Opposite-2

34 24 25
                                    

Tak terasa, Aeon telah melewati waktunya di sekolah. Sungguh membosankan sekali, jika tidak ia lakukan maka ibu akan merepet sepanjang hari. Ia tidak mau itu terjadi jadi mau tidak mau, harus Aeon lakukan. Ia mengembuskan napas beratnya.

"Yon, pulang nanti bareng ya," kata Bintang sambil membereskan barangnya.

Aeon tidak acuh dan segera mengenakan jaket dan menyumpal telinganya dengan headset. Ia berjalan keluar kelas.

"Yaelah, Yon. Ketimbang pulang bareng aja eh susahnya minta ampun," cibir Bintang.

Aeon menaikkan alisnya dan mengabaikan Bintang, ia melanjutkan langkah.

"Jalan kaki lagi Yon? Nebeng aku aja."

Namun, Aeon tidak mengindahkannya.

Pemandangan itu tidak luput dari mata Azarine. Ia sengaja mengikuti Aeon dari belakang dan sesekali tersenyum. Satu di pikirannya, Kak Aeon sangat gemas. Visualnya pun menarik hati siapa pun yang melihatnya, walau tertutup tingkah menyebalkan yang menyakitkan hati.

"Eh tunggu, Kak Aeon mau ke mana itu? Napa dia stop?" Azarine keheranan melihat tingkah Aeon. Ia mempercepat langkahnya.

"Kenapa berhenti di sini, Kak?" tanya Azarine yang penasaran.

Aeon mendongak, dahi nya mengernyit. "Ngapain kamu di sini?"

Azarine menggeleng cepat. "Gak ada apa-apa sih, Kak. Gak sengaja aja ketemu," balasnya.

Aeon mengambil jalan di samping Azarine, segera mampir ke stan minuman boba. Matanya mengedar, memastikan bahwa minumannya masih ada. Ia putuskan untuk bertanya, "Es bobanya masih ada gak Kak?"

"Bentar ya Kak, saya cek dulu," jawab penjualnya. Ia menggoyangkan toples yang berisi boba dan menggeleng. "Maaf, Kak. Udah habis."

Aeon mengembuskan napas beratnya, sepertinya ia harus besok saat di sekolah. Karena Aeon pun harus segera pulang ada Ibu yang sudah menunggu dengan wajah cemas.

"Jadi Kakak suka boba ya? Wah, fakta yang bagus." Azarine bertepuk tangan sambil terkekeh. "Btw, sama loh Kak. Aku juga suka."

Aeon meliriknya dan menggeleng pelan. Memilih untuk mengabaikannya dan pergi dari sana.

Sesampainya di rumah, benar seperti dugaan Aeon. Ibu sudah berdiri dengan cemas di depan pintu. Menanti kehadirannya.

"Kamu dari mana aja sih, Nak?" Ibu menghampiri Aeon dan mengambil alih tasnya. Membawanya masuk ke rumah.

"Aeon gak dari mana-mana, Bu. Cuma beli es boba aja." Aeon membawa sepatunya masuk.

"Dapat gak?"

"Enggak. Aeon apes mulu, gak pernah dapat. Doain ya Bu, semoga besok dapat bobanya," sahut Aeon.

Ibu tertawa mendengar sahutan Aeon. Anaknya itu tidak bisa ditebak, sangat penuh dengan kejutan. Ia juga sempat heran, karena dia sendiri pun tidak menyukai manis tetapi kenapa anaknya sangat menyukai hal tersebut.

"Yon, makan dulu trus nanti tolong anterin pesenan Ibu Martha ya Nak. Itu Ibu taruh di sana, lengkap sama alamat dan ongkos jalan juga buat kamu," jelas Ibu sembari melanjutkan kerjaannya.

Aeon mengangguk. "Iya nanti Aeon anterin, Ibu gak usah risau."

Selepas membaca alamat yang dikasih Ibu tadi, Aeon segera mengeluarkan motornya guna pergi ke alamat tersebut. Ia sedikit tahu tentang jalan mana yang harus diambilnya. Kalau ia tidak lupa di sana banyak juga yang menjual boba. Refleks senyum terpatri di wajah Aeon.

Benar dugaan Aeon, saat melewati jalan yang dituju. Ia sudah menghitung setidaknya ada empat stan es boba. Membuat hatinya senang tak terkira, es boba akan segera dalam genggamannya. Akan tetapi, Aeon harus pergi ke rumah pelanggan Ibunya.

"Permisi, Selamat sore," salam Aeon di depan pintu. Namun, tidak ada jawaban.

Aeon juga ragu melihat keadaan rumah tersebut, sepi dan di beberapa tempat tidak terurus. Ia memejamkan mata, seolah meyakinkan bahwa keraguan Aeon itu tidak benar.

"Permisi, pesanannya." Aeon mengulangi lagi dan lagi, tidak ada jawaban dari dalam.

Baru saat Aeon berbalik, terdengar langkah kaki dari belakang. Ia terdiam berarti ekspektasinya salah.

"Sebentar-sebentar, tadi lagi di dapur. Jadinya gak kedengeran ada yang manggil."

Suara pintu dibuka bersamaan dengan suara yang tidak kalah heboh.

"Loh, Kakak!"

Aeon memutar matanya ke atas dan mengembuskan napas berat. Lidahnya keluh, kalau saja ia tahu ini rumahnya cewek gila yang selalu mengikutinya sepanjang hari. Aeon tidak akan mau. Baik lah, Yon yang harus kamu lakuin kasih barang dari Ibu lalu beli boba. Hatinya menasehati.

Ia mengulurkan barang dan menatap malas ke arah Azarine. Seolah memberikan perintah agar Azarine mengambil barangnya dan benar setalah itu Aeon menjauh dari sana. Bergegas pergi.

"Padahal aku gak ngapa-ngapain tapi kenapa dia kayak gitu bener sih," lirih Azarine. 

To be continued.

OPPOSITEOnde histórias criam vida. Descubra agora