Tenggelam Dalam Lautan Luka Dalam (AEON)

71 33 109
                                    

Cerita ini dibuat untuk mengikuti event #blinddatewithrawscommunity yang diadakan oleh komunitas RAWSCommunity
.
.
Kepada panitia, tim deadline ini mohon maaf sebesar-besarnya, yah kalau menjelang larut notifikasinya mengganggu waktu tidur. Baca besok pagi atau siang atau sore atau malamnya lagi aja. 🙏🏻
.
.
Happy reading. 🌸

***

Siang itu Aeon sedang asyik mengambil video untuk konten mini vlog di akun Toktok-nya.
“A day in my life edisi main ke kampung kakek.” Begitu Aeon mengawali videonya. Berlatar belakang rumah kakeknya, laki-laki dengan ramping mancung itu melambaikan tangan ke kamera smartphone merk Onno kebanggaannya.

Ponsel lokal pesaing ponsel berlogo apel tidak utuh itu dibelinya saat masih duduk di bangku SMA. Meski produk lokal, Aeon akui ponsel ini cukup mumpuni untuk mendukung kegiatan sehari-harinya untuk menjadi konten kreator.

Kini Aeon berlanjut ke belakang rumah kakeknya, menuju ladang singkong yang bisa sampai hanya dengan melewati sebuah sistem perairan sederhana selebar kira-kira setengah meter.

Sesampainya di ladang yang ditumbuhi pohon singkong yang begitu rimbun, Aeon menyorot dari kiri ke kanan. Menunjukkan bagaimana kondisi ladang singkong kepada penontonnya. Sambil berjalan, mata besar dengan double eyelids itu memperhatikan kondisi tanah yang ia jejak. Takut jika menginjak tanaman menjalar yang membuahkan buah besar berwarna merah. Konon katanya jika menelan biji buah itu, akan tumbuh di kepala dan berbuah. Aeon kecil sempat percaya dan takut akan hal itu.

Kini saat melihat tumbuhan menjalar itu, Aeon tersenyum manis saat mengingat betapa konyolnya ia di masa kecil yang percaya mitos seperti itu. Dekik yang muncul di pipi kanannya menambah keindahan di wajah rupawan bak serbuk berlian itu.

Merebahkan diri di gubuk sederhana yang dibangun di tengah ladang. Ia tonton video yang telah ia ambil.
Aeon mengerucutkan bibir, sepertinya durasinya kurang panjang karena baru 2 menit videonya. Biasanya ia suka memotong video yang sepertinya tidak diperlukan.

Baru saja Aeon berdiri, ia mendengar suara kelapa jatuh diiringi teriakan orang. Meski sempat ketakutan, Aeon memilih kembali mengambil konten untuk mini vlog-nya. Ia berjalan melewati galengan sebagai lanjutan dari videonya tadi. Ia berkata, “Gundukan tanah yang jadi pembatas antar tiap-tiap kotak ladang ini namanya galengan, Guys. Ya, fyi aja, sih siapa tahu ada yang butuh. Oke lanjut, ya.”

Aeon melanjutkan perjalanan menuju sungai kecil berair jernih. Niatnya ingin bermain di sana sejenak. Dengan hati-hati ia melewati turunan licin. Ia merentangkan tangan untuk menyeimbangkan badan agar tak tergelincir.

“Guys, jalannya emang biasanya kayak gini kalau musim hujan. Dari aku kecil sampai sebesar ini enggak berubah. Nanti kalau aku jadi presiden mau aku keramik aja biar mulus,” ucapnya sambil cekikikan. Sampai di sungai, Aeon berniat mengambil video saat ia bermain air, mencipratkan air ke kamera ponsel dan menceritakan pengalamannya saat kecil.

Tangan kecoklatannya menaruh ponsel ke dekat batang pohon yang teronggok di tepi sungai. Lantas menekan ikon berwarna merah di kamera smartphone. Rekaman pun dimulai. Ia tersenyum manis, memamerkan gigi gingsul yang menghiasi wajah yang manisnya melebihi gula tersebut.

“Wuuuuu,” seru Aeon sambil mencipratkan air ke arah ponsel. Ia kira-kira agar tak mengenai ponsel yang tidak dibekali dengan teknologi tahan air.

***

Mata dengan bulu mata lentik itu membuka. Ia tak tega merekam lebih jauh setelah laki-laki itu terkapar tak sadarkan diri. Kemudian Maya menghentikan aksinya merekam pemandangan di hadapannya. Jantungnya berdegup kencang tak tentu.

Tenggelam Dalam Lautan Luka DalamМесто, где живут истории. Откройте их для себя