9. Berubah

117 23 6
                                    

Manusia memang susah untuk di tebak, baik hati atau pun keinginan seseorang, lagi lagi Herin di hadapkan dengan perubahan seorang Haechan, kemarin ketika sakit dunia kekasihnya itu seolah terpusat sepenuhnya pada dirinya, tapi setelah sembuh beberapa hari ia kembali ke sifat aslinya, Haechan yang cuek dan tak mau tau.

Hanya helaan nafas yang dapat Herin lakukan saat Haechan lagi lagi tak bisa menemaninya keluar sebentar, padahal sebenarnya Herin ingin memberitau lelaki itu bahwa besok adalah hari special baginya, dan ia ingin membeli sesuatu untuk dirinya sebagai perayaan untuk bertambahnya usianya sendiri, Herin tak berniat untuk meminta sesuatu pada Haechan hanya ingin meminta ditemani saja, sebentar pun tidak masalah baginya.





"Kapan kapan ya Rin, aku udah janji bawa Somi ke rumah hari ini, kan gak mungkin aku gak temani dia di rumahku sendiri"





"Oh!" jawabnya tanpa membalas isi pesan Haechan.

Sadarkan Herin bahwa statusnya tak lebih penting dari sahabat kekasihnya, ada yang bilang kalau di suruh memilih sahabat atau pacar katanya lebih baik pilih sahabat! jangan pacaran kalau akhirnya di suruh untuk memilih sahabat, karna setelah pacaran intensitas dengan sahabat pasti sedikit berkurang, begitu juga saat kita menikah nanti.

Tapi jika seandainya Herin di posisi sang kekasih mungkin dirinya juga akan seperti itu, tapi tergantung pada diri masing masing, mungkin kekasihnya membuat janji lebih dulu pada sahabatnya, harus adil bukan dalam berjanji siapa yang lebih dulu itu yang di pilih.

"Sendiri juga gak papa kok" gumamnya yang berjalan tanpa melihat jalan di depannya, hingga dahinya menubruk punggung keras seseorang.

"Maaf" cicitnya pelan.

"Herin"

Mendengar suara itu membuat dirinya kesal akan kejadian kemarin.

"Maaf, tadi aku gak lihat"

"Gak papa" jawabnya dengan senyum diwajahnya hingga matanya menyipit hampir hilang.

"Jen, gue duluan ya" kata lawan bicaranya tadi.

"Oke, kabari nanti ya"

Jeno kembali menatap Herin, wajah kekasih Haechan itu masih merengut.

"Soal kemarin, aku minta maaf"

"Gak usah sok baik lain kali, kalo emang gak bisa bilang gak bisa"

"Iya... maaf... kita ganti lain hari mau?"

Kesempatan yang bisa Herin ambil, lagi lagi pelariannya pada lelaki ini yang tak lain sahabat Haechan, gak ada yang salah kan? toh dirinya dan Jeno hanya berteman biasa.

"Ayo jalan hari ini, aku mau cari kado" ajaknya.

"Siapa yang ulang tahun?" katanya dengan kening mengkerut.

"Aku"

"Haechan gimana?"

"Somi lebih penting" jawabnya lalu melengos pergi dari hadapan lelaki itu.

"Mau lo apa sih Chan... gue udah baik loh kemarin, kok sekarang tengkar lagi" gumamnya.




🐶🐶🐶



"Lo punya pacar gak?" tanya Herin tiba tiba ketika bosan di dalam bus.

"Enggak"

"Haechan tuh gak pernah pacaran ya Jen?"

"Enggak, maklumin ya kalo dia gak peka"

"Mau sampe kapan ya Jen, suatu saat gue bisa juga jenuh"

Denial {Haechan}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang