahan.

"Ehehehe ... sorry, Fang." Di sisi Fang, Gempa terkekeh-kekeh sambil menggaruk-garuk pipi. Memang begitu ciri khas Gempa dan saudara-saudaranya jika sedang salah tingkah.

"Lain kali jangan bawa lato-lato," ketus Fang. Semalam dia baru mengetahui bahwa biji lato-lato ternyata lumayan keras, apalagi jika mengenai kepala.

"Salahmu sendiri bawa minuman aneh-aneh," celetuk Halilintar. Dari bangku belakang mobil, dia melirik sinis saja ke arah Fang.

Di sisi lain, Taufan malah senyum-senyum sendiri sambil menatap ponselnya. "Ngga sangka lho, Hali. Ternyata kamu hyper-nya lebih dari aku kalau mabuk."

Secara diam-diam Fang ternyata mengabadikan momen yang langka seperti semalam itu dengan kamera ponselnya. Boleh dibilang tingkat kelangkaan gambar yang diabadikan Fang itu hanya terjadi seumur hidup sekali.

"Sudah, sudah," ketus Halilintar gusar. Jika saja ini adalah sebuah anime, akan jelas terlihat perempatan urat di keningnya. "Jangan lagi-lagi bawa minuman macam itu."

"Ya ..." Fang menganggukan kepala. Kali ini dia setuju dengan Halilintar. "Cukup di rumah saja aku minum itu."

Mendadak Taufan tertawa terbahak-bahak. Tentu saja seisi mobil itu melihat atau melirik ke arahnya.

"Ada apa, Fan?" tanya Gempa penasaran.

Taufan tidak langsung menjawab. Dia memperlihatkan ponselnya kepada Gempa, dimana pada layar ponsel itu terdapat percakapan antara Taufan dengan adiknya, Blaze.

Gempa kontan menutup mulutnya untuk mencegah tawa berlebih.

"Apa sih, Fan?" Terdorong penasaran, Halilintar mencuri padang ke layar ponsel Taufan. Apa yang dilihat oleh Halilintar cukup membuat perempatan urat di keningnya bertambah banyak.

Bagaimana tidak? Taufan mengirimkan foto-foto dan video yang awalnya diambil oleh Fang ketika Halilintar mabuk kepada Blaze. Tentu saja hal itu membuat Blaze tertawa terpingkal-pingkal sampai bergulingan di lantai. Masalahnya Blaze menyebarkan video dan foto-foto itu kepada ....

"Astaga! Dia kirim foto dan video itu ke Yaya? Ying?" Halilintar meneguk ludah.

"Ah ya, Abang Kaizo juga," celetuk Fang. "Momen langka lho, Abang Kaizo sampai tertawa lupa umur."

Sepertinya ada suara sesuatu terputus ketika urat kesabaran Halilintar tertarik paksa melebihi batas. Mungkin memang terlebih karena kini Halilintar, sesuai dengan namanya, sudah melilitkan kedua tangannya pada leher Taufan. Tidak hanya melilitkan, namun juga memeras seperti mengeringkan kain pel basah.

"Ohok! HALIIII!"

"HOI! HALI! MATI ITU TAUFAN!"  Sigap, Gempa langsung berusaha memisahkan Halilintar dan Taufan.

Mobil kecil Fang yang  memang tidak memadai sebagai arena konflik itu pun oleng.

.

.

.

Nah, jangan coba-coba minum alkohol secara berlebih ya? Kalian tidak akan sadar bakal berubah sifat seperti apa jika mabuk dan biasanya akan berbahaya.

Tamat.

Terima kasih kepada para pembaca yang sudah bersedia singgah. Bila berkenan bolehlah saya meminta saran, kritik atau tanggapan pembaca pada bagian review untuk peningkatan kualitas fanfic atau chapter yang akan datang. Sebisa mungkin akan saya jawab satu-persatu secara pribadi.

Sampai jumpa lagi pada kesempatan berikutnya.

"Unleash your imagination"

Salam hangat, LightDP.

Author fanfic anda sejak 2003.

BerkemahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang