Bab 9: Labirin Gunung Berapi Gruen

224 23 10
                                    

Padang Pasir Gruen

Di padang pasir Gruen, GAZ Tigr milik Kanae terus menerobos badai pasir yang semakin ganas tersebut. Didepannya, sebuah angin puting beliung berputar sangat ganas, namun, itu tidak menghalangi kecepatan GAZ Tigr dan Kanae terus memacu kendaraan tersebut dengan kecepatan penuh menerobos angin beliung tersebut, didalam kompartemen, Kanae terus memperhatikan layarnya untuk melihat situasi di luar dengan termal komandannya.

Hingga akhirnya, mobil tersebut keluar dari angin beliung itu dan segera, didepan Kanae, penampakan Gunung Berapi Agung Gruen mulai terlihat, disanalah lokasi Kanae selanjutnya.

GAZ Tigr segera berhenti, dan Kanae segera turun dari kendaraan miliknya, lalu, Kanae segera menghilangkan mobil tersebut dan berubah menjadi pecahan polygon.

" baiklah, jadi ini gunung berapinya, ya?" ucap Kanae sambil melihat gunung itu mengeluarkan beberapa lahar.

Kanae agak sedikit khawatir apakah dia yakin akan masuk kesana, namun ia segera menggelengkan kepalanya.

" ayolah Kanae, kau pasti bisa" ucapnya meyakinkan dirinya sendiri.

Kanae segera berjalan melewati jalanan yang tertutup oleh uap panas, dimana Kanae mulai merasa panas.

" astaga, ini panas sekali! Bahkan aku belum masuk kedalam gunung itu" ucapnya.

Perjalanan Kanae sedikit berat kali ini, karena dirinya harus menahan panasnya gunung berapi ini, meski baru luarnya saja, namun panasnya sudah seperti berada di dalam sebuah sauna.

Hingga akhirnya, Kanae sampai di sebuah gerbang berbentuk batu, yang merupakan pintu masuk dari labirin Gruen.

" jadi ... ini pintu masuknya ya?" ucap Kanae.

Lalu, tanpa buang waktu, Kanae segera memasuki labirin tersebut.

Didalam Labirin Gruen

Didalam labirin ini, semua ruangan diisi oleh lava dan batu vulkanik, suhu didalam juga semakin meningkat karena aktifitas lahar dan lava yang aktif.

Didalam, Kanae juga menemukan beberapa batu berwarna ungu cantik, yang menurut informasi, batu itu merupakan batu diam, Kanae sedikit bingung kenapa batu itu dinamai batu diam, namun dirinya tidak begitu peduli dan melanjutkan perjalanannya, disana, ia segera menuruni beberapa anak tangga yang bahkan Kanae sendiri bingung siapa yang membangun anak tangga yang seolah dibangun oleh tangan makhluk hidup cerdas.

Kanae kemudian memperhatikan sekitar labirin tersebut, melihat dari suhu dan juga lingkungannya yang berisikan lava gunung berapi saja, pasti ini adalah labirin yang sangat sulit.

" melihat dari lingkungannya saja, pasti sudah sangat sulit orang biasa untuk bisa keluar hidup-hidup" ucap Kanae.

Kemudian ketika Kanae akan berjalan kembali, sebuah raungan dan juga angin yang kencang menerjang tubuh Kanae.

" ughh!!"

Lalu, sebuah cipratan Lava terbang menuju Kanae, Kanae segera melompat mundur dan lava tersebut hampir mengenai Kanae.

" astaga, aku hampir saja berubah menjadi daging panggang!" ucapnya.

Lalu, didepannya, seekor banteng dengan seluruh tubuhnya dipenuhi oleh lava panas berdiri didepannya, matanya menatap tajam Kanae, seolah dia siap untuk membunuhnya kapan saja.

"waw, banteng yang terbuat dari lava?" Ucap Kanae ketika ia melihat banteng lava tersebut.

Banteng lava itu hanya mengendus, kaki kanan depannya di gesekan ke tanah, siap untuk menerjang dan menyeruduk Kanae, banteng itu segera berlari sambil berteriak keras, mengarahkan tanduk lavanya kearah Kanae.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 01, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Arifureta: The SummonersWhere stories live. Discover now