Chapter 7

97 15 7
                                    

Pagi ini lebih dingin dari biasanya. Chanyeol keluar ke halaman dan melakukan gerakan-gerakan peregangan untuk menghangatkan tubuh. Mungkin salju akan turun dalam waktu dekat.

Daun telinga Chanyeol otomatis terangkat ketika ia mendengar suara aneh. Suara itu... Chanyeol menoleh ke kanan-kiri dengan cepat, kedua matanya menajam mencari sumbernya—kemudian matanya dan mata pemilik suara itu bertubrukan. Dahi Chanyeol berkerut.

Kucing putih dengan corak totol hitam melotot padanya dengan waspada, seolah-olah Chanyeol baru saja memasuki teritorinya.

"Apa? Lihat apa?" Chanyeol menggertak, lemah. "Aku berdiri di halamanku sendiri. Kau yang penyusup."

Kucing itu masih bergeming.

Chanyeol bimbang. Ia ingin mendekat, tapi kucing itu sepertinya tidak terlalu ramah. Chanyeol tidak yakin kucing itu akan membiarkannya mengelusnya.

"Oh, ada Sapi!"

Chanyeol tersentak pelan karena terkejut ketika mendengar suara Danbi dari belakangnya. Ia menoleh. Danbi menghampiri kucing itu sambil menjulurkan satu tangan, membuat suara decak-decak lidah untuk menarik perhatian si kucing. Tangannya yang lain membawa sepiring kecil makanan basah.

"Ke sini, Sapi. Ayo makan."

Kucing itu mengeong keras, melompat ke arah piring yang diletakkan Danbi di atas rumput dan mulai makan dengan berisik.

Danbi mengelus-elus kepala kucing itu dengan satu jari, seakan takut mengganggu makannya. "Sapi baik, Sapi manis."

"Namanya 'Sapi'?" tanya Chanyeol.

Begitu Chanyeol membuka suara, barulah Danbi mengangkat kepala untuk menatapnya. "Iya. Coraknya mirip sapi."

Chanyeol menatap kucing itu. Masuk akal juga. "Kucing siapa ini?"

"Tidak tahu." Danbi menggeleng. "Sepertinya liar. Dia datang ke sini sekitar seminggu lalu. Sepertinya dia lapar, jadi kubelikan makanan. Lalu dia jadi rajin ke sini."

Sekilas pandang, Sapi alias kucing itu kelihatan gemuk dan bersih. Chanyeol tidak yakin itu kucing liar, tapi tidak terlihat kalung maupun identitas lainnya padanya. Kedua telinga lancipnya juga tidak ada ear tip yang biasanya diberikan pada kucing steril.

"Dan dia hanya datang untuk makan?" tanya Chanyeol lagi.

Danbi mengangguk. Kemudian, ia menambahkan dengan cepat, "Maaf karena tidak minta izin dulu. Dia tidak mengacau dan tidak buang air di halaman. Aku hanya memberinya makan di luar. Aku tidak akan membawanya masuk."

Sudut-sudut mulut Chanyeol terangkat tanpa sadar. Ia pernah melewati percakapan seperti ini beberapa tahun lalu, saat Jinhye melihat anak anjing di penampungan hewan liar. Jinhye setengah memaksa membawa anak anjing itu pulang ke rumah, berjanji akan menjaganya, memastikannya tidak membuat kekacauan, memandikannya setiap hari. Akhirnya Chanyeol yang melakukan itu semua, tentu saja. Jinhye hanya mengajaknya main dan tidur.

Chanyeol kembali menatap Danbi. Kucing Sapi sudah menghabiskan makanannya dan sekarang menggelayut di kaki Danbi, mengeong minta tambah.

Ini pertama kalinya mereka mengobrol setelah beberapa hari. Chanyeol sibuk dengan acara radio dan rekaman, sementara Danbi lebih banyak di kamarnya sendiri. Janji diskusi mereka terlupakan begitu saja.

Ada yang janggal sejak Danbi pergi makan siang dengan Baekhyun waktu itu. Chanyeol tidak tahu kenapa, tapi Danbi sepertinya menjauhinya. Chanyeol bertanya pada Baekhyun, tapi Baekhyun bilang mereka hanya membicarakan novel.

Kalau begitu masalahnya mungkin bukan makan siang.

Danbi menghela badannya berdiri setelah menepuk-nepuk kepala Sapi dengan sayang. Chanyeol merasa inilah kesempatannya untuk bicara.

Pretty GhostwriterTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon