2. Gula Tetangga

81 8 0
                                    


Zila memasuki kelasnya yang cukup ramai, di sebelah kursinya sudah diisi oleh sang pemilik, Fiona. "Okay? " tanya Zila seraya duduk di kursinya dan meletakan tasnya di atas meja, pandangan tetap ke arah Fiona yang lesu.

Fiona mengangguk pertanda dia baik-baik saja, tapi. "Kayaknya emang cuma gue doang deh yang punya rasa sama dia," ucap Fiona.

"Kenapa lo mikir gitu? Andra punya rasa yang sama kayak lo, udah lo jangan ovt gitu dong!" Zila meyakinkan Fiona bahwa Andra tidak main-main dengan dia. "Kalau dia cuma main-main sama lo, pasti kembaran lo gak tinggal diem dong, Nevan gak bakal biarin adiknya sakit hati karena sahabatnya sendiri. Nevan juga percaya kok sama Andra." tambahnya.

"Fio!" pekik laki-laki yang baru saja datang dengan membawa dua Kiko beku seraya berjalan ke arah dua gadis itu.

"Nih," Rey memberikan dua Kiko beku pada sahabatnya, tadi ketika ia ingin ke kantin Fiona menitip dua Kiko beku pada Rey. Karena Rey adalah sahabat yang baik, jadi dia membeli Kiko yang Fiona mau.

Fiona menerima dua Kiko beku itu, "thanks, Rey," ucap Fiona tersenyum karena Kiko-nya sudah datang.

Rey mengangguk, laki-laki itu mengerutkan keningnya ketika melihat ponsel Fiona menyala, dan di sana ada notifikasi dari seseorang yang mengirim chat.

[Naura]

[Fyi, gue berangkat bareng Andra nih.
Kasian pacarnya malah bareng cewek lain, hahaha]

"Anjing!" umpat Zila kasar membuat Rey dan Fiona menatapnya bingung, sedangkan Zila mengambil ponsel Fiona yang berada di atas meja. "Gatel banget sih tuh cewek!" Zila juga membaca chat yang tertampang jelas di layar ponsel Fiona.

Sang pemilik ponsel mengambil alih benda gepeng itu ke tangannya, Fiona menghembuskan napasnya berat setelah membaca chat itu, sebenarnya dia sudah tau ketika dijalan dia melihat Andra dan Naura berboncengan.

"Jadi selama ini, Naura datang di hubungan lo berdua, Fi?" tanya Rey pada Fiona yang hanya diam, dia tidak tau harus menjawab apa. "Anjing banget Andra bisa-bisanya gak tegas sama tuh cewek!" cetus Rey pergi keluar kelas membuat Zila dan Fiona panik sambil mengejar laki-laki itu.

"REY!" panggil Fiona panik, gadis itu tau Rey akan kemana.

Zila mencekal tangan Rey saat dia berhasil mengejar Rey, "Rey please, lo jangan emosi dulu oke?" ucap Zila pada Rey yang sedang emosi.

"Please Rey, lo jangan gegabah. Hubungan gue sama Andra lagi gak baik-baik aja, jadi gue mohon lo jangan mempersulit keadaan." ucap Fiona memohon pada sahabatnya itu, dia tau Rey akan mudah terpancing emosi ketika orang terdekatnya kenapa-kenapa. Memang sudah dari awal Rey mewanti-wanti Andra kalau saja laki-laki itu menyakiti Fiona, dia tidak segan-segan menghabiskan laki-laki itu.

Rey mengusap gusar wajahnya, dia tidak bisa melawan kedua gadis ini. Dari dulu hingga sekarang selalu begitu, Rey tidak bisa melawan ucapan kedua sahabatnya itu.

"Kenapa?" suara bariton milik Nevan itu membuat ketiga remaja itu menoleh ke sumber suara. Nevan, Dion, dan Andra menghampiri ketiga remaja itu.

"Gapapa," jawab Zila menggelengkan kepalanya.

Tanpa mengeluarkan kata, Rey pergi begitu saja yang sedari tadi menatap Andra tajam, di ikuti Andra yang pergi begitu saja namun sebelum cowok itu melangkah, Andra dan Fiona sempat eyes contact tapi dengan cepat Fiona memutuskannya.

Nevan memberikan dompet pada sang adik, "kata bang Riko ketinggalan." ucap Nevan.

"Apa lo liat-liat gue?" tanya Zila galak pada Dion yang menatapnya. "Iya, gue tau gue cantik, gak usah liatin gue sampai segitunya kali!" cibir Zila menatap Dion sinis.

DIONZILA Where stories live. Discover now