"Midi! Midi!"
Apa lagi ini? Lagi-lagi, dia berteriak sambil menangis. Bisa aku tebak, dia sedang—
"Midi! Sakit! Cepet sini!
—sakit. Bener, 'kan?
"Kenapa lagi, Mica?" Aku mengucapkan itu dengan jengah—dan dengan senyumanku yang selebar badan Doraemon.
"Huhu, pusing Midi. Tolong kasih Mica obat merah, huhu."
Hah? Obat merah, untuk pusing? Obat merah itu betadine, 'kan? Mica sebenarnya waras atau tidak, sih? Bodo amat, deh. Kalau obat merah, sih, tersedia di rumah, jadi gak perlu ke apotek lagi, deh.
Herannya, ketika aku memberikan obat merah, Mica memandangku dengan ... aneh?
"Bukan ini, Midi!"
"Terus yang mana, Mica? Yang namanya obat merah, ya, itu!"
"Yang ini!"
Selepas melihat kertas berwarna merah bergambar dua orang yang tengah tersenyum lebar pun aku buru-buru menjauh dari Mica. Menjauh dari kebodohan. Muak aku, tuh, muak!
KAMU SEDANG MEMBACA
Jurnal
Acak[Spesial b'day mi casa ke-3 dan ke-4] Kenapa waktu berjalan maju? Bagaimana jika rumah kosong itu ternyata rumahku di masa lalu? Jika kembali ke masa lalu, apa yang ingin aku ubah? Di dunia lain, apakah ada diriku yang lain? Kalau saja aku bisa melu...