21

4.4K 551 42
                                    

Flashback

Dimalam yang gelap Aster berjalan santai ditemani cahaya bulan. Sebuah e-mail masuk membuatnya terkejut bukan main. Bagaimana bisa seseorang yang tidak dikenali menemukan e-mail nya bahkan memintanya untuk membunuh seseorang?

Aster merasa sekarang ia seperti Pembunuh bayaran karena hal tersebut. Satu hal yang membuat Aster tergiur kan adalah sebuah salinan chip yang selalu menjadi incaran di dunia bawah.

Ia sempat ragu tetapi melihat si pengiriman misterius tau akan identitas tentang nya membuat Aster yakin bahwa dia bukan sembarang orang.

Sebuah pisau melayang dengan tiba tiba kearah Aster yang dengan sigap menghindarinya walaupun sedikit terlambat membuat bahunya tergores cukup dalam.

Menatap sekeliling dengan tajam merasakan aura kuat dengan tatapan yang siap menguliti mangsanya.

Saat fokus mencari orang-orang yang menargetkan nya sebuah rumah panas berhasil menusuk paha Aster.

'Pistol Angin'

Dia lengah, seharusnya ia tahu bahwa beberapa Assassin lebih suka menggunakan pistol angin merendam suara tembakan.

Jatuh berlutut merasakan nyeri sekaligus mati rasa yang menjalar di kaki sebelah kanan berhasil melumpuhkan nya.

Haah... Itu bukan peluru biasa.

Merasakan kelopak mata yang mulai memberat dengan darah segar yang terus menerus keluar.

Sial, hari harinya tidak jauh dari luka, darah, maupun bahaya kak selalu mendatanginya.

Sebelum sepenuhnya terlelap suara langkah sepatu menggema memenuhi kepalanya. Itu adalah Cale, mencengkram dagu Aster lalu mengangkatnya memaksakan agar netra yang redup itu menatap langsung kearah matanya.

Flashback off

Netra abu-abu terbuka perlahan melihat ruangan gelap tanpa cahaya dan hanya mengandalkan sinar rembulan dimana ia terbaring di atas ranjang berwarna abu abu gelap.

Menggerakkan tubuh yang terasa kaku menuju posisi duduk sebelum merasakan belenggu yang terpasang di pergelangan kaki kanannya.

Mengernyit menatap belenggu itu sampai suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatiannya.

"Akhirnya dirimu bangun" langkah demi langkah menggema disana dalam kegelapan sosok tesebut berjalan dengan langkah berat sampai akhirnya sosok tersebut terlihat dengan jelas.

Wajah Aster memucat dengan mata yang terbuka lebar, seperti dia masuk ke dalam kandang singa.

Dalam keadaan melamun bergelut dengan pikirannya tanpa Aster sadari 'dia' sudah berdiri terpat di depannya.

Elusan di bagian wajahnya menyadarkan Aster dari lamunannya. Netra abu abu bertubrukan langsung dengan Netra merah yang sangat gelap. Seakan terhipnotis dengan netra yang bisa menjerumuskan mu kedalam lubang hitam tanpa batas maupun celah.

Ibu jari besarnya terhenti tepat berada di bibir bawah Aster dan menekannya hingga darah segar mengalir disana. Kerutan di dahi Aster terlihat karena rasa perih dengan bau anyir darah ia rasakan.

Hisapan menuntut ia rasakan di bibir bagian bawahnya, 'dia' menghisap dengan lembut darah itu dengan jilatan yang diberikan untuk membersihkan sisa sisanya.

Aster tidak ceroboh untuk melawan 'dia' dengan teriakan, perlawanan, ataupun serangan yang malah akan membuatnya dalam bahaya walau sekarang pun dirinya sudah dalam bahaya itu sendiri.

Seringai lebar tercetak di bibir-nya'

"Sangat patuh, tidak ceroboh" Sarkas nya dengan memberikan kecupan terakhir di bibir Aster.

Meninggalkan Aster sendiri di dalam ruangan tersebut seakan-akan yakin bahwa dia tidak akan bisa lari dari ruangan ini.

Tidak untuk Aster yang sekarang telah melepaskan belenggu itu dengan cukup mudah. Berjalan menuju jendela kecil memperlihatkan langit malam dengan Bulan yang senantiasa menyinari bumi.

Dengan sekali Ayunan kaki kaca dari jendela itu pecah berkeping-keping dengan dinding yang roboh menimbulkan suara yang sangat amat keras.

'BRAKK

Dobrakan pintu yang sangat amat keras terdengar di belakang Aster. Ia yakin walau Aster membelakangi 'nya' tetapi wajah mengerikan dengan urat yang dapat terlihat jelas pada wajah-nya' tanpa bergerak mencoba menghentikan maupun mencegah Aster.

Aster pergi, dia pergi walaupun tau bahwa kedepannya tidak akan bisa bebas dengan adanya 'dia'

Dia, Cale tidak akan pernah melepaskannya bahkan akan selalu mengejarnya di mana pun ia berada membawanya ke dalam dunia indah yang dibuat oleh Cale.


Keesokan harinya Aster harus menelan perasaan pahit. Ia sekarang tau Tuhan tidak akan memberikan jalan kehidupan yang normal.

Melvin, sosok yang selama ini berada di sampingnya telah pergi. Sekarang ia sendiri tanpa adanya kehadiran sosok yang secara tidak sadar menjadi salah satu bagian dalam hidupnya.

Tanpa sadar kehadiran yang awalnya sangat tidak berarti menjadi fragmen penting dalam kehidupannya kali ini.



TBC

Delor: gue tau, jan ngamok! Sengaja gue gantung

Uncertain feeling [END S1] [REVISI]Where stories live. Discover now