BAB 6

728 87 54
                                    

Guyuran air dari shower dapat meredakan panas yang memenuhi kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Guyuran air dari shower dapat meredakan panas yang memenuhi kepalanya. Usai mengeringkan tubuh, Viola memakai piyama di dalam kamar mandi. Rambut panjangnya digulung handuk kecil  merah muda. Ia tampak segar ketika membuka pintu kamar mandinya.

Baru mau membuka pintu kamar tidur yang berada di samping kanan, Viola dapat merasakan semilir angin dari belakang. Ia menoleh, mendapati pintu balkonnya terbuka lebar. Menghela napas sejenak, ia tahu pelakunya.

Viola melangkah mendekat. Benar saja, seorang pria berambut sedikit panjang bergelombang dengan kaos hitam dan celana pendek sepaha sedang duduk di kursi rotan di teras balkon, sibuk dengan ponsel di tangannya.

"Ngapain lo?" tanya Viola, melangkah lebih dekat dan duduk di kursi rotan di samping si pria.

"Abis minta makan," sahutnya santai.

Viola berdecih dengan sinis. Darian kalau datang ke rumahnya hanya untuk minta makan, kalau tidak ia datang karena Wi-Fi di rumahnya lelet atau belum dibayar.

Heran. Meski jadi freelance konsultan bisnis dan keuangan, Darian malah seperti orang yang kesusahan. Padahal Viola yakin, kalau gajinya bisa mencapai dua digit hanya dari satu proyek aja. Tapi, pria itu sepertinya membeli nasi saja tak mampu.

Darian meletakan ponsel di paha. Kaki panjangnya lurus meregang, dengan kedua tangan ke atas. Duduk seharian di depan layar, ponsel, dan laptop bergantian. Lelahnya melebihi kerja turun di lapangan.

Betulan. Pagi sampai sore, kadang malam. Darian selalu mendapatkan link undangan Zoom dan undangan Skype, yang artinya ia akan bergabung dengan sebuah forum rapat. Membutuhkan dua sampai tiga jam untuk mengakhiri sebuah rapat konsultasi.

Walau sebenarnya, mau work form home atau work form office, semua pekerjaan tetap melelahkan. Darian ingin kaya dalam sekejap mata, jadi tidak perlu berlelah-lelah begini juga.

"Gue denger-denger, katanya rekaman itu muncul lagi?" tanya Darian.

Ah, menyebalkan. Padahal sejenak Viola sudah melupakan masalah itu tadi, Darian malah kembali membahasnya. Ia mengerucutkan bibir sembari mengangguk. "Video baru," jawabnya lemas.

Darian ikut menghela napas. Sebenarnya mudah, bisa saja perempuan itu memang mirip atau di teknologi yang sudah maju ini dengan mudahnya wajah orang bisa ditempel di video orang lain sehingga bisa terlihat nyata. Toh, ini hanya kesalahpahaman kecil.

Orang Indonesia terlalu termakan hoax tidak penting, yang bahkan tidak merugikan diri sendiri. Kebanyakan malah menambah-nambahkan sehingga masalah merambat ke mana-mana dan semakin memanas.

"Resign aja," usul Darian, yang mendapat pelototan dari Viola.

Viola berdecak sebal. "Ya nggak semudah itu, dong. Cari kerja di Jakarta itu susah, lawan lo banyak. Apalagi sekarang lowongan kerja dibatasi usia juga pengalaman."

Partner in Prime [ ✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang