found him

758 51 0
                                    


Seminggu telah berlalu semenjak Rona yang pulang dengan keadaan kacau. Selama seminggu itu pula, Rona tidak pernah mau menjawab siapa yang melukainya saat Gabriel bertanya. Ia justru akan menangis dan mengatakan tidak mau bersekolah lagi.

Gabriel sungguh sakit melihat keadaan adiknya yang seperti itu. Rona terlihat sangat trauma pada saat ini. Emosinya juga tidak stabil, kadang menangis dan kadang melamun.

Gabriel tidak sanggup jika harus melihat Rona seperti itu lebih lama lagi. Maka dari itu, mulai hari ini dan seterusnya Gabriel tidak akan bertanya apapun lagi pada Rona yang membuat adiknya mengingat kejadian mengerikan yang menimpanya.

Tapi bukan berarti ia akan diam saja. Gabriel akan mencari tahu sendiri siapa yang dengan teganya melukai Rona.

Hari ini, Gabriel berniat untuk datang ke sekolah Rona. Ia akan mengurus berkas-berkas Rona untuk meninggalkan sekolah. Mungkin nanti disana dia akan dapat petunjuk siapa pelaku pembuly Rona.

"Rona, kakak pergi sebentar yaa..." ucap Gabriel pada Rona yang sedang meminum cokelat panas di ruang tamu.

Rona mendongak menatap Gabriel.
"Jangan lama-lama kak." ujarnya yang Gabriel balas dengan senyuman.

Gabriel mengacak rambut Rona.
"Baik-baik di rumah."

Kemudian Gabriel bergegas dari sana. Ia melesatkan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju sekolah Rona. Tak lama, mungkin hanya sekitar 30 menit untuknya sampai.

Di sana ia segera menuju ruang kepala sekolah dan mengurus berkas-berkas Rona. Setelahnya ia diantar pada guru BK untuk mengantarnya mengambil barang-barang Rona di loker.

"Mari saya antar pak." ujar guru BK bername tag Gustian.

"Terimakasih."

Mereka berdua pun mendatangi loker Rona di koridor sekolah.

"Kalau boleh tahu, apa keadaan Rona sangat buruk sehingga ia memutuskan untuk keluar dari sekolah pak?" Gustian bertanya pada Gabriel yang sedang memasukkan buku-buku Rona ke dalam kardus.

Namun mendengar pertanyaan guru BK itu, gerakan tangan Gabriel seketika terhenti.

"Maksud anda?" tanyanya memastikan sesuatu.

"Ahhh itu, sebenarnya..." Gustian tidak yakin akan memberitahukan kejadian munggu lalu pada wali Rona, sebab setahunya kemarin masalah itu sudah selesai dengan baik. Sehingga ia pikir tidak perlu memberitahukannya pada Gabriel, tapi melihat Rona yang sampai kelaur dari sekolah, Gustian tidak yakin kalau semuanya baik-baik saja.

"Benar, anda guru BK. Seharusnya anda tahu apa yang terjadi pada Rona bukan?" tanya Gabriel lagi.

Merasa tak ada pilihan lain, Gustian akhirnya memutuskan akan menceritakan semuanya pada Gabriel.

"Kita bicarakan di ruangan saya saja." balas Gustian.

Gabriel mengangguk, ia memasukkan barang Rona yang lain ke dalam kardus. Setelahnya, mereka pun bergegas menuju ruang BK.

Di sana Gustian menceritakan semua yang ia tahu pada Gabriel tanpa ada yahg ditutup-tutupi. Dan setelah mendengar penuturan Gustian itu, sebuah konklusi telah Gabriel ambil.

"Ini pasti ulah bocah Sultan itu!" suaranya terdengar dalam sarat akan kebencian.

Sementara Gustian ingin mengingatkan bahwa mereka sudah saling memaafkan, namun urung sebab ia tidak mengetahui kejadiannya secara langsung. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada Rona setelah ia meninggalkan ruangan BK ini sendirian. Bisa saja Sultan dan teman-temannya kembali mengganggunya.

Gabriel pamit untuk pulang dan mengucapkan terima kasih atas apa yang Gustian telah beritahu.

Gabriel keluar dari ruang BK. Ia menghela nafas kasar. Ia menatap seisi sekolah ini dari ujung ke ujung.

Bad DestinyWhere stories live. Discover now