Chapter 7

269 26 3
                                    

Jenis hubungan seperti apasih sebenarnya yang pernah Rere miliki? Cinta yang rasanya terasa mahal untuk ia miliki itu. Bolak balik dia harus dipatahkan oleh harapan bodoh bernama cinta. Muak mendengarnya sampai dia sudah lupa dia juga pernah mencintai orang dengan sebodoh itu, lalu memutuskan untuk mengubur rasa. Yakin tidak akan pernah menggalinya lagi. Sampai hilang akal, terbesit untuk datang ke pelukan Devan dengan mudah. Keisengan yang menjadi malapetaka, niat bodohnya menikah berubah menjadi sebuah bumerang untuk ia jalani selamanya. Sisa hidupnya.

Tadi sore, Rere sudah pastikan untuk pulang sendiri menaiki taxi. Lalu kemudian Devan menelfon, mengabari dia akan menjemput, disisa kesibukannya, masih menjalankan peran suami terbaiknya, mereka pulang bersama. Membiarkan keheningan merangkul sedang Alea selalu memilih tidur setiap kali menaiki mobil Devan.

Sebenarnya, dibandingkan siapapun yang pernah Rere pacari, Devan adalah kandidat yang memang benar bisa dia gapai. Label menikah menjadi pengikat mereka secara utuh. Diantara jajaran orang yang pernah dia beri harapan, Devan lah yang menjadi pemenang tak sengaja dalam hubungan yang katanya akhir dari sebuah puncak hubungan memadu kasih—pernikahan. Tidak ada keanehan ketika dia jatuh cinta dengan Devan, sepertinya memang itu adalah hal yang harus coba dia lakukan mulai sekarang, seperti kata Zen dia harus bangkit dan dia harus kembali menumbuhkan rasa mencintai itu—lagi.

Dia sudah cukup muak, mendengar presepsi cinta, dan segala keruwetan di dalamnya.
Rere memang tipikal seperti itu. Jatuhnya tidak bisa terus di ulang, yang lebih memilih mundur untuk tidak kembali jatuh.

Jika bukan karena hidup yang terus berputar, dia yang harus membuat keturunan dan hidup dengan penuh himpitan mungkin Rere akan lebih memilih tetap pada idealismenya. Memang kenapa dengan pemikiran tidak menikah? Dimana salahnya? Bukankah semua orang itu hidup sendiri? Mereka menikah hanya untuk mengubah status yang dari single menjadi sold out. Memiliki anak untuk dijadikan alat masa tua mereka, biar ada yang mengurus. Yah walau Rere sendiri membenarkan itu, tapi dia tetap tidak setuju jika pernikahan adalah puncak sebuah kebahagiaan.

Tidak pernah punya hubungan apapun dengan lelaki lebih serius, mungkin seperti itu gambaran yang selalu Rere miliki. Saat dia sendiri mencoba merambah ke hal yang serius, dia dipatahkan dengan telaknya oleh lelaki yang hampir ia beri segalanya, hidupnya dan cintanya yang utuh.

Rere tidak pernah memberi apapun pada lelaki yang coba ia pacari. Nothing more than just hold hands. Mungkin itu juga menjadi penyebab dia selalu gagal dan hampir cukup untuk tidak kembali memulai apapun, dengan siapapun.

No sex before marriage. No kiss, no more than just holding hands.

Dia memang tidak pernah terlibat hubungan apapun, dengan siapapun, dan seperti itu terus yang akan Rere junjung. Semua lelaki yang pernah ia pacari, memiliki hubungan dengannya, tidak akan pernah coba ia biarkan menjamah tubuhnya. Pikiran kolotnya yang seperti memerangkap dirinya sendiri untuk terus menerus dibodohi pasangannya. Dia yang bodoh atau memang mereka yang ia pacari yang brengsek?

Semuanya sudah mati. Dengan segala kenangan mereka yang telah usai.

Bisa dianggap mereka bosan memiliki hubungan tanpa pernah melakukan skinship, apalagi make out. Rere bahkan tak nyaman hanya untuk berpegangan tangan dengan mereka, terpaksa melakukannya.

Sampai akhirnya ia menikah. Semua menjadi milik Devan seutuhnya. Terlepas dari mereka tak saling mencintai. Dia menjalankan perannya dengan baik. Menenggelamkan keinginan bodoh yang pernah terbesit, dan menjadi budak pemuas nafsunya sendiri. Semua ia berikan pada pria itu, dan Rere untuk pertama kalinya merasa nyaman saat tangannya di gengagam hangat tangan Devan. Sangat jauh berbeda dengan lelaki lain.

Genangan air hangat di tubuh telanjangnya sedikit meredakan emosinya yang memuncak. Merasakan hangat air menetralir rasa kesal dan sedih itu yang terus menyeruak tak henti. Entah kenapa belakangan ini dia begitu sentimental, masih juga merasa sakit di hatinya saat mengingat Devan melanggar kesepakatan mereka, ditambah Zen yang terus seperti itu—terkesan menyalahkannya.

Mr ArsitekWhere stories live. Discover now