25. Ingin kembali lagi

53 20 14
                                    

Kabar akan keguguran anak Adiba telah menyebar. Bahkan kedua orang tua Rega merasa tidak percaya, jika mereka telah kehilangan cucunya. Padahal sebentar lagi, sudah hampir dekat mereka bisa menatap wajah cucunya yang sangat mereka nantikan.

Namun kabar duka ini, membuat hati mereka menjadi tersayat. Sangat di sayangkan jika cucu mereka justru peri meninggalkan mereka begitu cepat.

Pagi-pagi hari mereka telah berada di rumah sakit, amarah mereka memuncak ketika melihat Rega berada di depan ruang inap Adiba. Namun Rega sama sekali tidak menyambut kehadiran kedua orang tuanya.

Plak!

Satu tamparan melayang di pipi kiri Rega, namun Rega hanya diam. Sakit itu sama sekali tidak ada rasanya, seolah dia sudah kebal akan menerima segala macam bentuk kekerasan yang akan mereka berikan.

“DASAR! KAMU REGA, APA KAMU TIDAK BISA MENJAGA ISTRIMU DENGAN BAIK?!” bentak Liza yang tampak murka kepada Rega.  Anaknya yang dia kira bisa menjaga istrinya dengan baik, justru sebaliknya. Ia merasa kecewa dengan perilaku Rega kepada Adiba.

Rega diam, ia tak menjawab ucapan Liza. Bibirnya hanya menyungingkan senyuman kecil, seolah itu bukanlah masalah yang besar.  Bahkan dia merasa tidak bersedih, Kan kehilangan anaknya itu. Apa dia senang? Ya bisa di bilang dia bahagia, karena telah kehilangan setidaknya ini adalah jalan untuk mereka berpisah.

“Aku bekerja, dan aku juga melakukan itu untuk menafkahi Adiba. Lagi pula, yang meninggal itu anaknya kan? Adiba masih selamat,” balas Rega santai.

Kedua orang tua Rega sama sekali tak habis fikir, jika Rega akan mengatakan itu kepada mereka. Rega mengusap sudut bibirnya yang sedikit berdarah, karena tamparan yang di berikan Liza.

“Rega! Kamu benar-benar tidak bisa menjadi suami yang baik untuk Adiba! Harusnya kamu bisa memperoritaskan istrimu yang masih mengandung anak kandungmu! Tetapi kenapa ini balasanmu sekarang?!” Reno pun bahkan tak kenal dengan Rega yang dulu, kini ia kenal Rega yang sangat amat jahat.

“Harusnya kalian bisa mendidik anak kalian dengan baik! Saya kehilangan calon keponakan saya! Dan kamu juga telah menyakiti Adiba. Dasar pria breng*ek!” bentak Deon.

Nafas Rega memburu, ia merasa kesal ketika semua orang menyudutkan dirinya. Bahkan kedua orang tuanya saja, membela Adiba?

“Ma, Pa. Kenapa kalian malah terus-menerus menyalahkan aku? Bukannya kalian juga dulunya tidak suka aku menikah dengan Adiba?” tanya Rega, menatap mata Liza dan Reno secara bergilir.

“Aku sudah memutuskan untuk menceraikan Adiba, harusnya kalian beruntung, bukan?” balas Rega dengan santai

“Kamu akan menceraikan Adiba?” Tanya Liza dengan suara marahnya.

Rega tanpa bersalah menganggukan kepalanya. “Iya aku akan menceraikan Adiba, aku tidak punya tanggung jawab apa lagi kepadanya. Jadi untuk apa, untuk aku me

“Iya itu memang benar, tapi hati orang tua mana yang tidak sedih mendengar seorang istri yang kehilangan anak yang dia kandung?”

“ALAH PERSETAN!” bentak Rega, matanya melotot tajam Amarahnya mulai memuncak, ia tak peduli dengan resiko yang akan dia kembali dapatkan.

“Kalian fikir aku bahagia saat bersama dengan Adiba?” Rega menggelengkan kepalanya. “Tidak, aku sama sekali tidak merasa bahagia. Bahkan aku sengsara hidup bersamanya!”

Bugh!

Hajaran Jajaran di berikan oleh Deon, tubuh Rega tersungkur ke lantai. Tangan Rega hendak memukul Deon, namun Reno mencegahnya. Ia menjauhkan Rega dari Deon.

“JUSTRU ADIBA YABG HIDUP SENGSARA DENGAN LELAKI PRIKOPAT SEPERTI MU!” bentak Deon

“IYA! BIARKAN DIA SENGSARA! DIA HANYA PENGHAMBAT HUBUNGANKU DENGAN ALANA! JIKA DIA TIDAK ADA, AKU AKAN BISA HIDUP BAHAGIA DENGAN ALANA!”

Plak!

Kini giliran Reno yang menampar Rega, ia tidak peduli status Rega adalah anaknya. Ia merasa Rega telah kelewatan batas, kesabarannya sudah habis. Mendengar ujaran kata yang di erikan, membuat Reno kesal.

“Kamu memang tidak becus menjadi seorang suami, apa pantas dirimu di sebut sebagai sebagai seorang suami, Rega?” Reno kesal.

“Aku tidak peduli! Intinya sekarang, aku sudah bebas! Adiba bukan urusanku!”
“REGA!” teriak Reno, ketika Rega pergi begitu saja dari lorong rumah sakit.

Amarah Rega sangat kesal, ia sama sekali tidak senang jika Liza dan Reno justru membela Adiba. Mereka tidak suka, aku juga tidak suka tetapi kenapa sekarang mereka memihak Adiba? Dasar munafik.

Rega pun pergi tanpa tujuan arah, namun di perjalanan ia kepikiran dengan Alana. Apa yang di lakukan gadis itu? Apa gadis itu masih mau menerima dirinya? Ia sudah lama tidak bertemu dengan Alana.

“Alana aku sangat merindukanmu,” batin Rega.

“Aku akan menemui Alana, hanya Alana sekarang yang bisa menjadi obat dari rasa amarahku. Aku harap Alana masih mau menerimaku.”
Rega sangat berharap, kepada itu. Gadis yang sangat dia cintai dalam, cintai sepenuh hati, namun kejadian itu membuatnya kesal kenapa ia malah menikah dengan Adiba? Bukan dengan Alana?

Tak butuh waktu lama Rega sudah sampai di depan rumah Alana. Ia melihat rumahnya sangat sepi, tanpa rasa takut tangan Rega membuka pintu gerbang dengan hati-hati. Tak lupa untuk melihat situasi terlebih dahulu.

Rega menarik nafas panjang, sebelum tangannya mengetuk pintu rumah utama itu.

Ceklek!

Pintu terbuka, dan sangat tepat Alana yang membukakan pintu untuknya. Rega pun tersenyum, melihat Alana yang sudah ada di depan matanya.

“Ada apa kamu ke sini?” tanya Alana dengan suara yang ketus, ia menatap Rega seolah tak senang dengan kehadirannya.

Rega tak menjawab, ia memegang kedua tangan Alana. Mata Rega menatap tajam kepada Alana. Alana berusaha untuk melepaskan tangan Rega, namun Rega sangat erat memegang tangannya.

“Alana, aku sangat merindukanmu. Apa kamu tahu, aku sangat mencintaimu, aku sangat benar-benar mencintaimu. Apa kamu tahu, aku belum bisa melupakanmu, walau aku sudah menikah dengan Adiba tapi tak ada yang bisa mengantikanmu disisiku,” ucap Rega dengan nada yang penuh harap, pandangannya tak pernah berhenti kepada Alana yang ada di hadapannya saat ini.

Alana melepaskan tangan Rega dengan paksa. Alana menatap Rega  dengan tajam.

“Apa yang kamu katakan? Apa kamu sudah gila?” Alana merasa kesal dan marah, melihat Rega yang sekarang.

“Iya aku sudah gila, aku gila karena kamu Alana. Apa kamu fikir saat bersama Adiba aku merasakan   bahagia? Jelas tidak, hanya saat bersamamu aku merasakan bahagia Alana.”

Alana semakin kesal, ucapan manis yang di lontarkan membuat Alana ingin muntah seketika. Apakah dia lelaki yang tidak bertanggung jawab? Dia akan membawa ke mana istrima yang tengah mengandung darah dagingnya sendiri?

“Lalu kamu mau bawa Adiba kemana? Dia istrimu, kamu udah berkeluarga dan bentar lagi kamu akan mempunyai anak, kamu jangan pernah main-main dengan pernikahan, Rega.”

"Adiba sudah keguguran. Jadi, aku nggak perlu bertahan lagi, 'kan?"

Diary AlanaWhere stories live. Discover now