28. Benar Atau Salah?

22 14 8
                                    

“Alana! Alana! Keluar kamu! Jangan sembunyi di dalam! Aku tahu apa yang kamu lakukan pada adikku! Cepat keluar!” Deon berteriak tanpa peduli dengan situasinya saat ini. Karena ia sebenarnya sedang bertamu di rumah orang sudah sepantasnya ia harus bersikap sopan dan tahu batasan. Namun,  Deon masih terus berteriak memanggil Alana untuk segera keluar karena pintu rumah itu belum juga terbuka.

Deon tidak akan pernah luas sampai, dirinya ingin tahu maksud dari tamparan itu.

Hingga, suara derit pintu terdengar dan tampaklah dua orang yang keluar dari balik pintu. Deon tanpa aba-aba langsung menyerang Alana dengan kata-kata pedasnya. Tanpa peduli Alana adalah seorang perempuan. Rupanya,  di sana hanya ada Alana dan Alarick.

“Ajari adikmu, jangan kasar pada adikku Adiba!”

“Apa maksudmu? Deon, kamu tahu betul bagaimana sifat Adiba. Alana korban di sini, mengapa kamu datang dan marah-marah seperti ini?” Alarick bingung. Ingin sekali ia langsung menonjok wajah sahabatnya itu, tapi takut jika nanti Alana terkejut dan takut.

Pria itu bingung karena tidak sepertinya Deon bersikap seperti ini karena ia tahu betul bahwa Deon akan selalu berpikir kritis dan juga tidak akan langsung tersulut emosi.

“Bagaimana bisa, dia yang menampar adikku duluan. Adikku baru saja keguguran, apa dia tidak punya belas kasih sedikit pun pada adikku?” kata Deon.

Alana, yang masih berdiri di samping kakaknya menatap kearah Deon dengan tatapan yang tidak ingin merasa bersalah juga karena tamparan itu sangat pantas diberikan kepada Adiba karena telah memperlakukannya dengan sangat memalukan. Alana tidak ingin hanya diam saja menatap Deon berkata seakan-akan adiknya tidak bersalah sedikitpun padahal sejak awal adiknya yang mendorong dirinya terlebih dahulu bahkan hingga terjatuh ke lantai sampai pada kata-kata menyakitkan dan juga makian makian yang sangat tidak pantas diucapkan kepada sesama wanita.

“Kak, Adiba yang mendorongku duluan. Malah dia mengatakan aku merebut Rega darinya. Aku di permalukan di Sana, di depan banyak orang. Apa tindakanku, menampar Adiba salah?”

“Cepat ngomong, di mana kesalahanku?” ucap Alana.

“Apakah, aku salah? Aku harus menyadarkan dia karena dia telah terlalu jauh bertindak."

“Jangan berbohong! Kamu yang menamparnya, apapun alasannya kamu nggak berhak menamparnya Alana!”

"Dan kamu nggak berhak memarahi Alana!" sarkas Alarick.

“Biarkan aku bicara, Adiba tidak akan mengatakan kebohongan lagi. Dia berkata kamu yang menamparnya duluan. Kamu mengatakan Rega menikahinya karena  hamil dan hal menyakitkan lainnya”

“Kak, adikmu membohongimu. Aku yang di sakiti, dia mengataiku perebut suami orang, dan berkata aku tidak tahu malu. Dia bahkan, meludahiku di depan banyak orang. Apakah kakak masih ingin membela perempuan itu? Dia yang hamil dengan tunanganku, dan dia juga yang merebut semua kebahagiaanku. Lantas, apakah aku yang salah disini? Aku yang jahat?”

“Jangan menipuku! Adikku, dan juga Rega akan bahagia tanpa kehadiranmu! Ucapan Adiba benar, kamu hanya pengganggu hubungan mereka. Kenapa kamu harus menerima pertunangan itu? Kenapa kamu harus mengambil kebahagiaan adikku? Adiba sangat bahagia bersama Rega. Kamu tahu kan?”

“Kak, aku mencintai Rega. Kami saling mencintai, sebab itu kami memutuskan bertunangan. Namun, aku tidak menyangka dia tega berkhianat dan kakak harus terima kalo perempuan yang merebut Rega dari aku adalah adik kakak, Adiba.”

“Tapi, kamu tidak berhak menampar Adiba di depan umum seperti itu!”

“Lantas, apa aku harus diam saja dan mendengar orang-orang berpikir dengan semua yang dikatakan Adiba dan kemudian menyimpulkan aku adalah perebut suami orang? Aku juga punya perasaan!”

Deon yang tadinya hanya ingin berbicara baik-baik dengan Alana dan juga kakaknya itu kini sudah  tersulut emosi dia tidak bisa menahan amarahnya karena mendengar perkataan Alana tentang bagaimana adiknya dan juga tindakan adiknya itu. Deon kemudian, sudah ingin memukul wajah Alana tetapi dengan sekali pukulan Deon terhempas ke belakang, rupanya Alarick lebih cepat dari dirinya. Deon, merasa kesal adiknya di hina seperti itu. Walaupun secara logika adiknya benar-benar salah tetapi ia tidak akan membiarkan nama adiknya tercoreng seperti itu kalaupun adiknya salah itu semua karena kehadiran alana yang sebenarnya tidak boleh ada. Alana yang merusak semuanya.  Deon, merasa tidak akan mau mengalah dengan siapapun karena hubungan adiknya dan juga rega begitu sangat baik ia juga melihat bagaimana adiknya berbahagia bersama Rega. Deon rasanya menipu dirinya sendiri karena ia jelas-jelas melihat bahwa adiknya jelas sekali bersalah tetapi karena ia tahu bagaimana adiknya bahagia bersama Rega ia tidak bisa begitu saja memutuskan kebahagiaan adiknya. Deon  malah kembali menyebutkan Alana karena telah merenggut kebahagiaan adiknya.

“Alana, Adiba dan Rega sudah berteman sejak kecil. Yang menjadi penghalang hubungan mereka adalah kamu. Kamu hadir, merusak semua rencana indah adikku. Adikku stres berat, sampai dia keguguran. Dia kehilangan anaknya, dia kehilangan buah hatinya dan sekarang kamu malah membuat dia terpuruk semakin jauh."

“Deon, kamu terlalu sayang adikmu sampai kamu nggak bisa melihat mana yang salah dan benar. Aku nggak ada niat sama sekali untuk memukulimu tapi ucapanmu sudah keterlaluan. Bahkan, kamu tadi mau memukul Alana. Di mana pikiranmu? Di mana Deon?”

Pukulan Alarick masih membekas di pipi, ujung bibir Deon juga berdarah. Pukulan itu seharusnya menyadarkan Deon pihak mana yang benar. Deon harus sadar bahwa adiknya benar-benar perempuan yang sangat manipulatif dan juga suka sekali memutar balikan fakta bahkan Deon seharusnya sadar bahwa adiknya lah yang selalu membuat Alana sakit hati bahkan merasa begitu tertekan. Mendengar ucapan Alarick pria itu masih terus memegang pipinya sembari menatap kedua orang di hadapannya dengan tatapan yang sulit sekali ditebak.  Deon memegangi pipinya yang terasa nyeri. Situasi saat itu kian memanas dan Alarick hanya ingin menyelamatkan Alana karena ia takut Deon akan memukulinya juga.

Deon masih juga berpikir, memang semua ini kesalahan Adiba adiknya, dan Rega. Tapi, tak urung ia juga menyalahkan Alana. Jika saja Alana tidak hadir, Rega dan Adiknya, Adiba. Pasti akan bahagia. Karna Deon tahu, kalau Rega adalah teman masa kecil Adiba. Deon tahu betul, adiknya sudah sangat lama mencintai Rega bahkan mereka begitu dekat sejak kecil karena kehadiran Alana yang saat itu menjadi tunangan Rega membuat adiknya pasti akan berpikir keras untuk menyingkirkan Alana karena besarnya cinta pada Rega. Deon tahu betul siapa yang benar dan juga salah tetapi untuk saat ini ia masih tetap setiap berada pada pihak adiknya karena ia yakin betul semua tindakan adiknya mempunyai alasan bahwa ia tidak ingin Rega direbut oleh Alana.

Diary AlanaWhere stories live. Discover now