Part 1

163K 5.9K 172
                                    

Ebook sudah tersedia di playstore. Cari pakai nama Diah Mira.

SATU

Pagi yang cerah bukan? Suara burung yang bersiul; sinar matahari yang menembus kaca; suara orang-orang yang riuh dalam aktivitas paginya, dan suara dengkuran halus yang masih tetap kekal dalam tidurnya. Seakan tak terganggu dengan kebisingan aktivitas para tetangga—yang berteriak-teriak untuk memanggil tukang sayur. Atau membangunkan anak mereka yang masih tidur, atau bunyi komprangan orang yang tengah memasak, atau suara para istri yang sedang berteriak-teriak kepada suaminya.
Kehidupan di rumah susun, sama sekali tak membuat wanita muda ini terbangun bahkan sekedar menggeliatkan tubuh.

“Astaga … Azza! Lo gila ya?! Tidur kayak kebo! Ini udah jam sembilan pagi dan lo masih enak-enakan tidur?! Ya, ampun… Arza Sayang, nyaris mati ama Mak lo sendiri.” Via mendobrak kamar Azza yang masih tertidur dengan pulasnya. Dan terkejut saat melihat Arza, bayi laki-laki Azza yang tidur dengan wajah tertutup selimut.

Azza tak mempedulikan teriakan sang teman yang kini sudah mengangkat bayi laki-lakinya. “Untung selimutnya tipis!! Kalo tebel gimana coba?!” Via masih saja mengomel sembari menepuk-nepuk halus punggung bayi berusia tujuh belas bulan itu—yang mulai menangis kencang, karena merasa tidurnya terganggu.

Azza—wanita muda berusia 22 tahun itu—sedikit menggeliatkan tubuh saat mendengar suara tangis bayinya yang memenuhi ruang kamar kecilnya.
“Huaaaaahhh….” Azza menguap lebar sembari duduk dengan malas. Rambut hitam panjangnya yang dia rawat hingga sepinggul nampak berantakan. Sebagian bahkan menutupi wajah cantiknya. Aah… dia seperti zombie. Cantik, tapi seperti zombie. Apalagi ada lingkar hitam di bawah mata yang menunjukkan bahwa beberapa hari ini dia kurang tidur. Dia terlihat semakin mengerikan.

Azza mengulurkan kedua tangan ke arah Via—teman seatapnya di rumah susun yang mereka sewa bersama.
“Anak gue! Aah … lu mah, udah ngurus anak gue dari bayi, tapi cuma bisa bikin nangis, nggak bisa bikin diem!” teriak Azza dengan suara serak khas bangun tidur.

“Eehh, busyet! Ni anak nangis kan karena lo, gila!” Via, wanita berkulit hitam manis bermata bulat serta berbibir tipis ini memberikan Arza kepada Azza.

“Aaduuuh….” Azza meringis kesakitan, saat rambut wewe gombelnya ditarik oleh anaknya sendiri. Merasa kesusahan, perlahan dia letakkan sang anak di atas kasur. Arza yang tidak rela diturunkan pun semakin mengencangkan tangisannya. Cepat-cepat, Azza mencepol rambutnya ke belakang dengan ikat rambut yang ada di pergelangan tangannya. “Iya-iya, Arza. Sabar kenapa?” ucapnya lembut kepada anaknya. Azza kembali mengangkat Arza dan didudukkan di pangkuannya.”Cup cup cup, Tante Via nakal? Nggak bisa diemin anak Ibu?”
Pletak!

Via menjitak kepala Azza, membuatnya meringis namun kemudian tersenyum jahil.
Azza mencium kedua mata, pipi, dan bibir bayi laki-lakinya yang bertubuh gendut itu. Pipi sang anak semakin merah karena ciumannya.
Azza membenahi posisi Arza dan meletakkan kepala anaknya di sisi kiri. Aktivitas disetiap paginya. Menyusui sang anak sembari mengajak anaknya berbicara.

“Wajarlah cuma lo yang bisa bikin anak lo diem, lo ada susunya, lah gue kagak!!” ucap Via yang duduk di sebelah kanan Azza sembari menggelitiki kaki Arza, bayi lucu itu. “Keselek anak gue, bego!” ucap Azza diselingi tawa saat melihat anaknya meringis karena geli.

Arza yang memiliki warna manik mata seperti sang ibu ini adalah bayi berusia tujuh belas bulan yang lahir secara premature. Kelahiran yang mengakibatkannya menderita keterlambatan motorik.

Diusianya yang sudah lebih dari satu tahun ini, Arza belum mampu berjalan dengan baik, maupun berucap dengan jelas. Bahkan, sekedar untuk berkata ‘Ibu’ pun dia belum bisa. Hanya ‘tatata’-lah yang sangat sering bayi ini ucapkan. Bahkan fisiknya saja, terlihat seperti bayi yang baru berusia satu tahun. Cenderung pendek namun berisi dan menggemaskan.

Azza Crazy MamaWhere stories live. Discover now