11. Tawaran

3.7K 340 7
                                    

Jangan lupa vote, ya!

Happy Reading

***

Hari ini tepat satu minggu Haiden dirawat di rumah sakit. Sudah sejak empat hari lalu Haiden mengajukan untuk pulang saja karena dirasa tubuhnya sudah lebih baik, tetapi dokter bilang ia belum boleh pulang.

Masalahnya Haiden bingung jika berlama-lama di rumah sakit, ia pasti akan kesulitan membayarnya apa lagi kamar yang ditempatinya ini merupakan kamar kelas VVIP yang biasa digunakan oleh orang-orang berduit.

"Tenang aja kamu gak usah mikirin biaya rumah sakit, semua udah ditanggung sama Ayah." Begitulah ucapan Jason saat Haiden beralasan ingin cepat keluar dari rumah sakit karena takut masalah biayanya.

Iya, Jason memang sering kali menjenguk Haiden di rumah sakit bahkan laki-laki itu pernah menginap. Entah, Haiden pun bingung dengan perlakuan Jason itu padahal Jason hanya sebatas pelatih basketnya di sekolah. Sejak Haiden berada di rumah sakit pun sikap Jason terlihat sangat perhatian kepada Haiden.

Ketika Haiden bertanya kepada Jason tentang sikapnya itu, dan Jason menjawab, "Kamu udah Abang anggap sebagai adik."

"Bang, Haiden boleh pulang hari ini, 'kan?" tanya Haiden yang duduk di sisi ranjang rumah sakit.

"Boleh," jawab Jason melirik sekilas ke arah Haiden, lalu kembali menatap ponselnya.

Haiden tersenyum senang, akhirnya ia bisa keluar juga dari rumah sakit. Setelah ini Haiden akan memikirkan cara untuk mengganti uang keluarga Jason karena mau bagaimana pun Haiden menganggap itu sebagai pinjaman.

"Bang," panggil Haiden.

Jason sebagai satu-satunya orang yang menemani Haiden itu pun kembali mendongak, menatap sepenuhnya ke arah Haiden.

"Biaya seluruh perawatan Haiden di sini berapa kalau boleh tau?"

Jason menghela napas, ia mematikan ponsel yang sejak tadi digenggamnya ke atas meja.

"Kamu gak perlu tau, Iden," jawab Jason.

Iden? Nama panggilan yang bagus, Haiden menyukainya.

"Haiden perlu tau, Bang. Nanti kalau udah punya uang, Haiden bakalan gantiin uangnya, jadi Haiden perlu tau berapa biayanya supaya bisa memperhitungkan," jelas Haiden.

Entah kenapa hati Jason tersentuh mendengar perkataan Haiden. Jika ia ada di posisi Haiden, ia tidak akan memikirkan biaya dan penggantiannya.

"Haiden ini kan bukan siapa-siapanya Bang Jason, tapi Abang sama keluarga udah baik banget mau bantuin Haiden."

"Bentar lagi kamu juga bakalan jadi bagian dari kami, Den," ucap Jason dalam hati.

Jason pun berdiri dari duduknya, lalu berjalan menghampiri Haiden.

"Gak usah diganti, kami ikhlas bantu kamu," ujar Jason setelah berdiri tepat di hadapan Haiden, membuat remaja laki-laki itu harus mendongak melihat wajah Jason yang menjulang tinggi.

"Dan kamu gak usah mikirin uang buat gantiin semuanya," kata Jason berhenti sejenak, ia sedikit membungkuk dengan tangan kanan bergengger di bahu Haiden, "tugas Haiden setelah ini cuma fokus belajar di sekolah, dan mempercepat kesembuhan biar bisa ikut pertandingan basket."

HAIDENOnde histórias criam vida. Descubra agora