5- Rencana Dimulai!

6.2K 308 4
                                    

"Diera, tunggu. Sampai kapan lo mau kayak gini" ucap Rafa sambil menahan tangan Diera

"Lepasin!!, gue mau sendiri"ucap Diera lalu menghempaskan tangan Rafa dan pergi

"Please, jangan lakuin hal bodoh, Die"batin Rafa cemas

Diera berlari menuju danau di dekat sekolahnya

"ARRRRRGGGGGGHHHHH!!!"teriak Diera berusaha melenyapkan sesak yang amat sangat dirasakannya

"Sampai kapan gue harus kayak gini, gue udah capek sama semuanya" lirih Diera

"Kak Diana, please kasih tau Diera apa aku harus mengakhirinya sekarang?, aku tidak mau terus-terusan tersiksa seperti ini, tapi aku juga nggak mau tersiksa karna sangat kehilangan kakak. Kak Diana, secepatnya aku akan mengungkapkan semua yang selama ini tersembunyi, bersabarlah" lirih Diera

Air matanya hampir menetes mengingag betapa ia sangat kehilangan kakaknya, satu-satunya keluarga yang ia miliki. Kini ia sendiri, ia sebatang kara, kakak dan kedua orang tuanya telah meninggalkannya. Betapa ia merasa hancur sekarang!

Diera mengusap pelupuk matanya sebelum cairan bening itu meluncur bebas dikedua pipinya. Setelah itu ia memutuskan untuk kembali ke sekolah

*****

Luna diminta pak Agus untuk mengembalikan buku cetak ke perpustakaan, namun buku-buku tersebut sedikit menghalangi pandangannya sehingga ia tidak dapat melihat jalan dengan benar, Tiba-Tiba...
.
.
.
.
BRAKKKK!
.
.
.
.
Semua buku-buku tadi berserakan dilantai, karna seseorang memabrak Luna

"Ha?, em maaf kak, aku nggak liat jalan tadi" ucap Luna sedikit takut sambil jongkok memungut buku-buku tadi. Tiba-tiba orang yang menabrak Luna tadi ikut memungut buku-buku itu lalu menyerahkannya pada Luna

"Gpp, gue buru-buru tadi" ucap Orang itu dengan ekspresi yang sulit diartikan, lalu ia pergi

Setelah orang itu pergi Luna menghela nafas lega

"Ya ampun berasa mau copot jantung gue, tapi itu beneran kak Diera kan?, nggak nyangka ternyata dia baik juga" ucap Luna sambil memperhatikan Diera yang sudah menjauh

"Woi, bengong aja lo. Liatin apaan sih?" Tanya Nora

"Nora!!!, ngagetin banget sih. Nggak liat apa-apa juga kok. Udah mendingan lo bantuin gue nih" ucap Luna, Nora hanya bersungut

"Udah deh, nggak usah dimanyun-manyunin tuh bibir. Mau dimiripin sama bebek?" Timpal Luna

***

"Diera" merasa dipanggil Diera menoleh

"Apaan" ucap Diera sambil menyilangkan kedua tangannya di depan Dada

"Sampai kapan lo kayak gini?" Tanya orang itu

"Heh?, sampai kapan?, sampai semuanya terungkap" ucap Diera penuh penekanan

"Apalagi yang mau lo ungkapin, semuanya udah jelas. Itu murni kecelakaan"ucap Orang itu lagi

"Lo nggak tau aja,Raf. Ada sesuatu yang mengejutkan yang gue tau di balik kecelakaan kakak gue itu"batin Diera

"Kenapa lo yakin itu kecelakaan?, sementara penyelidikan belum tuntas dan diberentiin ditengah jalan tanpa kepastian. Lo tau gimana sakitnya gue?, lo nggak tau apa yang gue rasain, gue sakit... gue kehilangan keluarga terakhir gue, dia sangat berarti buat gue, Raf, sangat berarti"ucap Diera tajam, ya orang itu Rafa

"Gue tau gi..."

"Lo nggak tau. Kalo lo nggak mau nolongin gue, seenggaknya jangan halangin gue" ucap Diera

Revenge [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang