❏ :22 DO NOT OPEN THE DOOR (I)

62 5 0
                                        

Rabu, hari pertama Hyunjin hilang.

"Ayo kita mulai kelasnya," ujar Sunwoo. Pemuda itu menghampiri Hyunjin yang malah asyik bermain game di atas sofa.

Tanpa melirik Sunwoo sama sekali, Hyunjin menjawab, "Kelas? Kelas apaan dah." Kedua ibu jarinya masih senantiasa mengusap layar ponsel untuk mengontrol karakter pada permainan yang sedang ia mainkan. Benar, Hyunjin bermain game.

Sunwoo menghela napas ringan. Ia berkacak pinggang. "Katanya lo mau belajar, gimana sih?! Malah maen genshin anjir," protesnya

"Ya ya bentar lagi selese cuyy," kata Hyunjin yang terlihat sedang seru-serunya.

Alhasil Sunwoo menunggu dengan sabar dan tabah. Dia duduk di kursi lainnya sembari memerhatikan Hyunjin yang fokus pada ponselnya dengan kaki bersila di atas sofa. Dia tampak fokus sekali, huh.

Lima menit.

Sepuluh menit.

Lima belas menit.

Sunwoo hampir saja tertidur menunggu pemuda Hwang itu. Dalam sepersekian detik, Sunwoo merampas ponsel Hyunjin dan mengantonginya. Batas kesabarannya cukup sampai sini, pikir Sunwoo.

"Ah! Lo mah gak seru!" Hyunjin yang semula duduk bersila lantas menghempaskan punggungnya pada sofa empuk itu. Kakinya dihentak-hentakkan seperti bayi. Persis seperti bocah yang dimarahi ibunya karena terlalu lama memainkan ponsel.

"Jangan kayak gitu."

Hyunjin mendengus. Ia beranjak menghadap Sunwoo. Mengangkat dagu dengan gaya menantang. "Trus lo maunya apa?"

"Sesuai perjanjian. Lo ke sini buat apa?"

"Belajar."

Sunwoo menjentikkan jari. "Itu tau."

Sunwoo mengajak Hyunjin pergi ke suatu ruangan. Sunwoo bilang, ruangan itu merupakan laboratorium miliknya. Ketika sudah masuk ke tempat yang dituju, Hyunjin mengedarkan arah pandangannya ke seisi ruangan. Banyak sekali lemari penyimpanan serta keperluan laboratorium yang Sunwoo punya. Meski ini lab kecil-kecilan, tetapi peralatannya tidak kalah lengkap dari lab di sekolah.

"Wah, boleh juga Kim, tempat lo ada beginian," decak Hyunjin, dia kagum.

"Ya iya lah Hwang, kita ini kan murid Sains!" jawab Sunwoo sembari menyerahkan sarung tangan latex pada Hyunjin. "Pake, biar lab gue gak terkontaminasi dengan kedekilan lo."

Hyunjin berdecak, lantas ia mengambil sarung tangan dari Sunwoo dan langsung memakainya. "Cih, kayak yang pas weekend mandi aja," ucapnya tak luput dari nada julid.

Sunwoo tersenyum miring, lalu membalas, "Halah, kayak yang makanannya jatoh sebelum lima detik gak diambil aja."

"Kayak yang gak pernah buang sampah di jalan tol aja!" balas pemuda Hwang pantang menyerah.

"Heh, gue emang gak pernah, ya! Gak usah umbar aib sendiri deh, Hyunjin," kata Sunwoo sambil tertawa. "Lo pikir semua orang di dunia ini sama kayak lo apa?"

Skak. Hyunjin tidak tahu lagi harus membalas apa. Matanya memicing sengit. Memang Sunwoo ini perkataannya selalu benar.

"Diem juga kan lo haha."

"Udah ah, mending gue ngepoin laboratorium lo."

"Terserah."

Hyunjin memilih berjalan ke arah meja yang di atasnya berjajar berbagai macam larutan di dalam tabung reaksi. Ia mengangkat salah satunya ke depan wajah kemudian mengocok-ngocok larutan tersebut. "Lo mau kuliah kedokteran kah?" tanya Hyunjin.

⌕ Missing ːː 00LWhere stories live. Discover now