31. BE CLOSE

39 5 0
                                    

Aku dan Chika kini sedang berada di dalam kamarku, kita tidak berdua ada Vinno juga disini. Kami bertiga duduk di balkon sambil mengerjakan latihan soal yang diujikan besok.

"Setelah lulus kamu beneran masuk sekolah akselerasi Ra ?"

"Itu terserah papah"

"Emangnya kamu gak ada pilihan sendiri gitu ?"

"Semua terserah sama papah, aku gak ada pilihan"

Chika heran mendengar jawabanku,

"Tara anak yang berbakti Chika, apa yang dibilang orang tuanya terutama pak Cio, dia pasti nurut", ucap Vinno

"Umm ... om Gracio pasti bangga banget ya"

"Tapi aku ngecewain papah hari ini", kataku lesu

"Raa ... ini masih try out, hasilnya gak akan berpengaruh sama ujian nasional nanti"

"Apa yang dibilang Chika bener Ra"

Mendengar ucapan Chika dan Vinno, aku hanya menghela nafas kasar.

"Dan jadi CEO itu juga bukan keinginanmu ?", Chika kembali bertanya

Aku mengangguk,

"Ini cukup aneh kamu kayak gak punya keinginan atau pilihan apapun dihidupmu"

"Tara emang aneh Chik hahaa"

"Raa, cita-cita kamu apa ?"

"CEO", jawabku singkat

"Araa bukan itu"

"Cita-cita aku kan ?"

"Iyaa cita-cita kamu sendiri, bukan cita-cita papahmu", ucap Chika yang membuatku sedikit tertegun mendengarnya

Aku berpikir sejenak sebelum menjawab,

"Dokter", kataku serius menatap matanya

"Serius Ra ?, jadi dokter buat Chika ya ?", sahut Vinno menggodaku

"Iya"

Aku mengalihkan pandanganku dari tatapan Chika,

"Kamuu ... beneran mau jadi dokter ?"

"Bukannya aku udah pernah bilang, kalau aku mau jadi dokter buat kamu ?", tanyaku balik dengan memasang wajah datar

"Aku harap kamu bisa mewujudkan itu"

"Ya, aku pasti bisa"

Dia tersenyum manis mendengar ucapanku, pipinya memerah kali ini.

"Ehemm !", Vinno berdehem menggoda kita yang masih saling bertatapan

. . . . .

Sore itu aku mengantar Chika pulang, dia menerima tawaranku supaya tante Aya tidak jadi menjemputnya ke rumah.

Karena kejadian aku di bawa ke rumah sakit tadi, mamah tidak mengizinkanku mengantar Chika menggunakan sepedah pada akhirnya pak Jono lah yang menjadi opsi terakhir.

Aku duduk dikursi belakang bersama Chika, tidak banyak bicara seperti biasa aku menghindari obrolan dengan memejamkan mataku.

"Raa ...", Chika memanggilku pelan

Ya sekarang dia tau kalau aku memejamkan mata di mobil bukan berarti aku tidur.

"Hm ?", mataku masih terpejam

"Kangen deh berangkat ke sekolah naik sepedah"

"Ya terus ?"

"Sayangnya, papi sama mami udah gak ngebolehin aku ke sekolah naik sepedah"

RASA TANPA KATA [ END ]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant