09. Khitbah atau ???

360 37 4
                                    

Happy Reading!
Jangan lupa di vote+komen :)
Maafkan aku kalo aku suka Typo

*
*
*
*

Lila berjalan sendiri di Lorong kampus yang kebetulan sepi, kalau di tanya dimana keberadaan Nadin. Anak itu sudah pulang lebih dulu, tadinya Lila ingin ikut pulang bersamanya tapi apa daya jika ia harus mengikuti rapat bersama anggota himpunan mahasiswa manajemen.

Sialnya diujung lorong sudah ada seorang manusia yang sudah menunggunya, seseorang yang membuat Lila jijik dari kemarin. Lila berjalan dengan bersedekap dada, dia pikir pikir dirinya takut ?!

"mau apa lagi lo?"

Alena mencekal pergelangan tangan Lila dengan memposisikannya agar terhimpit oleh tembok. "mau mastiin kalo hidup lo ngga bahagia"

"Alena.. Alena" Lila terkekeh, ia melepas kasar genggaman Alena lalu mendorongnya agar mendapatkan sedikit ruang. "gua pastiin kalo gua lebih bahagia dari elo"

Emosinya tersulut, Alena mengangkat tangannya.

"kenapa mau pukul?" Tanya Lila dengan cepat

"Ck! MUKA LO EMANG PANTES DIPUKUL. SOK CANTIK!" Pipi Lila disentak kesamping dengan kuat membuatnya meringis kesakitin.

cekrik.

"kayanya ini udah cukup jadi bukti kekerasan"

Alena dan Lila menoleh keasal suara, melihat Alena sudah berfokus kearah laki laki itu Lila mendorongnya dengan kuat hingga terjatuh.

"DENGER YA ALENA! GUA GA BUTUH SHADAM. GUA MAU NIKAH SAMA COWO DISANA"

✨✨✨

setelah kejadian tadi sore dilorong kampus, malam ini keluarga Kiyai Husain berkunjung kerumah Keluarga Anwar. Lila mengingat kembali apa yang Ezar katakan tadi sore.

"Baiklah malam ini saya akan datang mengkhitbah kamu, saya tidak suka penolakan jadi jangan main main dengan saya"

Lila mengacak ngacak rambutnya frustasi, bisa bisanya Ezar begitu serius setelah Lila bilang ingin menikah dengannya.

Bagaimana ini, apa Lila harus pura pura pingsan? Atau kabur?

tubuhnya diserang keringat dingin, Lila masih mondar mandir mengelilingi kamarnya yang cukup luas, Bunda Jihan sudah memanggil namanya hingga 2 kali mungkin 1 kali lagi Bunda akan dapet piring. Lila menatap Pashmina putih yang dipilihkan Bunda lalu memakainya.

tok

tok

"Kalillah. kalau kamu ngga keluar sekarang, Bunda akan minta Ayah untuk mendobrak pintunya!"

tiba tiba saja tenggorokannya terasa kering. lengannya meraih gelas berisi air putih yang biasa Lila letakan di meja rias, air putih itu ia teguk hingga tidak tersisa.

"Calm down Lila" monolognya, Lila berjalan mendekati pintu meraih handle tepat didepan kamarnya Bunda sudah menatap Lila dengan sinis.

seketika tatapan sinis itu berubah menjadi tatapan yang hangat Bunda memeluk tubuh Lila dengan erat

"Masya Allah cantiknya anak Bunda" Ucap Bunda dengan berbisik ditelinga Lila.

Bunda menggandeng tangan Lila menuju ruang tamu yang menjadi tempat acara, Lila menyalami Nyai Imaz dan seluruh saudara perempuan Ezar sedangkan untuk yang lainnya ia hanya menangkupkan kedua tangan lalu Lila duduk diantara Ayah dan Bunda

Cinta karena Lillah [ON GOING]Where stories live. Discover now