Oneshoot

3.8K 411 43
                                    

"We broke up."

Hening adalah reaksi pertama dari serangkaian orang yang menyambutnya di pintu masuk ballroom. Acara reuni SMA yang tadinya meriah, mendadak menjadi canggung hanya karena satu kalimat dari seorang kawan lama yang bahkan belum lima menit menginjakkan kaki.

Mereka tidak bertanya kenapa suit yang ia kenakan terlihat mahal, tidak tanya bagaimana penampilannya lebih mewah ketimbang 3 tahun lalu saat perpisahan SMA. Tidak tanya pula bagaimana kelihatannya proporsi tubuh yang mengurang drastis ketimbang terakhir bertemu.

Instead, they asked,

"Why are you alone?"

"Doesn't he always with you?"

"It's rare to see you here without him."

"What happened?"

Ah.

Memang, baginya belakangan ini sudah biasa sendiri.

Tapi bagi orang sekitar.. ini pertama kalinya melihat seorang Vernon tidak bersama Boo Seungkwan alias teman satu nadinya.

Nama yang tadi disebut teman-teman bukan panggilan sok western semata, tapi memang Ibunya murni orang barat. Keturunan silang antara Amerika dan Asia, namun takdir berkata ia harus lahir di Asia sehingga bisa bertemu dengan seorang bayi dengan jarak satu bulan di atasnya, di rumah sakit yang sama tempat dirinya lahir.

Boo Seungkwan. Vernon ingat bagaimana Ayahnya mengenalkan nama tersebut pada dirinya yang masih menghisap jari. Menatap penuh pertanyaan juga penasaran pada sosok di hadapan yang sibuk menggapainya seakan ingin berkenalan.

Dang.

Who knows after that, all of his life story will be filled with him only.

"Hng, gimana ni Bononie? Yang yain di atats tapi dia di bawah."

"..bial saja. Ayo."

"Huh?! Mana bitsa!
Kwanie.. kwanie naikin duyu. Tunggu, ne!
Hup."

Amaze.

Adalah impresi pertama yang Vernon sadari, ketika memerhatikan bagaimana Seungkwan di umur empat tahun berusaha keras naik ke pohon sambil menjaga burung kecil di saku jaketnya.

Jujur, Vernon tidak peduli sama sekali. Baginya natural seekor anak burung jatuh dari sarang. Toh nanti Ibunya pasti datang dan memungutnya. Kenapa repot-repot buang waktu demi hal seperti ini?

Semua itu tidak ia katakan, tapi ia ekspresikan jelas sekali lewat wajah mengerut juga tatapan bingung. Terlebih saat Seungkwan berhasil turun dengan pakaian kotor juga tangan kecil yang lecet sana sini.

Tapi saat mereka saling bertemu tatap, bocah tersebut hanya terkekeh menanggapi ekspresi menyebalkan Vernon. Lanjut memakai tasnya, kemudian bicara dengan santai.

"Kwanie tsuka menoyong. Tsepeyti Papa."

"..oh."

"Dah. Ayo."

Mengerti, tapi juga tidak mengerti.
Vernon kecil hanya bisa diam sepanjang dirinya memimpin perjalanan kembali ke rumah.

Sebenarnya konsep menolong itu apa?

Burung itu tidak butuh uang, lalu kenapa ditolong?

Bukankah menolong harus pakai uang?

Banyak saudara yang datang ke rumah Vernon untuk minta tolong, lalu Ayah Ibunya memberi mereka uang.

Terus kenapa.. Seungkwan menolong seekor burung?

Makhluk itu tidak minta, kan.

Hidup Vernon sejak saat itu, dipenuhi pelajaran bermakna lewat pengalaman yang dilalui bersama bocah yang akhirnya menjadi tetangga di umur 6 tahun.

✓Love Story [VerKwan Oneshoot BxB]Where stories live. Discover now