Drie

295 42 0
                                    

Waktu berlalu begitu saja, kini sudah dua jam lamanya Renjun disana. Ia terdiam cukup lama, masih memikirkan hal yang dilakukan oleh teman kakaknya itu. Pikiran pemuda manis itu akhirnya terganggu tatkala mendengar suara Xiaojun dan Hendery yang kembali bertengkar. Renjun hanya menatap dua orang yang lebih tua setahun darinya itu malas,

"Kakak, apa kakak masih lama? Kaki ku kram diposisi ini, punggungku juga sakit." dua orang disana seketika menghentikan perdebatan mereka, kemudian menoleh kearah Renjun yang memijit pahanya.

Xiaojun tidak langsung menjawab, ia kemudian menatap kertas yang kini sudah 80% selesai. Hanya tinggal beberapa tambahan lagi, maka tugas menggambar sketsa bangunannya selesai.

"Baiklah, ayo pulang. Kakak akan membereskan ini dahulu, kau hubungi kembaranmu." perintah Xiaojun mulai menyimpan alat-alatnya, Renjun yang mengerti hanya mengangguk lalu mengeluarkan ponselnya berniat menelpon Jaemin yang mungkin kini masih berada dikantin.

"Kau pulangnya pakai apa?" tanya Hendery khawatir, pasalnya yang ia tahu bahwa Xiaojun datang bersama Mark. Tentu saja pemuda itu tidak membawa kendaraan, lalu si kembar membawa satu motor.

"Hm? Dengan Mark, dia bilang kelasnya berakhir jam delapan. Ini sudah lewat."

"Denganku saja bagaimana?"

"Tidak, terimakasih. Papaku yang menyuruh kembali dengan Mark." Xiaojun mendengar helaan nafas dari Hendery, namun ia memilih untuk tidak perduli.

"Baiklah, hati-hati." setelah mengatakan itu, Hendery berjalan kearah pintu keluar dengan lunglai. Seolah semangat nya yang sebelumnya membara, luap begitu saja.

"Ayo njun" Xiaojun lagi-lagi memilih untuk tak memperdulikannya, ia dengan menyandang tabung gambar meraih lengan sang adik lembut. Berniat memapah Renjun.

"Aku bisa sendiri kak, aku hanya tergores sedikit. Bukan lumpuh." Tolak Renjun, namun Xiaojun mengabaikan sang adik dan kembali memegang tangan adiknya itu.

Dengan sebelah tangannya yang memegang Renjun, tangan nya yang lain mencoba meraih ponsel di saku celana. Ia dengan segera menghubungi nomor Mark, berharap pria itu sudah tak ada kelas lainnya.

"Mark, apa kau sudah selesai?" katanya saat panggilan itu tersambung, terdengar suara Mark yang berkata sudah dan sekarang sedang berada di kantin bersama yang lain. Xiaojun lalu meminta Mark dan Jaemin untuk menunggu mereka di parkiran, mengatakan bahwa Renjun ingin pulang.

Sambungan telfon itu berakhir saat Mark mengiyakan perkataan Xiaojun, dengan begitu kakak beradik itu berjalan menuju parkiran yang tak jauh dari gerbang utama.

"Waah, Renjun. Apa kakimu baik-baik saja?" Sapaan Mark terdengar ketika mereka sudah saling berhadapan, Renjun hanya membalas dengan terkekeh manis.

"Tentu saja"

"Sangat imut"

"Terimakasih~"

Xiaojun memutar bola matanya melihat tingkah adiknya ini, entah mengapa di mata Xiaojun itu terlihat sangat menggelikan.

"Oh benar, kita kan bawa motor" ujar Jaemin yang sedari tadi menyimak ketiganya, perkataannya membuat ketiga lainnya tersadar.

"Benar juga, kalau begitu. Kalian saja bersama dengan Mark, aku yang akan membawa motormu."

Mark, Renjun dan Jaemin mengangguk mengiyakan. Ketiganya masuk kedalam mobil milik Mark, sedangkan Xiaojun berjalan menuju parkiran motor. Dimana motor kesayangan Renjun berada.

Ketika sampai, ia menatap lama body motor matic yang kini sudah tergores di sebelah kirinya. Tentu saja hal ini akan membuat orang tua mereka curiga, Ah sepertinya Xiaojun harus mengantar motor ini ke bengkel dahulu.

ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang