Part 4

1.3K 241 23
                                    

Awas typo menodai mata!
Selamat membaca

-
-
-
-
-
-
-

Hari menjelang malam, setengah dari anggota keluarga Demian sudah pulang ke kediaman utama. Jackson menatap ekspresi gusar dari wajah Helios, dia sudah tahu perihal kedatangan orang tua Aerin dan kembaran Lino.

Suara ketukan sepatu terdengar dari arah tangga, disana mereka melihat Amaya menggandeng Luca yang terlihat antusias. Sepertinya anak kecil itu sedang menceritakan sesuatu kepada neneknya. Aerin menatap keduanya dengan sendu, seandainya saja dia tidak egois sekarang dia pasti berada di posisi ibunya.

Mereka semua langsung pergi ke ruang makan, Luca duduk di tengah-tengah kakek dan neneknya.

"Luca mau makn apa sayang?" Amaya bertanya dengan lembut.

"Luca mau mam telur sama sayur itu."

Amaya segera mengambilkan makanan tersebut dan menaruhnya di piring Luca, Aerin lagi-lagi memandang sendu keduanya. Hatinya terasa sakit, dia merasa begitu bersalah.

Luca yang pertama selesai dengan makanannya, dia menatap Gelato di samping laki-laki yang kakeknya sebut sebagai kembarannya. Lino dia sendiri sadar akan tatapan Luca, dia tersenyum kecil kemudian memberikan Gelato tersebut kepada Luca.

"Adek mau ini?" tanyanya.

Luca mengangguk antusias, tentu saja dia mau. Lino terkekeh pelan melihat reaksi kembarannya kemudian memberikan dessert favoritnya kepada Luca.

"Makasih." ucapnya dengan pelan, namun karena suasana begitu hening suara Luca terdengar oleh mereka semua.

Setelah selesai makan malam semuanya langsung berkumpul di ruang utama, Lino mencoba mendekati Luca. Dia duduk di samping Luca yang sedang selonjoran di karpet bulu sambil menonton televisi.

"Ekhem." dehem Lino dia tidak tahu harus berbicara apa kepada kembarannya ini.

Luca menoleh dan tersenyum lembut. Satu kata yang terpikir oleh Lino, manis wajahnya benar-benar manis, kelopak matanya berbentuk seperti bulan sabit tiap kali tersenyum matanya seolah ikut tersenyum. Lino tidak tahu bagaimana bisa kembarannya ini begitu manis padahal wajahnya terlihat sangar dan dingin itulah yang sering dia dengar dari orang-orang di sekitarnya.

"Em, adek apa kabar?" Lino bertanya dengan hati-hati, dia tidak mau membuat Luca merasa tidak nyaman dengan kehadirannya.

"Adek baik." jawabnya sambil tersenyum.

Mendapat respon baik, Lino langsung merapatkan tubuhnya dengan sang adik

"Nama kakak siapa?"

"Lino."

Luca mengangguk singkat, jadi ini kembarannya. Apakah dia boleh sedikit berharap kepada Lino, bukankah anak kembar terikat satu sama lain. Apa mungkin Lino bisa tahu perasannya karena mereka kembar?

"Adek kenapa?"

Kedua mata cerah Luca mengerjap lucu kemudian dia menggeleng pelan, Lino mengusap pelan pipi tembem Luca dengan ibu jarinya. Aerin perlahan mendekat dan duduk di samping kiri Luca, sebagai ibu bukankah dia harus dekat dengan anaknya. Bukan harus tapi itu kewajiban!

"Luca suka Gelato ya."

"Hum! Enak manis Luca suka!"

Mendapat respon antusias dari Luca membuat hati Aerin membuncah bahagia, apakah Luca akan memaafkannya.

"Nanti akan Mama buatkan yang spesial untuk Luca." ucap Aerin, apapun akan dia lakukan demi Luca. Anak yang dulu dia terlantarkan, betapa kejamnya dia karena telah menyia-nyiakan makhluk mungil yang Tuhan titipkan. Jika anak ini membencinya maka dia memang pantas menerimanya.

"Wah janji ya nanti Luca akan habiskan." serunya kemudian menyodorkan jari kelingking di hadapan Aerin.

"Mama janji." jawab Aerin sambil mengaitkan jari kelingkingnya dan jari kelingking sang putra.

Aerin tidak sanggup meminta maaf bukan karena dia tidak mau tapi dia takut dengan jawaban Luca.

Disisi lain, Aurengga dan Amaya tersenyum lembut melihat interaksi Luca dan ibunya. Momen inilah yang selama ini mereka tunggu-tunggu, selama 12 tahun ini mereka tahu Luca begitu mengharapkan sosok kedua orang tua di hidupnya, mereka berharap keputusan kali ini akan berakhir baik.

.

.

Pagi-pagi sekali Luca sudah berada di taman samping kediaman Demian, dia duduk di ayunan sambil melihat langit yang terlihat sangat indah menyambut kemunculan sang matahari.

Luca merasa bosan, dia segera kembali masuk ke dalam. Suasana masih terlihat sepi, sepertinya keluarganya masih belum bangun.

"Ekhem."

Luca terlonjak kaget, kemudian menoleh ke belakang.

Helios menyilangkan kedua tangannya di depan dada sambil menatap datar kearah salah satu anak kembarnya.

Luca melemparkan tatapan menyelidik kearah Helios, pria ini adalah ayahnya. Dia tahu, wajah tampan dengan sorot mata yang terkesan datar dan dingin itu seolah menguliti Luca yang tampak diam dengan tatapan lurus kearah Helios.

"Kenapa disini?"

Luca tersentak kaget mendengar suara berat dari sosok di hadapannya.

"Papa bertanya Luca?" tanya Helios kembali, ada perasaan menggelitik saat dia mengucapkan nama sang anak.

Luca menggelengkan kepalanya pelan, dia bingung harus menjawab apa. Helios menghela nafas pelan kemudian mensejajarkan tubuhnya dengan sang anak, dia tersenyum lembut sambil menyentuh wajah kecil menggemaskan yang tersaji di hadapannya.

"Ini Papa, Papanya Luca sayang." lirih Helios di akhir, seandainya saja waktu dapat di putar kembali mungkin dia tidak akan egois menelantarkan putranya. Ya, dia akui jika dia memang menelantarkan salah satu putra kembarnya.

"Papa." lirihnya. Luca terlalu takut untuk memanggil Helios dengan keras, takut jika semua ini hanya angan-angan belaka.

Helios tidak dapat menahan perasaan di hatinya, dia langsung membawa tubuh kecil sang anak ke pelukannya. Mendekapnya dengan erat seolah-olah tidak ada hari esok untuk dia dan putranya, kepalanya mendongak untuk menghalau air mata yang akan jatuh.

"Maafkan Papa sayang, maafkan pria pengecut ini nak."

Suara Helios terdengar lirih.

Dari lantai atas Aurengga melihat semuanya, dia tidak ingin Helios mendapatkan permintaan maaf dari cucunya semudah itu. 12 tahun bukanlah waktu yang sebentar, jika anak itu memaafkan Helios lalu dimana letak pembalasannya. Aurengga sungguh tidak terima.

Tbc

Please vote dan komen

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: Nov 19, 2023 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

LUCAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt