❏ :23 DO NOT OPEN THE DOOR (II)

48 6 2
                                        

Vote dulu ah, ga seruu baca doang

⚠️ TW: disgusting descriptions of dead bodies

"Jangan!" Hyunjin refleks menoleh. Dengan segelas air di tangan, Sunwoo memangkas jaraknya dengan Hyunjin. "Jangan coba-coba buka," katanya.

Raut wajah Hyunjin tampak semakin kebingungan. "Kenapa? Kenapa jangan?"

Sunwok menampilkan smirk-nya. "Kalo kata gue sih lo bakal nyesel," cetusnya.

Hyunjin tertawa, nadanya begitu meremehkan "Nyesel? Gak bakal. Gue orangnya selalu terima resiko."

"Yakin?" Sunwoo memastikan, meletakkan gelasnya di atas meja lalu melirik pintu besi itu sekilas, "lo boleh pulang sekarang atau lo harus nyesel seumur hidup."

"Gue pilih opsi kedua," ujar Hyunjin dengan intonasi menantang.

"Oke." Sunwoo mengangguk-angguk. "Kalo itu emang pilihan lo. Silakan buka sendiri."

Hyunjin pun mengeratkan genggamannya pada gagang pintu kemudian mendorongnya kuat sebab pintu tersebut sudah agak berkarat dan susah digerakkan.

Krett

Deritnya ngilu sekali. Pintu besi berhasil terbuka.

Tiba-tiba bau menyengat menusuk penciuman Hyunjin. Refleks ia menjepit hidung dengan jari telunjuk dan jempol. Ia berjalan masuk bersama Sunwoo di belakangnya. Ruangan ini gelap sekali, Hyunjin tidak dapat melihat apa-apa.

"Tempat apa ini?" heran Hyunjin. Ia tak sanggup membiarkan hidungnya mencium bau aneh ini, jari-jari Hyunjin kembali membungkus indera penciumannya.

Sunwoo mengeluarkan sesuatu dari dalam saku. Hyunjin tidak tahu itu apaㅡkarena gelap. Namun, Hyunjin tiba-tiba merasakan tangan kanannya seperti diborgol. Hyunjin sontak menarik tangannya karena terkejut, tetapi pergelangan tangan itu sudah terbelenggu bersama tiang besi yang berada tak jauh dari situ.

Hyunjin menarik-narik tangannya lalu berujar panik, "S-Sunwoo?! Lo-lo ngapain borgol tangan gue?!"

"Nanti lo kabur haha." Sunwoo terkekeh lalu menyalakan sakelar lampu hingga tempat itu terang benderang. Senyumnya merekah. "Ini semuanya koleksi indah gue!!"

Pemandangan mereka benar-benar dipenuhi tulang yang patah mematah serta potongan daging berserakan. Daging itu semua daging manusia, damn. Mulai dari potongan kaki dari lutut hingga ke tumit, potongan kaki yang pahanya saja, potongan leher hingga ke pinggang dengan usus yang menjulur ke mana-mana, bahkan di sana juga terihat kepala manusia yang rongga matanya berlubang.

Hyunjin bersimpuh, ia syok sekali. Badannya sontak melemas. Kepalanya pusing. Telinganya berdenging mendengar Sunwoo tertawa terbahak-bahak di sampingnya. Hyunjin bisa gila sekarang.

"Hyunjin, lo tau?" Sunwoo berjongkok di sebelahnya. "Itu semua organ Junkyu yang gue pake buat praktik digesti." Ia terkikik lalu menunjuk sebuah mayat di ujung dekat tembok. Masih terlihat utuh, hanya saja banyak luka bakar di kulitnya. "Menurut lo Jihoon gue apain ya? Gak bisa dipake buat belajar anjir udah rusak banget."

"Sunwoo l-lo jahat," ringis Hyunjin. Dadanya sesak. Napasnya tersengal. Rasanya seperti kekurangan oksigen. Takut, marah, dan kecewa bercampur menjadi satu. Kedua maniknya yang kabur mencoba menatap tajam Sunwoo. "L-lo pem-b-bunuh."

Sunwoo mengernyit, kepalanya ia miringkan. "Ah engga? Bukannya gue cuma seseorang yang terobsesi sama organ manusia, ya?"

KRIEEETTTTTTTTT

Suara itu mengejutkan Sunwoo. Pemuda itu menoleh, mendapati sosok Jisung yang tengah menenteng plastik hitam berukuran besar. Jisung sedikit terkejut melihat keberadaan Hyunjin. Namun, Jisung pura-pura tidak tahu dan memilih menyerahkan bungkusannya pada Sunwoo.

⌕ Missing ːː 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang