two ; Nala

12 2 0
                                    

Andra tidak pulang ke apartemen, pun tidak memberi kabar pada Ale setelah menghilang tiba-tiba. Ada banyak missed calls dari kawannya itu berikut pesan singkat yang belum juga ia balas. Mereka kembali ke gedung perkantoran untuk mengembalikan mobil, sedangkan Andra bertugas mencari taksi sembari menunggu Atherine selesai mengembalikan kunci mobil pada sang empunya.

Di sebelahnya ada Nala. Si gadis remaja antah berantah—yang tadi menuduhnya sebagai pacar dari Atherine. Sesungguhnya Andra bahagia dituduh semacam itu, tetapi melihat bagaimana raut wajah Nala tadi, membuatnya bertanya-tanya mengapa gerangan nampaknya gadis itu enggan melihat Atherine menikah.

"Bunda itu punyaku, jangan sembarangan mengambilnya dariku ya om?" ujar Nala posesif. Tatapannya sengaja sekali menghindar dari Andra. Enggan membuat kontak mata dan sibuk menyeruput chocolatte-nya.

Andra tidak menjawab. Hanya sibuk memandang profil gadis itu dari samping. Nala tidak kalah cantik dari Atherine. Gadis ini manis. Tapi sayang sekali Andra tidak suka dengan caranya bersikap. Dua kali lipat lebih dingin dan cuek dibandingkan dengan Atherine.

"Om bukan orang pertama yang ingin merebut bunda dari aku. Pokoknya apapun yang terjadi, aku akan membuat om menyerah mendekati bunda," Nala lagi-lagi berucap, Andra mengembuskan napasnya.

"Hei nak dengar, saya tidak pernah ada maksud untuk merebut siapapun dari kamu. Tetapi setidaknya kamu dengar dulu apa maksud—"

"Nala let's go home!"

Andra membiarkan kalimatnya tersangkut di pangkal tenggorokan. Kedatangan Atherine mengacaukan rangkaian kalimat yang tadinya tersusun rapi dalam benaknya. Ia memilih mengantar Atherine dan Nala menuju taksi.

"Kau tidak pulang?"

"Bisa nggak kamu berbicara dengan Bahasa Indonesia kalau lagi sama saya?"

Sebelah alis Atherine terangkat, "Maksudmu?"

"Saya tau kamu bisa berbicara Bahasa Indonesia Rin,"

Atherine berdeham kemudian menggelengkan kepalanya singkat sebelum membuka pintu taksi. Ia menahannya sejenak kemudian menoleh kembali pada Andra.

"Yaudah ayo kita pulang bareng,"

Andra menarik kedua sudut bibirnya ke samping. Tersenyum salah tingkah kala mendengar Atherine berbicara dalam bahasanya dengan nada suara terbata-bata. Tidak apa-apa, mungkin itu adalah efek dari berapa lama dirinya tinggal disini. Sehingga untuk berbicara menggunakan bahasanya akan sedikit terasa sulit. Namun setidaknya, keinginan Andra untuk mendengar Atherine memenuhi permintaannya akhirnya terkabul juga.

○○○

"Masuk kemudian mandi setelah itu ke ruang makan ya? Kita akan makan bersama,"

Nala menganggukkan kepalanya kemudian masuk ke dalam apartemen dengan langkah lesu dan kedua mata sayu. Sepertinya gadis itu terlalu lelah setelah melakukan perjalanan panjang melalui jalur udara. Yang tersisa sekarang hanya Atherine dan Andra yang tengah berdiri berhadapan di depan pintu. Keduanya bertatapan canggung sebelum Atherine memutuskan kontak mata dan berpaling pandang ke sisi kanan guna membuang muka.

Andra sendiri tidak protes sama sekali. Ia dan Atherine memang hanya sebatas tetangga yang tidak terlalu banyak berinteraksi kecuali sekedar mengucapkan salam sapa saja. Tentu untuk memulai interaksi yang lebih dari itu terlalu sulit untuk mereka berdua. Terlebih lagi Atherine jarang sekali terlihat berinteraksi dengan banyak orang di sekitar sini.

"Kamu pengen ngomong sesuatu?"

Atherine mengangguk, "Tapi saya tidak mengerti harus bagaimana memulainya,"

NEIGHBORWhere stories live. Discover now