Misi Konyol Mas Joseph

46 29 75
                                    

"Kamu tuh, Jo. Sebaiknya jangan mengabaikan ucapanku." Jeno berbicara sembari menikmati kopi hitam tanpa gula. "Kamu membuat abang seperti tidak punya harga diri." Jeno menghela napas berat. "Kamu tidak perlu mengawasi kota Biru dengan cara seperti ini, Jo."

Joseph tersenyum sinis mendengar perkataan Jeno yang selalu menasihati dirinya. Tidak sesederhana itu untuk menyerah dalam keadaan genting seperti ini. "Kata-kata bukanlah solusi baik sekarang ini," ujar pria muda yang memiliki tampang rupawan itu. "Mari berkolaborasi dengan baik." Sambung Joseph sambil menepuk pundak Jeno.

Jeno menghela napas lagi, kemudian menggeleng samar.

"Saya sudah pernah berada di dalam satu team denganmu bukan? Apa hasilnya? Kita di sini menjadi satpam penjaga kuburan. Percuma ganteng kalau hanya untuk digoda makhluk halus!" Jeno menyerocos dengan gaya bicara formal.

Joseph terdiam. Yang dibicarakan Jeno memang benar, tapi itu bukan kesalahannya. Munurutnya, sang kakak lah yang terlalu takut melepasnya pergi sendiri. Itu sebabnya Joseph menyeret Jeno ke kota Biru agar tujuannya tercapai. Yakni menyelidiki kasus pembunuhan yang sempat menjadi perbincangan agar dirinya tidak lagi dianggap sebagai satpam gadungan.

"Dahlah, Bang! Masa lalu!"

Malam semakin larut, suara burung hantu bersahutan seolah sedang mengadakan konser amal. Suasana dingin kota Biru membuat bulu kuduk Joseph dan Jeno berdiri satu per satu. Sehingga membuat mereka memilih melalaikan tugas berpatroli daripada harus bertemu dengan Mbak Kunti di tengah kuburan.

"Jangan tidur kamu, Jo!" ucap Jeno sambil mengetuk kepala Joseph menggunakan kipas lipat yang terbuat dari bambu saat melihat pemuda yang duduk di sebelahnya menundukkan kepala. "Seram tau!"

"Gua lagi berdoa, Bang, bukan tidur." Jawab Joseph sambil menyeringai. "Siapa tau kita besok berhasil menjalankan misi."

Jeno mencebik, kemudian mengusap wajah supaya tidak mengantuk. Diketuk-ketuknya meja menggunakan jemari kiri, sementara tangan kanannya menahan kepala yang mulai memberat.

"Andai saja kamu tidak mencuri kipas ini dari ruangan papa, mungkin abang tidak akan dikirim ke tempat untuk menjagamu," gumam Jeno meratapi keadaan yang kurang menguntungkan.

Mendengar ucapan Jeno, seketika mata Joseph terbelalak. Hati kesal, rasa kantuk pun menghilang.

"Gua pinjem ya, bukan nyolong. Enak aja!" gerutu Joseph dengan mata dan telinga memerah. "Emang sih, gua nggak bilang pinjemnya." Sambung Joseph santai setelah beberapa menit berlalu.

"Andai kamu tau kalau kipas itu penyebab kucingmu meninggal, mungkin kamu tidak akan mau menyentuhnya," ucap hati Jeno.

Jeno menatap Joseph sekilas kemudian ia meletakkan kepala di meja.

"Kamu tau, penyebab matinya kucing peliharaanmu tidak ada hubungannya dengan warga sini, Jo. Jangan mengaitkan kasus yang sedang ramai dibicarakan dengan kasus matinya kucingmu."

Joseph terdiam. Matanya sendu mengingat kucing kesayangannya.

"Tapi... warga sini yang menemukannya. Aku tau itu!"

"Bukan. Hidupnya memang sampai di situ. Paham!?"

Keesokan harinya, kota Biru kembali digemparkan dengan kabar menghilangnya seorang gadis berparas cantik. Marimar namanya. Pendatang baru yang berasal dari kota yang memesona, orang menyebutnya kota Pink. Hal ini dikait-kaitkan dengan misteri pembunuhan yang terjadi sejak beberapa bulan lalu di kota tersebut.

"Jojo! Jejen!" teriak pemilik rumah petak yang ditempati Jeno dan Joseph sambil menggedor-gedor pintu. "Keluar kalian!"

Dengan wajah sembab, akhirnya Jeno membuka pintu kontrakan perlahan dan menemukan sang ibu kos bersama anak sulungnya dengan wajah menahan kesal.

Bạn đã đọc hết các phần đã được đăng tải.

⏰ Cập nhật Lần cuối: Mar 01, 2023 ⏰

Thêm truyện này vào Thư viện của bạn để nhận thông báo chương mới!

MISI KONYOL MAS JOSEPHNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ