14] Backstreet

24 8 15
                                    

Hai readers

***

Gadis dengan wajah murungnya, duduk di mobil sambil melihat ke arah jendela. Memperhatikan setiap jalanan yang ia lewati. Tetapi, matanya kini tertuju pada seorang pria yang tampak memeriksa ban motornya. Gadis itu mengenali sosok tersebut. Namun, sayangnya ia tidak berani turun dan mendekat, karena bodyguard dengan motornya berada di belakang mobil untuk mengawasinya. 'Kasihan, Aksa,' batinnya.

Cowok yang terlihat memeriksa bannya itu melihat mobil tersebut yang terlihat tidak asing, ditambah lagi dengan bodyguard yang mengikuti mobil itu, seperti yang diucapkan Renjana beberapa hari yang lalu ditelepon.

Hati gadis itu merasa iba, karena tidak menolongnya, sesekali ia melihat ke belakang, untuk memastikan Aksa yang masih sibuk dengan motornya. Ia sangat bingung apa yang harus dia lakukan. Hingga, mobilnya melewati sebuah bengkel, "Pak, berhenti dulu".

"Ada apa, Neng?" Tanya sopirnya.

"Aku mau ke bengkel dulu. Ada pesan dari Rayanka dengan pemilik bengkel itu." Renjana beralasan agar bisa membantu Aksa.

Gadis itu turun, di kawal dengan bodyguard nya. Sungguh, bodyguard ini menyusahkan. Pikir gadis itu. Tetapi, Renjana tidak kehabisan akal. Gadis itu memelankan suaranya, "Pak, motor yang di jalan sana tolong benerin, ya? Ini uangnya." Kata gadis itu sambil memberikan uangnya.

"Siap, Mbak. Kalau boleh saya tahu, itu siapanya Rayanka, ya?" Kebetulan itu adalah bengkel langganan Rayanka.

'Ck, pake nanya segala.' batin gadis itu.

"Itu ... Kebetulan Dosen saya, pak." Ucapannya sedikit dijeda, karena ia bingung harus bicara apa, sambil mengukir senyuman tipis.

***

"Selamat siang semua. Kali ini, saya Anggita yang akan mengisi kelas, ya"

"Siang, Prof"

"Baiklah. Materi kali ini adalah sel dan genetika. Mungkin saja kalian sudah mempelajari dasarnya di persekolahan." Dosen itu menjelaskan materinya, berbicara di depan kelas sambil memerhatikan mahasiswanya. Sedangkan, Renjana sibuk dengan buku tulis dan pulpennya, bukan untuk menulis, melainkan menggambar wajah seorang lelaki yang ia kagumi.

Sedikitpun ia tidak melihat ke depan memerhatikan dosennya.

Kelas pun berlalu, gadis itu keluar kelasnya disusul dengan kedua bodyguardnya. Renjana memutar bola matanya. Ia berhenti di depan toilet lalu membalik tubuhnya, melihat kedua bodyguardnya. "Saya mau ke toilet, mau ikut juga?" Tanyanya dengan sinis.

"Kami berdua akan tunggu di luar toilet," kata salah satu bodyguard.

"Kayak buronan saja, cih." Renjana melengos masuk ke dalam toilet itu dengan wajah kesal.

Di dalam toilet, ia hanya membatin saja, bergumam pada diri sendiri. "Kalau kayak gini, gimana caranya mau ketemu Aksa? Ck, menyebalkan"

Gadis itu keluar dari toilet tersebut, menatap sini para bodyguardnya. Risih? Pasti, kebebasannya seolah direnggut begitu saja. Disetiap jalannya, ia menjadi pusat perhatian mata dari semua orang di kampus. Sepanjang jalan ia hanya melamun, tidak peduli dengan sekitarnya.

"Panggilan untuk Renjana Amelia untuk segera ke ruang dosen Mulyono." Panggilan dari speaker di kampusnya memecah lamunan dari gadis itu.

'Ada apa, ya? Perasaan gue enggak buat onar deh,' batinnya.

Life Goes On  [On Going]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt