Part 1

2.4K 331 14
                                    

Awas typo menodai mata!
Selamat membaca

-
-
-
-
-
-
-

Luksemburg, 20.00

Di sebuah mansion mewah, seorang pria lanjut usia meletakkan kertas yang baru saja di bacanya, kemudian melirik ke bawah. Dimana ada cucu kecilnya yang sedang menggambar, sudut bibirnya berkedut karena melihat hasil gambar sang cucu.

"Luca siapa yang kau gambar itu?" tanya pria tua tersebut, dia Aurengga Oswald. Sosok kepala keluarga di kediaman Oswald, tegas dan berwibawa memiliki sisi lembut hanya untuk orang-orang terdekatnya.

"Luca gambar kakek sama nenek, terus yang di tengah ini Luca." jawabnya sambil tersenyum manis, membuat hati Aurengga tergelitik.

Luca Mikelle Demian Oswald, anak laki-laki berusia 12 tahun. Cucu bungsu Aurengga, memiliki badan paling kecil diantara cucunya yang lain, wajahnya terlihat manis dan tampan secara bersamaan. Sosok yang periang dan hangat, semua orang yang melihatnya pasti akan langsung jatuh cinta.

"Luca kemari." Aurengga menepuk tempat kosong di sebelahnya, Luca langsung menghampiri sang kakek kemudian duduk.

"Luca anak baik kan."

"Umm, Luca memang baik."

Aurengga tersenyum tipis kemudian mengusap pelan rambut halus cucunya.

"Luca mau menuruti permintaan kakek." ucap Aurengga kembali.

Luca mengangguk cepat, tentu saja dia akan. Kakeknya ini adalah super heronya, walaupun sudah tua tapi masih kuat menggendongnya.

"Besok Luca pulang ya, ke rumah Mama sama Papa Luca."

Setelah mendengar ucapan Aurengga, Luca langsung menolak mentah-mentah. Tentu saja, sudah puluhan kali Aurengga meminta hal ini dan Luca bersikeras menolaknya, dia tidak mau pergi. Kenapa kakeknya ini memaksa, apa karena Luca terlalu merepotkan.

"Udah di bilang Luca gak mau!"

Aurengga menarik bahu cucunya saat di rasa akan melarikan diri. Kali ini dia harus bisa meyakinkan anak ini untuk pulang, Aurengga heran kenapa Luca tidak ingin pulang ke rumah kedua orang tuanya. Dan lagi bukannya dia tidak mau merawat cucunya ini, tapi dia hanya ingin Luca mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Aurengga sadar jika selama ini cucunya diam-diam menangis saat malam hari.

"Sayang pulang ya, kasihan Mama sama Papa Luca. Mereka pasti sangat merindukan Luca." bujuk Aurengga kembali dengan ekspresi sedih, Luca semakin merenggut kesal dia itu tipe orang yang tak tegaan jadi dia langsung mengangguk dengan terpaksa.

Aurengga tersenyum lebar, dia mengecup sayang kepala cucu bungsunya. Anak yang tidak pernah dia duga akan bertahan sampai saat ini.

Dulu saat baru di lahirkan Luca di nyatakan mengidap penyakit jantung bawaan atau congenital heart disease, kelainan pada struktur dan fungsi jantung sejak lahir. Aurengga masih ingat saat ayah dari cucunya ini menolak untuk menggendongnya saat masih bayi.

Mereka keluarga Demian sibuk melihat kembaran Luca yang begitu sehat, sehingga melupakan si kecil Luca yang sangat butuh asi dari ibunya. Aurengga yang sangat marah langsung saja mengambil hak asuh Luca hingga sampai saat ini.

Dokter yang menangani Luca mengatakan jika anak ini tidak akan bertahan lama, usianya di perkirakan sampai 5 tahun. Tapi dokter hanya manusia biasa, bukan Tuhan.

Aurengga sangat bersyukur sampai sekarang cucu kecilnya ini masih di berikan kehidupan, anak yang di perkirakan tidak akan bertahan lama kini berceloteh ria di sampingnya.

Selama 12 tahun, Luca tinggal di Luksemburg dan selama itu pula mereka tidak pernah menanyakan kesehatan anak ini. Kejam, Aurengga akui mereka memang kejam begitu juga dengan putri semata wayangnya. Aerin Oswald, ibu kandung Luca.

"Kakek janji, Luca akan baik-baik saja."

Luca menatap Aurengga dengan kedua matanya yang tiba-tiba meredup, tidak ada binar menyilaukan lagi yang ada hanya kesedihan.

"Luca pasti merepotkan. Maafin Luca ya udah nyusahin kakek, uang kakek juga terbuang karena pengobatan Luca."

Aurengga menggelengkan kepalanya dengan cepat, dia tidak ingin mendengar lagi ucapan Luca.

"Jangan berbicara seperti itu nak, kakek tidak suka. Luca itu tidak merepotkan, uang kakek uang Luca juga jadi jangan merasa seperti itu sayang, karena Luca sangat spesial untuk kakek dan nenek."

Luca hanya diam, sampai dia mengucapkan sesuatu yang membuat Aurengga terdiam kaku.

"Luca itu penyakitan, Luca takut. Mereka pasti benci Luca, karena Luca pulang mereka kan udah buang Luca kakek."

.

.

Aurengga, Luca beserta istrinya Amaya sudah tiba di Indonesia. Ketiga orang itu memasuki mobil yang sama, di ikuti dua mobil Rolls-Royce Sweptail di belakang mobil Range Rover yang di naiki oleh Aurengga dan kedua orang tersayangnya.

"Luca kenapa sayang?" tanya Amaya saat menyadari Luca yang hanya diam sedari tadi. Biasanya anak di sampingnya ini akan mengoceh, melihat Luca yang hanya diam membuat Amaya heran begitupun dengan Aurengga.

"Luca takut nenek."

Amaya mengusap pelan wajah sang cucu, kemudian tersenyum lembut.

"Luca takut apa sayang."

"Luca takut mereka benci Luca." gumamnya namun masih terdengar jelas oleh dua orang di sampingnya.

Aurengga membawa Luca ke pelukannya, sedangkan Amaya mengusap pelan kepala belakang cucunya. Sudah berulang kali keduanya memberikan pengertian kepada Luca tentang masalah ini, tetapi sepertinya si kecil tetap merasa gelisah.

Aurengga dan sang istri memaklumi kegelisahan Luca, lagipula siapa yang tidak takut ketika pertama kali bertemu dengan keluarga setelah belasan tahun yang terlewat tanpa kedua orang tua.

"Luca tidak perlu takut, kakek janji Luca akan baik-baik saja." Aurengga berusaha memberikan ketenangan untuk cucunya.

"Kakek tidak akan pernah membiarkan siapapun melukai Luca, kakek pastikan itu." lanjut Aurengga membuat kedua mata Luca berkaca-kaca.

Bagi Luca kedua orang ini adalah cahaya hidupnya, jika Amaya adalah malaikat tak bersayap maka Aurengga adalah pahlawan tak berkuda yang selama 13 tahun merawatnya dengan baik.

Beberapa jam kemudian, mobil mewah milik keluarga Oswald memasuki gerbang mewah berwarna hitam yang otomatis terbuka saat alat sensor di depan gerbang mengenai lambang keluarga Oswald yang terletak di bagian depan mobil.

Luca menatap kagum kawasan mansion mewah di sekitarnya, begitu indah dan asri. Mobil berhenti di depan sebuah bangunan mewah bak istana, mansion keluarga Demian.

Pintu mobil di buka oleh salah satu bawahan keluarga Oswald, sang kepala keluarga keluar terlebih dahulu di ikuti sang istri yang menggenggam pergelangan tangan cucunya.

Para bawahan keluarga Demian terlihat kaget saat melihat anak laki-laki yang berada di tengah-tengah antara Aurengga dan Amaya, anak itu sangat mirip dengan tuan muda bungsu mereka. Seperti pinang di belah dua, yang membedakan hanya wajahnya yang terlihat manis dan tampan secara bersamaan.

Kedua matanya memiliki sorot menenangkan, garis wajahnya terlihat begitu halus dan lembut. Berbeda dengan tuan muda mereka yang memiliki sorot tajam dan garis wajah yang terlihat tegas.

Tbc

Please vote dan komen

LUCAOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz