23. Putus

860 107 40
                                    

Pria bersosok tinggi dengan rambut mirip permen kapas membuka gagang pintu kamar bernuansa cherry blossom bermekaran itu. Tampak Sakura bersama ibunya di kamar tersebut sembari mencoba beberapa pakaian dantas terbaru. Wajah pria bernama Kizashi kini tak bisa diprediksi akan seperti apa nantinya jika sekarang sudah seperti banteng kepanasan.

Melihat ayahnya seperti itu, Sakura jadi takut.

"Sayang, ada apa?" tanya sang istri tercinta gusar, Mebuki, wanita berusia pertengahan empat puluh tahunan itu mencoba mencairkan suasana.

Mata tajam Kizashi berkilat marah, kini menatap keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan. Lelaki itu menghela napasnya pelan. "Ada berita penting yang harus aku sampaikan. Besok kita akan pindah dari rumah ini."

"Apa maksudmu, Sayang?" Mebuki tak paham, meski jauh dalam hatinya mengatakan jika keadaan sudah tidak baik-baik saja. Wanita itu tampak syok.

"Besok rumah ini akan disita bank. Kita bangkrut dan kemasi semua barang-barang kalian."

"APA?!" Sakura menjerit takut. "Ayah jangan bercanda!"

"Ayah serius," jawab lelaki itu datar.

"Kita bangkrut? Lalu bagaimana dengan sekolahku? Aku bisa malu!" Sakura menjerit gila. Dia menyalahkan ayahnya. Bagaimana tidak, bangkrut artinya kematian baginya. Tak ada shopping lagi, salon bahkan dia akan dikucilkan di sekolah jika teman-temannya tahu keluarganya bangkrut. Gadis berambut pink itu lebih baik mati. "Kenapa bisa bangkrut? Memangnya apa yang sudah Ayah lakukan di perusahaan?!"

"HARUNO SAKURA!" sentak Kizashi kesal. "Kau pikir Ayah hanya main-main bekerja? Ayah membanting tulang hanya kalian."

"Sayang, tenanglah. Kita bisa bicarakan baik-baik." Sang istri berusaha menenangkan keadaan. Sepertinya sang suami terlihat sangat marah.

Kizashi balik menatap istrinya. "Ini akibat kau terlalu memanjakannya, lihat bagaimana dia tumbuh menjadi anak membangkang seperti itu! Aku tidak tahu bagaimana kau mengasuhnya dulu."

Sakura menatap ayahnya benci. Kenapa harus dirinya yang disalahkan. Jika keluarganya dalam masalah bukankah itu urusan ayahnya? "Aku tidak mau ikut dengan kalian! Aku akan tinggal di dorm bersama teman-teman artisku."

"Silahkan saja, semua kartu kredit sudah diblokir. Kita sudah tamat."

"Ayah kau keterlaluan!" Sakura kembali menjerit.

Pria bermarga Haruno itu menatap tajam putrinya. "Ada yang ingin kau katakan, Sakira?"

Sakira menatap benci ayahnya, kemudian berteriak nyalang, "Kau tak pantas menjadi Ayahku!"

PLAK! Sakura tersungkur. Pipinya merah dan bekas tamparan melekat di sudut pipi kirinya. Tercetak jelas bekas lima jari di pipi gadis pecinta stroberi tersebut. Sudut bibirnya mengeluarkan darah.

Mebuki menjerit histeris melihat putri semata wayang mereka ditampar di depan matanya. Wanita itu segera memeluk putrinya sambil memaki sang suami.

Kizashi semakin berang. "Kau pikir karena ulah siapa kita bangkrut, Anak Tak Tahu Diri?" ucapnya datar. Matanya menatal nyalang seolah siap mencabut nyawa ibu dan anak tersebut. "Jika bukan karenamu kita tidak akan bangkrut! Ini semua salahmu!" bentaknya emosi. "Kau tahu apa kesalahanmu?"

[END] ✅ Oh, My PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang