Jiro | Tujuh

10.1K 673 12
                                    

happy reading💓

***

"Bunda!"

Suara yang berasal dari lantai 2 kediaman Arsenio membuat Katrina menoleh ke arah tangga. Ia sedang membantu pelayan menyiapkan sarapan untuk pagi ini. Dilihatnya sosok Jiro yang masih menggunakan piyama dengan motif gambar gajah dan jerapah. Di tangannya ada botol susu kosong yang akan ia berikan pada Katrina.

"Hei, Jiro sudah bangun? Bagaimana tidurnya?" Tanya Katrina begitu tubuh mungil itu sudah berada di gendongannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hei, Jiro sudah bangun? Bagaimana tidurnya?" Tanya Katrina begitu tubuh mungil itu sudah berada di gendongannya. Ia menyerahkan urusan dapur pada pelayan. Meskipun tadinya ia ingin memasak sarapan untuk suami dan anak-anaknya, tetapi gagal karena si bungsu sudah bangun lebih awal.

"Mimpi indah, Bunda!" Jawab Jiro dengan semangat.

"Wah, Jiro bermimpi apa memangnya?"

"Jiro mimpi lagi liburan di kota yang penuh sama cokelat dan marshmallow! Di sini ada yang kayak gitu nggak ya, Bun?" Tanya Jiro polos.

Katrina tergelak mendengar pertanyaan polos yang meluncur dari bibir Jiro. "Tidak ada, sayang. Adanya toko cokelat dan marshmallow."

"Oh, seperti itu ya? Kapan-kapan Jiro boleh kesana? Sama Bunda, Ayah, dan Abang."

Katrina menganggukkan kepalanya. "Boleh. Nanti kita bilang pada Ayah ya? Supaya Ayah bisa mengatur jadwal liburan untuk kita."

Jiro memeluk leher ibunya. "Bunda, Jiro mau susu. Ini botol kotornya." Ucap Jiro sambil menyerahkan botol susu kosong.

Selain pacifier, meminum susu lewat botol juga merupakan kebiasaan baru Jiro. Anak itu kelewat nyaman ketika bisa minum susu lewat botol. Katrina membiarkan hal itu karena jika dilihat ke belakang, pasti Jiro belum pernah minum susu lewat botol. Jadilah, ia meminta Eron untuk membelikan beberapa botol susu lain untuk Jiro.

"Ingin dibuatkan Bunda atau bibi?"

Jiro tampak berpikir. "Hm, Bunda saja. Yang rasa madu,  boleh tidak, Bunda? Tadi malam kan sudah yang rasa vanila."

Katrina tersenyum, lalu menurunkan Jiro di kursi dekat pantri, "boleh, sayang. Sebentar ya? Bunda buatkan susunya."

Ia langsung membuatkan susu hangat untuk si bungsu dan dimasukkan ke dalam botol susu lain yang masih bersih. Wanita itu kemudian memberikan botol susu itu pada Jiro lalu membawa kembali tubuh anak itu untuk kembali ke kamarnya. Karena ini masih terlalu pagi untuk si bocah bangun dari tidurnya. Sekalian Katrina ingin membangunkan sang suami.

"Bwundwaa? Mwau bwangwunwin Aywah?" Tanya Jiro dengan suara yang kurang jelas karena mulutnya tersumpal nipple elastis.

Katrina mengangguk. "Iya, sayang. Ayah harus bangun dan berangkat ke kantornya."

Jiro melepas nipple elastis itu. "Terus, kenapa Bunda gendong Jiro lagi ke kamar? Kan ini sudah pagi."

"Sekarang masih terlalu pagi untuk kau bangun. Biasanya kan kau bangun jam 9 pagi, ini masih pukul 5 pagi, sayang. Setelah Bunda menyiapkan keperluan untuk Ayah, nanti kau harus tidur lagi bersama Bunda, oke?" Katrina membaringkan tubuh Jiro di samping Eron yang masih terlelap.

JIRO [ END ]Where stories live. Discover now