1. [Gak Jadi] Pulang Bareng Dionsaurus

83 10 0
                                    

happy reading ✨

*****

Zila menompang dagunya dengan tangan kiri, tangan kanannya sibuk mencoret-coret di buku halaman belakang. Pelajaran Fisika membuatnya bosan, apalagi ketika guru Fisika menjelaskan sudah dipastikan kepalanya berasap. Zila jadi sedikit menyesal sebab mengambil jurusan IPA, padahal dia saja tidak suka dengan pelajaran Fisika, tapi mau bagaimana lagi, jambu sudah jadi jus-maksudnya nasi sudah jadi bubur jadi dia harus menerima lahir dan batin.

"Fiona silahkan maju ke depan untuk menjawab soal di papan tulis," ucap Bu Yani menatap muridnya yang kelabakan sendiri akibat dipanggil.

Zila tersenyum miring, "selamat menderita, bestie gue yang tercintahh!" ucap Zila seraya mem-fly kiss ke arah sahabatnya yang sudah murung akibat dipanggil untuk mengerjakan soal yang ada di papan tulis.

"Gue do'a in, lo bakal di suruh maju juga!" semprot Fiona beranjak dari duduknya dengan mengibasnya rambutnya ke Zila.

Zila berusaha menahan tawanya akibat Fiona yang tengah kesusahan menjawab soal di depan sana, "makanya pinter, Na!" ucap Zila pelan, padahal gadis itu juga tidak pintar dalam pelajaran Fisika.

Bel pulang sekolah terdengar nyaring di seluruh penjuru sekolah, siswa maupun siswi langsung bersemangat ketika mendengar bel pulang. Fiona pun bernapas lega karena tidak jadi mengerjakan soal yang ada di papan tulis, sepertinya bel sekolah sedang berada di pihaknya. Seusai Bu Yani menutup pelajaran, semua rakyat 12 IPA 2 berhamburan keluar. Hanya membutuhkan waktu tiga menit saja, ruang kelas begitu sepi yang hanya ada empat remaja di sana.

"Makin cinta gue sama bel sekolah, mwheheh," ucap Rey bertos ria dengan Andra.

"Yoi man, kayaknya tuh bel sekolah udah satu hati sama kita-kita makanya langsung bunyi." sahut Andra tersenyum.

"Lo pada mau mampir ke WARPAJOK gak?" tanya Nevan membenarkan tasnya yang berada di bahu. WARPAJOK atau singkatan dari Warung Pakde Joko, pria paruh baya itu memiliki warung yang berada di perempatan jalan, warung Pakde Joko biasa dijadikan untuk tongkrongan anak muda maupun tua, tapi lebih dominan anak muda contohnya seperti mereka.

"Gue balik dulu lah," ucap Rey yang di angguki Andra, pertanda dia setuju dengan omongan Rey. "Iya gue balik dulu, mau ngambil dompet yang ketinggalan," sahut Andra lemas karena dompetnya tertinggal di kamar, tadi saja dia memalak duit ketiga sahabatnya saat makan di kantin.

"Ketinggalan apa sengaja biar bisa di bayar yang lain?" Rey berucapan dengan kesal yang membuat Andra dan Nevan tertawa akibat Rey yang kesal.

Keempat remaja itu berjalan keluar kelas untuk menuju parkiran yang terdapat motor-motor mereka. Dion merogoh kantong celananya, kerutan halus di dahi Dion tercetak karena kunci motornya tidak ada di kantong celananya. Dion menghembuskan napasnya kasar, decakan kecil terdengar dari mulutnya, dia tau kenapa kunci motornya tidak ada di kantong celananya. Di samping motornya sudah mendapati gadis berjaket biru yang sedang memainkan kunci motor dengan santai.

"Widih Nyonya Zila belom pulang nih?" tanya Rey yang sudah duduk di atas motornya yang diikuti yang lain kecuali Dion yang sudah saling berhadapan dengan Zila dan memasang wajah datar.

"Keliatannya gimana?" sahut Zila galak.

"Iya maaf Nyonya, saya duluan aja deh, takut di amuk singa betina." ucap Rey langsung meninggalkan parkiran.

"REY!" teriak Zila dengan kesal, cewek itu sedang dalam mode senggol bacok.

"Gue duluan, Yon, Zil," pamit Andra mulai meninggalkan area parkiran diikuti Nevan yang mengklakson pertanda dia pamitan pada Dion dan Zila.

Setelah kepergian manusia-manusia itu, Dion mantap Zila semakin datar. "Cepet pulang gue udah laper!" ucap Zila memberikan kunci motor Dion ke pada pemiliknya. Dia mengambil kunci motor Dion saat kunci itu berada di atas meja, tanpa sepengetahuan siapapun Zila langsung mengambil kunci itu agar dia bisa nebeng pulang dengan Dion. Kalau tidak begitu, sudah di pastikan Zila akan tidak mendapatkan tumpangan gratis.

"Gak sopan." tukas Dion memakai helmnya setelah menaiki motor besarnya.

Zila menatap Dion, dia tau apa maksud ucapan Dion. Masalah kunci motor. "Abisnya kalau gak gitu, lo gak mau barengi gue! Ntar gue ditinggal! Daripada gue naik angkutan umum atau pesen ojek online harus ngeluarin duit, mending sama lo gak perlu bayar." jawab Zila seraya menaiki motor Dion.

"Perlu bayar, lo jadi babu gue." sahut Dion santai sambil menjalankan motornya rata-rata.

"Anjir banget lo, Yon!" protes Zila memukul kepala Dion yang di balut helm dengan kesal. Enak saja! Dia tidak akan sudi menjadi babu Dion. "Gue jalan kaki aja deh kalau berakhir jadi babu lo! Cepet turunin!" kelakar cewek itu yang wajahnya semakin menekuk.

*****

Zila meluruskan kakinya di atas tangga bersama Pak Ardy sambil meminum es teh yang di belikan Pak Ardy, soal tadinya yang Zila meminta diturunkan, itu benar dikabulkan oleh Dion, dan berakhir Zila pulang menggunakan angkutan umum. Bahkan Zila belum mengganti seragamnya, setelah sampai dia langsung ikut Pak Ardy yang duduk santai di atas tangga.

"Pak Ardy katanya punya anak? Itu umur berapa Pak?" tanya Zila sambil memakan pisang goreng yang dibeli Pak Ardy.

"Umurnya 14 tahun, masih kelas 3 SMP," jawab Pak Ardy menyeruput kopi hitamnya.

Zila mengangguk mengerti, "Pak?" panggil Zila sedikit berbisik membuat Pak Ardy mengerutkan keningnya. "Menurut Bapak, si Dionsaurus itu gimana?" tanya Zila.

"Mas Dion mah baik," Pak Ardy tau siapa Dionsaurus itu, siapa lagi kalau bukan Dion. Pria paruh baya itu sering mendengar nama Dionsaurus itu dari bibir Zila ketika memanggil Dion, jadi tidak asing lagi dengan nama itu.

"Baik? Pak Ardy di sogok apaan sama dia sampe Pak Ardy bilang dia baik? Pasti Pak Ardy di sogok rokok sebungkus 'kan?" cerocos Zila tidak terima kalau Pak Ardy membela Dion.

"Hmm!"

Kedua orang itu sontak menoleh pada sumber suara, Zila mengkerut dahinya bingung, kenapa ada Dion di area tangga?

"Minggir." ucap Dion menatap Zila yang menatapnya bingung.

"Mas Dion gak pake lift ke atasnya?" tanya Pak Ardy kepada cowok yang masih memakai seragam yang dibalut jaket hitam.

"Mager," jawab Dion langsung menerobos seusai Pak Ardy berdiri memberinya jalan.

Zila semakin bingung dengan ucapan Dion. "Hah?" beo Zila memperhatikan Dion yang menaiki anak tangga, mager katanya? Ada ya orang yang mager naik lift tapi malah naik tangga.

Ada, buktinya si Dion.

"Di minum lagi, Neng." ucap Pak Ardy yang sudah duduk lagi.

Zila mengangguk sambil tersenyum kikuk, "iya, Pak." jawab cewek itu seraya meminum es tehnya lagi. "Anaknya Tante Sarah." batinnya menggelengkan kepalanya pelan.

*****

see you✨

DIONZILA Where stories live. Discover now