TWO

181 30 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



——Kau mau apa dirumah bu guru?






|
.

"Yang bagian atas milik Bu Hankyung," ujar ibuku membawa beberapa piring kotor masuk ke area dapur, diikuti oleh adikku Yuri, membawa hal yang sama.

Aku menyisir rambutku yang masih basah sembari mengangguk, segera ikut membantu membereskan. Ya, orang tuaku memiliki tempat makan, yang kebetulan berada dekat dengan tempat tinggal bu Hankyung. Hanya berjarak beberapa gedung atau toko dan satu belokan.

Hari pertama bu Hankyung datang ke Icheon, dia makan ditempat milik orang tuaku. Dan kini menjadi akrab dengannya. Padahal aslinya mah, Ibuku suka aja gitu ada yang ngawasin aku disekolah.

Mengingat hobiku adalah bolos. Jangan tanyakan, saat pertama kali Bu Hankyung memberi tahu bahwa dia akan mengajar di Smk Yusong. Ibu langsung memberi tahu semua kebiasan burukku, tidak lupa melebih-lebihkannya. Mulai dari tidur seperti simulasi meninggal alias susah dibangunkan katanya. Sampai menyerempet cerita sd dimana aku jatuh jatuh kedalam selokan.

Seratus persen dia mempermalukanku didepan Bu Hankyung. Untung bu guru baik hati dan ga menertawakanku.

Setelah membantu sedikit, aku meraih jaket sekolahku sekaligus satu kantong makanan berisi lima kotak pesanan lainnya.

"Aku pergi," ujarku memperbaiki rambutku yang diterpa angin malam. Mengeratkan jaket ditubuhku. Ngomong-ngomong soal jaket sekolah.

Jaket milik laki-laki psikopat tadi sekali lagi menimbulkan kehebohan. Apalagi kalau bukan dari Ibuku dan membuat Yuri mengejekku mengatakan aku membayar orang untuk memberinya jaketnya. Padahal mah, uangku saja habis gara-gara taruhan dengan Kyujin. Lagipula, memangnya wajahku ini terlalu jelek apa, sampai dia menuduhku begitu. Bilang saja iri.

Berbeda dengan Ibu yang malah menyuruhku membawa pacarku itu untuk makan ditempat kami sekalian ketemu Ibu. Katanya dia mau bilang makasih udah mau sama anaknya. Yang dibalas tawa menggelikan Yuri. Aku hanya bisa nyengir malas sembari mendorong tubuh Yuri yang seperti ingin kehabisan nafas karena kebanyakan ketawa.

Tapi untung saja mereka tidak mencium bau darah dari dalam seragamku yang tertutupi jaket. Mungkin udah kering.
Memikirkan soal itu, semoga saja noda darah diseragamku bisa hilang.

Belum sepuluh menit, aku sudan berdiri didepan pintu berwarna putih milik kediaman guruku.

"Bu Hankyung," tanganku terangkat memencet bell, sembari memanggil namanya.

A Silent Voice | 𝐺𝑒𝑜𝑛𝑦𝑒𝑜𝑏 𝑃𝑎𝑟𝑘Where stories live. Discover now