4

1.6K 245 9
                                    

Setelah beberapa menit, jaeminpun pamit pulang pada Wendy dan diapun langsung pergi begitu saja. Karena sekarang dia sangat butuh menenangkan dirinya sendiri.

Sesampainya di mansion milik keluarganya jaemin masuk begitu saja tanpa mengindahkan sang ibu yang duduk di ruang tengah itu.

"Na Jaemin?" Jaemin sontak saja berhenti lalu berbalik dan menatap datar sang ibu.

"Apa bunda tak terlihat dimatamu?" Tapi jaemin tetap diam saja.

"Bunda tau jaemin, bunda tau kau sangat kesepian tapi sekarang bunda janji kalau kau tak akan kesepian lagi. Bunda akan bersama denganmu dan tak akan meninggalkanmu sendirian, bunda akan biarkan ayah pergi sendiri untuk mengurus bisnis nya."

"Apa aku terlihat perduli? Lagian kenapa harus berubah? Aku sudah menikmati hidupku yang seperti ini." Ucap jaemin datar lalu diapun pergi menuju kamarnya yang berada di lantai dua mansion besar itu. Ibu hanya menatap jaemin dengan tatapan yang sangat sendu karena dia sangat tau betapa menderitanya anaknya karena kesepian dan dia sadar kalau dia bersalah saat ini.

"Maafkan bunda jaemin, tapi bunda akan berusaha membuatmu kembali seperti jaemin yang bunda kenal." Monolog sang ibu dari Na Jaemin, Im Yoona atau saat ini Na Yoona.

"Permisi nyonya?" Yoona lantas melihat orang kepercayaannya itu.

"Tuan muda saat ini tengah dekat dengan seorang siswa di sekolahnya, siswa itu bernama Huang Renjun." Ucap sang orang kepercayaan.

"Huang Renjun? Sedekat apa mereka?"

"Tuan muda terlihat sangat tertarik dengannya." Ucap sang orang kepercayaan.

"Atur pertemuan ku dengannya."

"Baik nyonya." Ucap orang kepercayaan itu lalu pergi dari hadapan Yoona.

Di dalam kamar jaemin.

Jaemin masuk lalu diapun berjalan kearah balkon dan diapun melihat langit yang cerah itu.

"Kenapa aku sangat terganggu dengannya? Dan kenapa jantung ini berdetak dengan sangat kencang untuknya." Ucap jaemin bingung lalu pikirannya berbicara seketika.

"Kau menyukainya."

Jaemin tersentak dengan perkataan dari pikirannya sendiri.

"Tidak, aku tak mungkin menyukainua. Aku melakukan ini demi taruhan bukan Karena menyukainya." Monolog jaemin.

Drrtt...Drrtt...Drrtt...

"Apa?"

"Ingin ikut balapan malam ini na jaemin?"

"Siapa lawannya?"

"Biasa, Lai Guan Lin. Berminat Na?"

"Oke. Aku akan kesana."

"Oke, aku dan mark Hyung juga sungchan akan menunggu." Dan jaemin langsung mematikan telponnya karena memang itu kebiasaannya yang sudah mendarah daging.


At. Rumah renjun.

Renjun terbangun dan diapun menatap bingung paper bag yang ada di atas nakas lalu melihat pintu kamar terbuka dimana sang ibu masuk dan tersenyum lalu mendekat untuk mengecek keadaannya.

"Ma?"

"Bagaimana keadaanmu sayang?"

"Sudah jauh lebih baik ma." Ucap renjun dengan suara lirihnya.

"Baguslah "

"Itu apa ma?"

"Mama tidak tau, tadi temanmu kemari untuk berkunjung."

"Teman?"

"Hmm."

"Siapa ma?"

"Na Jaemin." Dan renjun benar-benar kaget mendengar hal itu, dia juga bertanya-tanya dari mana jaemin tau alamat rumahnya.

"Dia teman yang baik nak. Sepertinya dia juga tertarik denganmu."

"Tidak ma, kami hanya teman dan tak dekat, mungkin besok saat masuk sekolah aku akan mengembalikan padanya."

"Baiklah, terserah kamu saja, yang penting kamu bahagia."

"Hmm."

"Yasudah, Mama akan menyiapkan air hangat agar kau bisa mandi lalu kita akan makan malam bersama."

"Hmm." Angguk renjun lalu diapun mengambil paper bag setelah Wendy pergi. Lalu membukanya.

"Kacamata? Ini sangat mahal, aku tak bisa menerimanya. Aku tak mau berurusan dengan na jaemin dan perasaannya." Monolog renjun lalu diapun langsung meletakkan kembali paper bag itu diatas nakas.

Ting!

Renjun mengambil ponselnya dan diapun melihat chat kelasnya yang sangat ribut.

*Class group*

Lihat na jaemin akan turun malam ini.

Benar na jaemin terlihat sangat tampan.

Aku harap Na Jaemin dapat menang malam ini.

Na Jaemin benar-benar seperti seorang pangeran.

Hei, Lee jeno juga tak kalah tampan.

Mark sunbae juga sama.

Sungchan hobae juga sama.

Mereka benar-benar definisi pangeran sesungguhnya.

Aku ingin menjadi kekasih mereka

Aku akan berusaha menjadi kekasih Na Jaemin.

Aku akan berusaha juga.

Aku akan menjadikan Lee jeno sebagai kekasihku.

Aku juga.

Renjun hanya menatap pesan itu tanpa minat lalu diapun menutup ponselnya dan berbaring sembari menatap langit-langit kamarnya.

"Kau tak boleh menyukainya Huang Renjun. Kalian sudah sangat berbeda bahkan dari kasta."

Wendy yang berada di balik pintu toilet kamar anaknya hanya bisa tersenyum sedih mendengar perkataan anaknya itu.

"Mianhe renjun, karena kita hidup seperti ini kau jadi menderita. Maafkan Mama."




























¶¶¶¶¶

Taruhan (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang