[Chapter 6] Alasan suka dengan horor

223 11 3
                                    

Rin sepenuhnya menjadi seorang striker dan juga menjadi penguasa di lapangan. Rekan setimnya adalah bidaknya. Gerakkan mereka dengan baik, dan jika mereka mencapai gawang, dia yang akan menang. Rin memancing musuh pergi dan menjatuhkan mereka. Dia membiarkan mereka terjebak dalam tembakan palsunya. Dia berpura-pura pergi sendiri lalu mengecoh mereka dengan kartu pasnya, dengan membiarkan mereka salah membaca pergerakannya.

Rin selalu mendahului mereka. Itu juga berarti bahwa dimensi pemikirannya semakin tinggi. Dia melakukan permainan sesuai dengan plot yang disusun olehnya. Bukan sebuah dorongan, tapi pemikiran. Gaya bermainnya telah berubah, tetapi bukan apa yang ada dalam pikirannya.

Ah, andai saja Nii-chan ada di sini......

Dia masih berpikir sama seperti ketika dia masih di sekolah dasar. Sae tidak hanya keren, tapi juga ber-hati baik. Sae mengajarinya betapa menyenangkannya sepak bola dan membelikannya es krim untuknya. Sae-lah yang melatih dan menjadikan Rin seorang striker.

Aku ingin bermain sepak bola dengannya lagi. Aku ingin menembak dengan umpan dari Nii-chan.

Pikiran ini selalu ada di benak Rin. Itulah mengapa perlu untuk menutupi sepenuhnya dengan motivasi nya. Obsesi mencetak gol dan ego sebagai striker tidak diperlukan dalam tim.
Selain itu, gaya permainannya kini diterima dengan sangat baik oleh orang dewasa, termasuk manajernya.

"Rin akhirnya kau mengerti bagaimana menjadi pemain tim! Memanfaatkan rekan satu tim mu sebaik-baiknya dan berkontribusi untuk tim! Itulah inti dari sepak bola Jepang!"

Itulah yang ingin dilihat orang Jepang. Permainan tim, daripada keterampilan individu, mereka lebih memuji kinerja individu yang dapat mendorong tim. Bahkan untuk rekan setimnya, Rin kini menjadi
"kartu as yang bisa diandalkan".

Suatu hari setelah latihan.

"Baru-baru ini, Rin telah berubah. Dia benar-benar memperhatikan sekelilingnya saat bermain",

kata seorang pria yang merupakan seorang forward sambil mengunyah sepotong ayam yang dia beli dari toserba. Sementara Rin keluar larut malam untuk latihan bebas rutinnya, rekan satu timnya yang lain pergi ke toko serba ada untuk membeli sesuatu untuk dimakan sebelum pulang.

"Dia benar-benar berubah. Dia memang adik Sae. Dia sangat berbakat, bukan?" kata si pria yang sedang makan frankfurter.

"Tapi, kamu tidak benar-benar tahu apa yang dia pikirkan, kan?" tanya pria yang membeli onigiri tuna mayo sambil mengupas plastik kemasannya.

"Yah, dia tidak banyak bicara, dan itu agak menakutkan." Cibir pria yang sedang makan keripik kentang.

Sikap Rin terhadap sepak bola sangat tangguh, sehingga berada di dekatnya terasa sangat mengintimidasi. Jika mereka mencoba bermain-main selama latihan, dia akan memberi mereka tatapan maut.

"Kamu tahu, saat itu aku......", pria yang sedang makan roti melon bergumam.

"Di hari lain aku melihat rin di stasiun edoten..."

"Apakah itu karena dia tersasar ke Enoden?"

"Rin sedang berbicara dalam bahasa Inggris pada beberapa turis asing. Mereka sepertinya bertanya tentang stasiun tempat mereka akan turun."

"Astaga Aku yakin itu berat baginya, dia tidak bisa belajar sama sekali, kan?"

"Ya, ya. Dia benar-benar idiot!"

Tapi dia mencengkeram roti melon dengan erat dan berkata dengan wajah pucat seolah-olah dia melihat hantu.

"Dia bisa menjawab dalam bahasa Inggris tanpa kesulitan, lalu turis itu mengatakan sesuatu seperti Terima kasih, dia sepertinya fasih berbahasa Inggris ......!"

Itoshi Rin Spin Off (Light Novel Indonesia Translete) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang