( 2 ) Pura-pura amnesia?

387 129 71
                                    

   Beberapa kali matanya mengerjap guna menjernihkan penglihatannya. Beberapa detik kemudian kepalanya terasa sangat sakit, seperti habis di pukul kuat, mungkin karena kecelakaan yang menimpanya kepalanya masih sangat sakit.

   "Akh, sumpah kepala gue sakit banget."

   Ia sedikit menoleh, melihat di meja terdapat segelas air putih, ia mencoba meraih gelas kaca berisi air putih. Tetapi, sayangnya tangannya tak cukup panjang meraihnya, crak!

   Gelas tersebut jatuh dan pecah, seorang laki-laki berumur sontak kaget dan terbangun dari tidurnya, ternyata ia sudah ada di ruangan Queen sejak lama.

   "Alesha, kenapa? Kamu mau minum?" tanyanya sambil mengambilkan sebotol minuman.

   Tanganya meraihnya, matanya samar samar melihat laki-laki itu. "Maaf, bapak siapa ya?" tanyanya. Dalam lubuk hatinya dia ingin berteriak bahwa dia bukan Alesha melainkan kembarannya, dirinya juga sudah tau bahwa lelaki di depannya itu Papahnya.

   Laki-laki itu tersenyum tipis, ia sudah tau dari Rayyan kalau Alesha amnesia. "ini papah kamu Alesha, Edwin Alexander," jawabnya sambil mengusap rambut Queen.

   Gue baru inget, gue sekarang ada di tubuh Alesha. Tenang Alesha, gue bakal selesain semuanya.

   Menit berikutnya, ia mulai memegang kepalanya lagi, merasakan sakit yang begitu mendalam, Papah Alesha tak tinggal diam, ia langsung memanggilkan dokter untuk memeriksa keadaan Alesha.

   "Akibat kecelakaan tersebut pasien sering mengalami sakit kepala, itu tidak berlangsung lama tadi sudah saya berikan obat pereda." jelas dokter tersebut.

   Edwin tersenyum tipis, sungguh ia tak ingin kehilangan anaknya lagi, beberapa tahun kemarin ia sudah kehilangan anaknya yaitu saudara kembar Alesha, yaitu Alexa yang lebih sering di panggil Queen oleh keluarga angkatnya.

   Ceklek

   Pintu terbuka, nampak seorang wanita berumur masuk dengan menenteng tas merahnya masuk, tatapan tak suka yang ia tujukan kepada Alesha.

   "Maaf, anda siapa?" tanya Alesha kepada wanita itu.

   Wanita tersebut menatap bingung Alesha, lalu menghampirinya "Saya mamah kamu!" Jawabnya sedikit membentak.

   "Kamu kenapa, hah? Cuman pura-pura, kan?" tanyanya dengan nada membentak dan mata yang menyeramkan menurut Alesha.

   Perasaan dulu Mamah ngga sejahat ini deh, walau dia Mamah tiri gue.

  Ceklek

   Pintu terbuka, Edwin kembali masuk dengan di buntuti oleh kedua anak lelakinya, Rayyan anak kandungnya, dan Rafa anak dari istrinya.

   Alesha menebak-nebak, mungkin ini adalah bang Rafa? Mungkin ia lupa dengan wajahnya karena ia sudah lama tak bertemu dengan Rafa.

   "Gimana keadaan kamu? Udah baikan?" tanya Rayyan lembut kepada adik perempuannya itu.

   "Kepalanya masih sering sakit, tapi tadi udah dikasih obat sama dokter," jawabnya sambil tersenyum.

   "Oh ya, dia siapa?" tanyanya.

   "Dia abang kamu, Rafa Aditya," Jawab Rayyan.

   Rafa yang mendengarnya memutar bola matanya malas, sependapat dengan mamahnya mungkin ia sedang pura-pura amnesia agar di perhatikan.

   "Gausah pura-pura amnesia deh, itu gak bakal ngehapus kesalahan-kesalahan kamu!" bentak Lidya, mamah tiri Alesha.

   "Bang? Emang Alesha ngelakuin kesalahan apa sampe mamah benci banget?" tanya Alesha polos, ia memang sudah diberitahu beberapa hal tentang kehidupan pemilik asli tubuh ini, tapi ia pura-pura bertanya agar tak di curigai.

   Rayyan tersenyum tipis. "Nanti kamu bakal tau."

   Lidya menatap Rayyan sinis, kanapa ia harus menutupinya? Kenapa tidak diperjelas?
Lidya bangkit dari duduknya lalu menghampiri Alesha. "Kamu kan yang udah bunuh Alexa dengan alasan yang ga masuk akal?" sindir Lidya.

   "Cukup mah! Alesha lagi sakit dia amnesia dan gak bisa inget apa-apa, jadi jangan buat di bingung," bentak Edwin yang sudah geram sekali dengan ucapan istrinya itu.

   "Palingan cuman pura-pura doang," sindirnya lagi.

   "Hidup lo penuh drama, Sha," ujar Rafa sambil memainkan ponselnya.

   "Cukup kalian berdua, sekarang pergi dari sini!" bentak Edwin kepada istri dan anaknya itu.

   Lidya memandang sinis ke arah Alesha, ia mengambil tasnya lalu pergi bersama dengan Rafa.

  Beberapa jam berlalu, hanya ada keheningan di ruangan tersebut, sampai akhirnya nada dering di ponsel milik Edwin berdering membuat pria itu tersadar akan lamunannya.

   Setelah mengangkat ponsel ia berjalan hati-hati ke arah pintu, agar Alesha tidak bangun. Hanya ada dirinya dan Alesha yang berada di ruangan tersebut, Rayyan sedang ada urusan makanya ia meninggalkan adiknya.

   Ceklek

   Saat hendak membuka pintu, ternyata seorang gadis lebih dulu membuka pintu tersebut, siapa lagi jika bukan Lia.

  "hai, om," sapa Lia.

   "Hai, kamu mau jengukin Alesha? Om sekalian titip ya, soalnya ada urusan mendadak di kantor."

   Lia tersenyum miring. "Emang bang Rayyan kemana?" tanyanya.

   "Dia lagi ada urusan juga."

   Lia mengangguk pelan. "Oke, Om, Lia bakal jagain Alesha."

   Setelah Lia mengatakan itu, Edwin pergi dari ruangan Alesha.

   Lia tersenyum puas, detik berikutnya ia menatap sinis Alesha yang sedang tertidur disana, lalu ia melangkahkan kakinya kesana. "Ck, ternyata lo masih hidup? harusnya lo mati kaya kembaran lo!" gumamnya, namun tentu saja didengar oleh Alesha yang sudah terbangun sejak ada telfon masuk di ponsel Edwin.

   Alesha sangat penasaran dengan suara gadis itu, lalu ia sedikit mengintip.

   "Gausah pura-pura tidur deh lo!" bentak Lia berhasil membuat Alesha kaget.

   Alesha membuka matanya perlahan, terlihat gadis seumuran dengannya yang menatapnya sangat sinis. "Lo siapa?" tanya Alesha.

   Ya, sebenarnya ia sudah tau siapa dia, dia adalah anak dari paman nya, tapi ia lupa namanya, seingatnya dia sangat manja dengan Bang Rayyan dan Rafa dan ia juga ada di kejadian dimana ia hanyut di sungai itu yang membuatnya terpisah dari saudara kembarnya.

   Lia menaikkan satu alisnya. "Lo lupa gue? Perasaan lo hampir setiap hari ketemu gue deh," jawabnya santai.

   "Gue bener-bener gak tau siapa lo, gue amnesia."

   Lia tersenyum renyah. "Amnesia?" tanyanya memastikan.

   Alesha mengangguk pelan.

   "Gue itu, Lia, anak dari kakak mamah tiri lo, jadi lo panggil gue, kak Lia," jelasnya, tak lupa dengan tangan di lipat di dada.

   Dalam hatinya Alesha tersenyum, ia mengangguk pelan. "Tapi kalo gue gak mau?"

   Lia menatap Alesha sinis lalu meraih dagu Alesha. "Gue lebih tua dari lo, Alesha!"

   "Dan kalo perlu gue ingetin, gue pengin lo hanyut di sungai kaya kembaran lo itu!" tegasnya lalu tersenyum miring.

   Sudah ku duga, pelakunya adalah Lia. Tapi, dia malah nyalahin Alesha dan nuduh Alesha adalah pelakunya.

***

QUEEN'S LIFE [COMPLETED]Where stories live. Discover now