Part15. Tinggal Satu Rumah

29 4 1
                                    

"Kami baik-baik saja. Terima kasih. Oh ya, bagaimana bisa Kau bersama nona Tazia?"

"Tanyakan itu padanya!"

"Aku malas menjawab," cetusnya saat Barac hendak membuka suara.

"Aku harus pulang," ucapnya kemudian berbalik, namun Tazia segera menghentikannya, membuat Asken mendelik.

"Apa lagi?"

"Kau tidak bisa meninggalkanku. Kalau penjahat itu datang lebih banyak lagi bagaimana?"

"Nona Tazia benar. Kami harap nona Tazia bisa ikut bersamamu!"

"Lalu apa tugas kalian?" tanya Asken tajam membuat Barac bungkam.

Asken sangat lelah, mengurus misinya saja sudah kewalahan, dan sekarang dia harus menjaga Tazia, yang tentunya akan sangat membuatnya  kewalahan. Hellow dia itu sniper bukan penjaga wanita.

"Mereka bekerja tidak becus. Dimana Feric? Apa dia menghilang?"

Benar. Barac melihat sekeliling, tidak ada Feric disana. Ia baru sadar, setahunya dari awal penjahat itu datang, Feric tidak berada di sana.

"Dimana Feric?" tanya Asken dengan tatapan dingin.

"Kami tidak tau. Dari awal penjahat ini datang, kami  sama sekali tidak menemukan keberadaan Feric," jelasnya membuat kening Asken berkerut.

"Tidak kelihatan? Jadi dia menghilang?"

Mereka semua mengangguk.

"Kalian sebaiknya tinggalkan mansion ini! Tazia, ayo ikut!" Asken menarik tangan Tazia menuju  mobilnya.

"Kita mau kemana?" tanya Tazia.

"Kau akan tinggal sementara bersamaku," jawabnya singkat lalu memutar kemudi meninggalkan mansion.

"Tapi Kak Alken?"

"Akan ku kabari nanti."

"Baiklah."

Tazia bernafas lega, setidaknya dia aman bersama orang yang tepat. Dia yakin Asken orang yang bertanggung jawab dan bisa melindunginya kapanpun itu.

***

Tazia menatap heran suasana di hadapannya. Pandangannya mengedar ke sekeliling. Rumah-rumah disana berjejer dan tampak kumuh.

"Ayo masuk!" ajaknya berjalan mendahului Tazia.

Diam, Tazia tidak bergerak sedikitpun, membuat langkah Asken terhenti. Ia kembali berbalik menatap Tazia lalu mendesah pelan.

"Tunggu apa lagi? Ayo!"

"Ayo? Kemana?" tanya Tazia polos.

"Ck, tempat tinggalku ada disini. Kau bilang ingin tinggal dengan ku 'kan?" jelasnya.

"Iya, tapi ..."

"Tapi apa? Kumuh?"

Tazia menelan ludah kasar, lalu mengangguk pelan.

"Itu tidak penting, yang lebih utama adalah keselamatanmu. Mereka tidak akan curiga kalau Kau tinggal disini," paparnya membuat Tazia berfikir sejenak.

"Kau benar. Baiklah."

"Asken."

Asken dam Tazia menoleh bersamaan saat seorang gadis berlari ke arah mereka. Dia adalah Safira.

"Dia siapa?" tanya Tazia.

"Anak pemilik dusun."

"Hai," sapanya pada Asken, namun detik berikutnya senyumnya memudar saat melihat Tazia.

Sniper [End]Where stories live. Discover now