Bab 41

58 11 8
                                    

IMMY

Mungkin baru hari ini Immy melihat Santiago berpakaian amat rapi.

Santiago, yang masih merapikan cravat putihnya di dapur, terbelalak seketika tatkala melihat busana Immy. "Ganti pakaian pelangimu dengan gaun yang pantas!"

Immy mengedikkan bahu. "Kau tahu sendiri aku tidak punya gaun."

"Oh, benar. Kebetulan sekali aku sudah menyiapkan baju untukmu." Santiago mengambil sebuah kotak dari kursi dan memindahkannya ke meja. "Ganti. Sekarang."

Immy mendecakkan lidah, berjalan dengan kaki terentak ke arah kotak gaun itu. "Aku tidak mau ganti baju!"

"Immy, berhenti bersikap kekanakan dan ganti bajumu," suruh Santiago. "Aku tahu kau marah, tapi kemarahanmu tidak akan membuahkan hasil apa pun."

Menit-menit terakhir sebelum pergi ke kediaman Casimir telah menghapus seluruh harapan Immy. "Pertemuan ini tidak akan membuahkan hasil apa pun."

"Kita belum tahu itu," Santiago membalas tenang. "Barangkali adikmu punya cara untuk meyakinkan keluarga kalian."

"Wewenang apa yang dia miliki? Dia cuma perempuan."

"Perempuan yang sedang hamil. Kalau kau lupa, biar kuingatkan kalau orang seperti dirinya kini punya kodrat lebih tinggi dari seorang raja." Santiago meraih jam sakunya. "Bergegaslah, Immy."

Masih sambil meruntuk, Immy meraih kotak itu dan memacu langkah menuju kamar untuk mengganti pakaiannya yang nyaman dengan gaun konyol yang Santiago belikan. Di cuaca seperti ini, biasanya gaun akan terasa panas. Tapi ketika Immy menyentuh kain gaun miliknya, bahannya terasa lebih ringan. Dia menarik gaun itu keluar dari kotak, mendapati bahwa Santiago membelikannya gaun makan malam yang ringan dari satin. Terlihat pantas sekaligus elegan.

Tidak butuh waktu lama baginya untuk berganti pakaian. Immy segera turun ke bawah, mendapati Santiago masih sibuk mengurus bahan makanan untuk besok pagi.

"Sudah," Immy mengumumkan. "Sebaiknya kita pergi sebelum kau mengotori pakaian dengan tepung."

━━━━━━━━━▼━━━━━━━━━

Immy cukup terkesan karena dirinya masih mengingat rumah lamanya dengan jelas. Mereka pergi dengan sihir teleportasi dan tiba tepat di tujuan.

Bangunan di hadapannya jelas berbeda dari ruko tiga lantai milik Santiago. Selain lebih luas, aura kebangsawanan pun amat terpancar. Sulit dipercaya kalau dulu Immy pernah tinggal di sini dan berlarian di halaman depannya bersama Isadora.

Seakan telah menantikan kehadiran mereka, pintu ganda depan terbuka. Seorang pelayan keluar menghampiri Immy dan Santiago.

"Miss Casimir?"

"Immy saja," dengan segera Immy meralat.

Sang pelayan menoleh ke arah Santiago. "Dan Mr....?"

"Santiago," Santiago membalas, tak lupa mengulas senyum sopan. "Kuharap kami tidak terlambat."

"Anda berdua tepat waktu, sir," sang pelayan meyakinkan. "Makan malam akan dimulai setengah jam lagi. Mari, ikuti saya."

Setelah bertukar pandang sekilas dengan Santiago, akhirnya Immy memutuskan melangkah maju duluan.

Ini hanya makan malam, Immy berjuang meyakinkan diri lagi. Makan malam seharusnya lezat, mengenyangkan perut. Semoga saja mereka menyediakan steik. Aku sangat ingin makan steik orang kaya yang lembut dan gurih.

"Mrs. Thorne meminta kami menyiapkan kamar tamu untuk Anda berdua," ujar sang pelayan. "Barangkali Anda berdua ingin istirahat terlebih dahulu?"

"Kamar?" Immy mengernyit. "Kami tidak akan menginap."

Iltas 3: A Dance of Fire and SorceryWhere stories live. Discover now