BAB 29

473 52 20
                                    

"Inget, La

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Inget, La. Jangan lagi coba deketin Arsil, kita nggak tau dia itu berbahaya atau enggak. Terpenting di sini, kita udah punya cukup banyak bukti yang bisa menguatkan pencidukannya bila dia punya alibi."

Mengingat peringatan dari Gevariel beberapa jam lalu sebelum pria itu pergi dari rusun, untuk pamit pergi bertemu dengan tim gabungannya. Dalam bosan, Viola hanya berdiam diri di dalam unit.

Setelah mengetahui penjelasan Gevariel tentang kepala unit yang tahu ia telah melibatkan dirinya dalam tugas khusus ini. Pria itu jadi lebih khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di luar prediksinya. Memang, Viola juga sempat berpikiran mungkin, Arsilia punya otak yang jauh lebih cerdas dari mereka.

Viola kembali melamun. Jadi pengangguran itu ternyata sangat membosankan. Ia yang tadinya sering banyak mengeksplor di luar ruangan, tiba-tiba saja jadi sering diam di dalam ruangan. Hampa, Viola mengakuinya.

Kakinya kini menendang-nendang keset baju yang tergeletak di depan kamar mandi, mengeringkan kakinya yang habis terkena air ketika membersihkan ruang lembab itu sehabis buang air besar. Tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukannya, menyapu unit, bahkan mengepel sudah dilakukan. Urusan mencuci pakaian, Gevariel akan menyerahkannya pada orang yang menyediakan jasa laundry.

Sebenarnya Viola cukup takjub dengan dirinya yang bisa bertahan cukup lama tanpa internet. Padahal, di rumah dan di luar rumah pun internet seakan menjadi sahabat paling dekatnya. Viola sering uring-uringan kalau paket internet habis di saat yang tidak tepat, atau Wi-Fi rumahnya yang tiba-tiba saja lelet. Cukup lama ia mematung, memandang ponselnya yang berada di atas meja, selesai diisi baterai. Oh, tentu saja pahlawan yang rajin selalu mengecek presentase baterai untuk di-charger adalah Gevariel.

Namun, untuk sekarang Viola masih enggan menon-aktifkan mode pesawat pada ponsel. Ia masih belum siap untuk menerima banyak pesan bahkan panggilan, yang pasti akan mencari keadaannya. Termasuk, ayah dan ibunya yang tentu saja pasti sangat merindukannya.

Mungkin.

Satu hembusan napas panjang, Viola ingin mengesampingkan masalahnya sendiri. Sekarang, mencari banyak bukti dalam tugas polisi yang Gevariel jalani, adalah pekerjaan sampingan yang tidak ingin terdiktraksi.

Pikiran dan atensinya teralihkan dengan sebuah ketukan di pintu. Viola tak menduga-duga siapa yang datang dan segera membukanya seraya memasang mesum, begitu saja luntur ketika tahu siapa yang sedang menunggunya.

"Mana Gevariel?"

Pada daun pintu, Viola menyandarkan sisi tubuhnya dengan tangan melipat. "Enggak ada, Bang. Dia udah pergi."

"Lagi?"

Anggukan dari perempuan itu membuat Tirta mendesis kesal. Di ambang pintu Viola bingung, kenapa Tirta harus repot-repot pergi ke rusun ini untuk menemui Gevariel yang jarang ada di sana. Ada ponsel yang bisa dihubungi--ah, Viola lupa. Kalau sedang bertugas, Gevariel jarang mengaktifkan ponsel pribadinya, dan lebih sering pakai handy-talkie untuk menghubungi rekannya yang lebih prioritas.

Partner in Prime [ ✔️ ]Where stories live. Discover now