03. Pacar Gema ✔️

12.7K 548 5
                                    


***

"Gue harus pulang. Mending Lo pulang sendiri aja deh." Usir Gema sudah tidak ingin satu mobil dengan Dinda.

"Gema, Lo yang bawa anak orang keluar. Anterin dia pulang dulu." Lili memelototi adiknya.

"Ini udah malam Kak. Nggak baik kalau Lo tidur kemaleman. Apa lagi sekarang cuacanya dingin."

Lili merasa kepalanya pening.

"Tapi dia cewek. Nggak aman perempuan pulang sendiri. Lo emang mau tanggung jawab kalau terjadi apa- apa?"

"Huh, nyusahin." Keluh Gema membiarkan Dinda masuk mobil. Dinda sedari tadi sudah tidak banyak bicara. Gadis itu memendam kemarahannya dengan mengumpati Lili karena menjadi pengganggu.

Karena dia, dia tidak bisa menghabiskan waktu bersama Gema.

Karena dia juga Gema selalu memarahinya.

Bagaimana pun caranya, dia harus menjauhkan Lili dari Gema. Meski mereka saudara, Gema terlalu memanjakan Kakaknya dari pada pacarnya sendiri.

Bahkan boneka yang seharusnya menjadi milik nya, malah di rebut oleh gadis ini.

Benar- benar!

"Kak, Lo dingin? Ambil jaket gue."

"Gak."

"Kalau gitu taruh di paha Lo biar hangat. Nanti nyampe rumah gue buatin Lo air jahe." Gema mengelus puncak kepala sang Kakak dengan senyum lembut.

"Tangan Lo dingin Kak. Sini gue genggam."

Lili mendengus. "Gak usah, mending Lo fokus nyetir."

"Oke."

Melihat perhatian Gema pada Lili membuat kecemburuan Dinda semakin besar. Tangannya meremas pakaian yang di pakai dengan tatapan tajam tertuju pada Lili.

Dia ingin menjambak rambutnya sampai botak!

Dia juga ingin merampas jaket Gema yang ada di pahanya.

Dia pacar Gema!

Harusnya dia yang menerima semua perhatian!

"Ngomong - ngomong rumah Lo di mana? Udah Deket belum?"

Dinda tersentak. "Di depan tinggal belok kiri Kak."

Gema mengangguk. Beberapa menit kemudian, Gema langsung menurutkan Dinda dan pergi tanpa berpamitan.

Melihat itu, tubuh Dinda semakin bergetar karena marah.

"Lihat aja, gue balas Lo."

***

"Kak. Lo marah?"

"Nggak. dan jangan sentuh gue." Lili menyentak tangan Gema yang menggenggam tangannya.

"Kak.."

"Gue bilang jangan sentuh gue!" Gema tidak lagi berusaha menggenggam tangan sang Kakak.

"Kak, Lo marah gara- gara gue gak lebih perhatian ke Lo? Gue minta maaf. Lain kali gue gak akan peduliin pacar gue dan lebih prioritasin Lo."

Gema tidak tau kalau Kakaknya ternyata cemburu. Buktinya gadis itu marah padanya. Lain kali dia akan menghujani Lili dengan banyak perhatian.

"Dasar sinting!" Geram Lili mencubit Adiknya.

"Aw! Kak! Sakit, Gue lagi nyetir."

Lili berhenti.

"Kalau Lo nggak maksa gue ikut! Pacar Lo nggak akan marah. Lagian Lo bisa- bisanya lebih peduli gue dari pada pacar Lo sendiri. Harusnya Lo gandeng dia, beliin dia makan, ajak dia senang- senang. Bukan malah ngekor di belakang gue."

"Pacar Lo pasti cemburu. Kalau pacar Lo besok cari gara- gara ke gue. Jangan salahin gue kalau gak sengaja mukul."

"Gue gak mau lagi ikut jalan bareng pacar Lo."

Gema menghela nafas pelan. "Kalau gue nggak peduli ke Lo, siapa yang harus gue peduliin kak? Dia gak pantes. Kalau Lo nggak suka jalan bareng pacar gue, kita bisa jalan berdua."

"Gue juga nggak mau jalan bareng Lo." Ketus Lili.

"Kalau gitu Lo mau jalan bareng siapa selain gue?"

"Gue punya banyak temen."

"Tapi mereka nggak mau nemenin Lo jalan. Cuman gue yang mau."

Lili mendelik. "Kata siapa mereka nggak mau? Bahkan mereka berharap bisa gue ajak jalan" Sombongnya.

Gema terkekeh. "Mereka nggak akan berani."

"Kenapa gak berani? Gue jomblo. Mereka bebas ajak gue jalan kemana aja"

"Tapi mereka semua tau kalau Lo gak akan pernah gue izinin pergi sama cowok sembarangan. Lo tau Kak Lana kan? Gara- gara dia bergaul sama banyak laki- laki, dia di gilir sampai meninggal. Kakak mau kayak gitu?"

Lili terdiam.

"Ta-tapi gak semua cowok kayak gitu!" Lili masih membantah.

"Ya emang. Tapi gue cuma takut. Kalau Lo pergi, yang peduli ke gue lagi siapa Kak? Mama Papa cuma peduli sama uang mereka, dan nggak pernah mau peduli dan sayang gue. Gue sayang banget sama Lo kak. Jadi jangan deket- deket sama cowok ya kak,"

"Karena gue sayang dan peduli sama Lo. Gue ngelarang. Kalau gue nggak peduli, gue biarin Lo bergaul sama siapa aja."

Lili terdiam, tidak lagi bisa membalas.

"Kalau Lo butuh apa- apa, Lo Masih punya gue kak. Jangan cari cowok sembarangan. Gue juga takut kalau Lo punya cowok, Lo nggak akan peduli lagi ke gue. Tapi gue nggak akan egois, Kalau orang yang Lo cinta bener- bener baik, gue nggak akan ikut campur lagi."

Melihat Kakaknya yang diam tidak menjawab membuat Gema tidak lagi melanjutkan dan menyetir dengan fokus.

Sesampainya nya di rumah, Gema membuatkan Kakaknya air jahe.

"Minum dulu Kak. Gak usah mandi dulu sekarang langsung tidur aja." Lili mengangguk.

"Lo masih mau mandi?"

"Ya, kenapa?"

Lili menaruh gelas yang dia pegang dan berjalan ke arah adiknya. Kening Gema mengernyit saat sang Kakak berjalan ke arahnya.

"Gema, gue sayang Lo. Jangan sedih. Meski Mama Papa nggak peduli, gue sama Lo masih bisa saling peduli. Lo masih punya gue, meski gue sering ngomong kasar sama Lo, gue sebenernya juga sayang dan gak mau Lo sedih."

"Gue nggak akan cari cowok sembarangan yang nanti cuma bikin Lo repot karena dia sakitin gue."

Tubuh Gema membeku mendapat pelukan tiba- tiba Lili. Apa, apa Kakaknya kesurupan? Tapi karena Kakaknya memeluknya, Gema dengan senang hati membalas nya.

"Kakak bener gak mau cari cowok sembarangan?"

"Iya,"

"Kalau gitu bagus. Sekarang Lo istirahat Kak. Gue harus mandi."

Lili mengangguk dan kembali ke kasurnya. Gadis itu merebahkan tubuhnya dengan pikiran berkelana kemana- mana. Dia berusaha untuk tidur tapi tidak bisa dan terpaksa menunggu Gema.

Setelah mandi, Gema kembali ke kamar Kakaknya. Memakai baju bersih dan langsung naik dan memeluk tubuh lembut Lili.

"Belum tidur Kak?"

"Hm,"

"Mau gue elus punggung Lo?"

Lili menggeleng, mendekatkan tubuhnya dan memeluk erat sang adik. "Gue dingin. Peluk aja"

Gema mengangguk. Menarik selimut untuk mereka berdua dan memeluk nya erat.

"Tidur yang nyenyak Kak. Gue sayang Lo."

Lili tersenyum. "Gue juga sayang Lo"

Lili lebih dulu jatuh tertidur. Gema menatap gadis yang berada dalam dekapannya. Menyingkirkan helai rambut yang menutupi pipinya dan tersenyum lembut.

"Lo cantik kak. Lo wanita paling cantik yang pernah gue kagumi,"

****

Jangan lupa follow! Komen sama votenya.

GEMAWhere stories live. Discover now