17. sleep well

416 45 3
                                    

Semua kehidupan sangat membutuhkan kenyataan, bukan sekedar harapan apalagi impian. Jika di suruh memilih antara sebuah kenyataan ataupun harapan, Kean pasti akan memilih kenyataan meskipun yang ada hanya rasa sakit. Tidak apa-apa lagian kebahagiaan juga akan datang setelahnya, dari pada harapan. Yang ada di baliknya justru sebuah keterbalikannya dari kenyataan.

Di keabadian Kean tidak mengharapkan apapun, dia juga tidak punya apa-apa untuk dipertahankan. Rasanya semakin menyalahkan dirinya sendiri, tidak tahu bagaimana agar menyatukan kebanggaannya.

Kean juga berbakat, dia itu hebat tidak beda dengan ketiga saudaranya yang lain. Orang-orang saja yang tidak memberikan pengakuan, sekalipun Kean menyerukan dia juga memiliki kelebihannya tersendiri.

"Ayahmu nanti bakalan datang ke sekolah kan? Hebat ya ayahmu itu. Seorang yang murah hati untuk menyumbangkan sebagian besar dari uangnya untuk sekolah kita, Kean kau beruntung terlahir dari keluarga itu," pujian itu dikatakan oleh teman-teman sekelasnya.

Jujur Kean saja tidak tahu apapun jika Ayahnya akan datang ke sekolah. Dia belum sepenuhnya sembuh juga, Kean seharusnya berada di rumahnya untuk tahap pengobatan. Bunda yang memintanya untuk tetap berada di rumah, tapi Kean sendiri yang memohon untuk diizinkan pergi ke sekolah hari ini.

Dan, justru dikejutkan oleh kedatangan ayahnya secara tiba-tiba. Saat kedua teman terdekatnya melambaikan tangannya ke arah Kean, anak itu belari meninggalkan. Lintang dan juga Nalen saling menatap satu sama lain, tidak mengerti dengan kelakukan Kean.

"Dia kenapa?" tanya Nalen memperhatikan langkah kaki Kean yang terkesan terburu-buru itu.

"Apa dia marah padaku? Kemarin waktu dia bilang sakit aku malah menunjukkan betapa kecewanya waktu itu. Dasar bodoh, aku enggak seharusnya kayak gitu."

Lintang tidak memikirkan hal-hal yang panjang lagi, dia segera mengejar Kean namun terlambat. Anak itu sudah menghilang entah kemana, dan kebetulan juga seorang guru memanggilnya untuk menjadi MC secara mendadak hari ini. Mereka juga tidak tahu ada acara apa di sekolahnya.

Semuanya memang terjadi dengan begitu saja tanpa sebuah informasi apapun. Nalen yang sama khawatirnya dengan Kean, hanya bisa menatap ke arah mana anak itu pergi. Dan mengatakan pada Lintang akan mencarinya nanti.

Hanya karena dia terlihat biasa-biasa saja di saat memikul segala bebannya. Bukan berati dia benar-benar kuat, sudah semestinya senyuman menjadi bukti tidak ada yang terluka di sini.

Tapi semua manusia pun bisa berbohong kapan saja, mereka mempergunakan kebohongan demi memperlihatkan bagaimana tak terlukanya akan keadaan. Mungkin Kean juga sama, itu sebabnya Nalen pun memperhatikan secara diam-diam dan mengetahui semuanya yang terjadi.

Saat Nalen duduk bersama dengan anak-anak lain, dia mempertanyakan mengenai acara mereka hari ini. Tidak seperti biasanya acara berlangsung tanpa dirancang sedikitpun.

"Acara apaan?"

"Ayah Kean ngasih sumbangan sebagian besar dari hasil perusahaannya. Hebat kan, Kean pasti beruntung karena dia anak dari orang kaya. Tapi apa ayahnya beruntung memiliki Kean," katanya tanpa memikirkan bagaimana perasaan Kean jika mendengar perkataan tersebut.

Maka dari itu, Nalen menepuk pundaknya kuat sekali. Sampai-sampai dia tersadarkan telah mengatakan kesalahan. Sambil membungkukkan badannya, cowok itu berpindah tempat duduk agar tidak berdekatan dengan Nalen.

Sementara dengan Nalen sendiri dia segera keluar dari ruangan tersebut. Acara ini bukan acara yang seharusnya dia ikuti, lagian apa gunanya. Dia juga tidak mendapatkan bantuan juga nantinya. Yang ada pasti Kean sedang memikirkan banyak hal yang membuatnya bertambah kesakitan.

𝙸𝚝'𝚜 𝙶𝚘𝚗𝚗𝚊 𝙱𝚎 𝙾𝚔𝚊𝚢[✓]Where stories live. Discover now