Mulai berubah.

222 38 10
                                    

Awalnya kehidupan pernikahanku berjalan baik-baik saja, manis dan penuh kebahagiaan. Apalagi semenjak lahirnya putri kecil kami berdua. Kebahagiaan rasanya berlipat-lipat ganda.

Kini putri kecil kami sudah berusia delapan tahun. Ia tumbuh dengan sangat baik, sehat, pintar dan ceria.

Tapi, perlahan semuanya terasa berubah. Suamiku lama-lama seperti orang asing bagi kami berdua.

Ia tak lagi memiliki waktu untuk kami berdua. Entah karena memang sibuk dengan pekerjaannya. Ataukah mungkin ada hal lainnya yang tak ku ketahui?

Aku menggelengkan kepala, mencoba mengenyahkan pikiran negatif yang kerap kali mampir di kepala cantik ku.

Aku mengenal suamiku dengan baik, dan aku percaya kalau suamiku adalah pria yang setia.

Tapi tak ku pungkiri setiap kali kata setia keluar dari mulutku, dadaku terasa sesak. Seolah tak menerima kata setia itu ku tujukan untuk suamiku.

"Mama." panggilan itu membuat diriku segera menoleh dan tersenyum pada putriku yang sudah selesai memakai seragam sekolahnya.

"Udah siap?" tanyaku yang di anggukinya.

"Yaudah, kalau gitu sekarang kita sarapan dulu ya sayang." Zarine putriku mengangguk.

Kami berdua pun segera menuju ke ruang makan, tapi disana tak ada suamiku.

Kemana dia? Batinku bertanya-tanya.

Panjang umur! Baru saja aku mencarinya suamiku muncul dengan penampilan yang telah rapih dengan setelan pakaian kerjanya.

"Pagi." sapanya tersenyum.

Aku balas tersenyum dan lalu mengajak suamiku untuk sarapan bersama. Tapi, suamiku menolak dengan alasan buru-buru harus pergi bekerja.

Tinggalah kami berdua setelah suamiku pergi. Aku menatap Zarine yang raut wajahnya kini tampak murung. Sepertinya Zarine sedih karena lagi-lagi papanya tidak bisa mengantarkannya ke sekolah.

"Sayang, ayo kita sarapan." ajakku berusaha mengalihkan perasaan sedihnya.

Syukurlah putriku mengangguk dan tersenyum. Aku beruntung memiliki putri sepertinya, dia berusaha kuat dan baik-baik saja walaupun saat ini dia sedang merasa sedih.

Kami berdua sarapan bersama dengan santai. Selesai sarapan aku segera mengantar putriku ke sekolahnya.

Selesai dengan urusan mengantar anak sekolah aku belanja untuk mingguan. Stok bahan-bahan makanan di kulkas kosong.

Rencananya hari ini aku ingin membuatkan bekal makan siang ke kantor suamiku.

Dan aku sengaja tidak mengabarinya biar menjadi kejutan. Siapa tau dengan kejutan ini bisa membuat hubungan kami yang mulai terasa asing bisa kembali menjadi hangat seperti sedia kala.

Sekitar hampir satu jam setengah aku sibuk di dapur, akhirnya selesai juga. Sekarang aku tinggal beres-beres dulu biar bersih. Lalu setelahnya aku tinggal mengantar bekal makan siang ini.

Aku menghela nafas sabar saat terjebak macet begini. Kalau sudah begini memang membosankan ya, ingin rasanya berteriak minta kemacetan ini berakhir.

Tersenyum lega saat drama yang membuat bosan ini berakhir, dan aku pun bisa ke kantor suamiku dengan tenang.

Sesampainya di sana aku tak melihat sekretaris suamiku. Loh, kemana wanita ini? batinku merasa heran.

Aku langkahkan kakiku menuju ruangan suamiku. Tanganku perlahan bergerak menyentuh handle pintu, mulai membukanya dan....

Dia (wanita kedua) Where stories live. Discover now