7. Senjata Makan Tuan

611 115 23
                                    

Usai keluar dari butik tersebut, Hinata menyetop taxi lalu memasukinya. Hari ini dia berniat ke apartemen Sasuke dan mengambil jaket Sai. Ketika pintu di buka gadis itu tersenyum.

"Hai, aku kemari untuk mengambil jaket."

"Masuklah,"

"Tidak perlu, aku buru-buru."

Dengan malas Sasuke mengambil jaket hitam itu di kamarnya kemudian mengembalikannya pada sang tunangan. Ck, Hinata sudah mengganggu tidurnya. "Hei, di mana jaketku?"

"Sudah kubuang. Ini aku ganti. Sudah ya, aku pulang dulu," ujar Hinata ringan tanpa dosa yang malah membuat Sasuke sangat syok. Ditariknya tangan tunangannya.

"Jaketku kau buang?" ulang Sasuke berharap dia tidak salah mendengar.

"Ya. Sudah kubunga ke tempat sampah!"

Sasuke meremas rambutnya. 'Ya Tuhan ... Jaket tiga puluh lima jutaku!' Detik selanjutnya Sasuke berteriak bak orang gila sambil meremas-remas rambutnya.

Hinata kaget bukan main melihat ekspresi Sasuke seperti benteng yang mau mengamuk di tengah-tengah barang pecah bela. "Kau ini kenapa, sih?! Kerasukan?"

Astaga, apa katanya? Kerasukan? Pemuda tujuh belas tahun itu memasok udara ke dalam paru-paru kasar. "Kenapa jaketku kau buang? Kenapa?" Itu jaket mahal! Rasanya Sasuke ingin memakan gadis di depannya ini mentah-mentah.

Hinata menggaruk kepala. "Habisnya itu menjijikkan. Siapa yang mau mencuci jaket yang tersembur muntahan seperti itu." Dia begidik ngeri membayangkan jika dirinya yang mencuci jaket tersebut. Cairan kekuningan yang agak kental dan agak berbau amis itu. Mengingatnya saja membuat perut gadis itu mual.

"Itu muntahanmu sendiri, ya Tuhan!" Sasuke semakin frustrasi.

"Ah, sudahlah! Aku kan sudah menggantinya, kenapa marah-marah begitu, sih. Aku pulang." Hinata meninggalkan Sasuke sendiri yang masih berteriak-teriak tak jelas. "Syukur-syukur aku sudah menggantinya. Kau pikir jaket yang kubeli untukmu itu murah? Dasar tidak bersyukur." ujarnya mengomel kesal.

Hinata tidak tahu jika jaket Sasuke sangat mahal. Dua kali lipat dari jaket yang dibelinya itu. Bahkan Sasuke rela menghabiskan bayaran dua iklan yang dibintanginya hanya untuk membeli jaket tersebut. Memesannya ke Amerika dengan cara yang sangat sulit didapat. Tapi sekarang apa? Tunangannya sudah membuang jaket tiga puluh lima juta itu dengan begitu mudahnya. Seperti membuang sampah pada tempatnya. Rasanya Sasuke ingin membenturkan kepalanya ke tembok hingga rata.

________

Sore ini Sakura mengunjungi klinik Sai dengan alasan memeriksa kakinya. Padahal kakinya sudah sembuh dan seperti biasa si dokter tampan itu akan memperlakukan pasiennya dengan baik.

"Kakimu sudah sembuh. Tak ada yang serius," kata Sai usai memeriksa kakinya.

Sakura hanya mengangguk. Dia melirik sepatu pink yang masih dibiarkan di lemari tanpa dibungkus itu. Ada.

"Apa kau suka kopi?" tawar Sai yang kini tangannya sibuk menuang air ke panci kecil.

"Ya." Angguk Sakura sembari mencuri-curi pandang sepatu pink itu. Ketika dokter muda itu masih sibuk dengan kopi buatannya, dia beranjak dari tempatnya lalu dengan cepat meletakkan sesuatu pada salah satu sepatu tersebut. Kemudian dia kembali duduk, Sakura bernapas lega karena Sai tak melihat aksinya.

"Ini."

"Terima kasih, dokter."

"Selamat sore dokter Sai!" Suara khas Hinata memecah keheningan keduanya. Gadis itu kaget melihat Sakura ada di klinik dokter pribadinya. Senyum indahnya lenyap tatkala pacar Sasuke itu tersenyum ke arahnya.

[END] ✅ Oh, My PrincessWhere stories live. Discover now