What Do You Want

217 17 8
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Kedekatan antara Naren dengan Shakila kembali terjalin. Keduanya bahkan tidak lagi memiliki rasa canggung untuk menghabiskan waktu bersama. Apalagi Shakila, perempuan itu tampak bersemangat menunggu Naren di depan sekolah pemuda itu.

Suara pintu mobil yang terbuka membuat Shakila tersenyum manis. Perempuan itu beberapa kali membenarkan rambut Naren yang terlihat basah oleh keringat. Hal itu tentu saja membuat Naren terdiam membisu.

"Capek banget? Kamu emang abis ngapain? Ngga ikut olahraga kan?"
Ucap Shakila sambil menyisir pelan rambut halus Naren dengan tangannya.

"Mbak Shakila kenapa harus jemput saya?"
Bukannya menjawab, Naren malah balik bertanya.

"Kangen aja sama kamu".
Kalian tidak salah dengar. Kali ini Shakila akan bertindak lebih agresif. Saat ini dia sudah tidak pulang ke rumah terhitung hampir satu bulan sejak kejadian perjodohan itu. Dia juga sudah menceritakan semuanya pada pemuda di depannya ini.

"Saya ada beberapa urusan mbak. Mungkin mbak ngga perlu antar saya sampai rumah".
Ucap Naren membuat Shakila menurunkan senyumannya itu.

"Tapi janji kabur sama saya masih berlaku kan?"
Ancam Shakila. Naren menghela nafas mendengar itu.

"Mbak serius masih mau pergi dari rumah? Ini hampir sebulan. Keluarga mbak pasti khawatir sama mbak. Mungkin kita bisa cari solusinya mbak".
Naren mengelus pelan punggung tangan Shakila yang berada di atas pahanya.

"Kamu ngga tau keluarga saya Naren".
Shakila kembali duduk di posisinya semula. Dia menghidupkan mesin mobil kemudian mengemudikan kendaraan beroda empat itu dengan pelan.

"Kak Sabil dan kak Sadam, mereka tidak tinggal diam bukan?"
Tanya Naren.

"Mereka pasti sudah menyiapkan rencana Naren. Tapi saya ngga mungkin tinggal diam untuk masalah saya. Ada beberapa hal yang perlu saya tegaskan untuk keluarga saya".
Shakila memutar stirnya ke arah kiri.

"Tolong kamu bantu saya ya. Hanya itu yang saya perlukan".
Shakila menatap sekilas pada Naren. Pemuda itu dengan berat hati mengangguk.

Keduanya kini memasuki pelataran rumah yang cukup megah. Shakila menghentikan mobilnya. Dia menatap Naren kesal.

"Jadi kamu mau ketemu Erlan? Kenapa ngga bilang daritadi?"
Naren mengernyitkan dahi bingung. Memang dia salah?

"Saya juga mau ketemu Arin. Teman-teman saya semuanya ada di sini".
Shakila membuka seatbelt yang dia gunakan dan segera turun dari mobil meninggalkan Naren. Naren yang melihat itu segera menyusul.

"Mbak ada acara?"
Tanya Naren mengikuti langkah Shakila yang masuk ke dalam rumah megah itu.

"Besok Arin nikah. Niatnya nanti malem saya ke sini. Mau berduaan dulu sama kamu. Ternyata kamu malah mau ketemu Erlan".
Naren terkekeh mendengar penuturan Shakila.

Falling Into You [END]Where stories live. Discover now