Menunggu Dalam Rasa Sakit

Tekad dalam Langit Malam

            Dalam kegelapan malam yang sepi, hatinya berharap semoga kata-katanya bisa menyentuh hati orang itu. Mungkin, mungkin saja hati yang terpilih merasakan keindahan cinta yang tumbuh dan berkembang dalam hatinya. Dan dalam kegelapan itu, dia memohon pada bintang-bintang di langit untuk memberinya jawaban. Jawaban yang akan mengubah hidupnya selamanya.

              Namun, bintang-bintang itu hanya diam dan tak memberi jawaban. Keheningan malam semakin menyelimuti dirinya dan membuatnya semakin gelisah. Dia merasa sendirian, seperti terkunci dalam dunianya yang sendiri.

              Tapi di tengah ketakutannya, dia ingat janjinya pada hatinya sendiri. Ia tidak akan pernah menyesal mencoba menunjukkan perasaannya, walau hasilnya tak sesuai dengan harapannya.

               Dalam diamnya malam, dia terus memikirkan kata-kata yang ingin diucapkannya pada orang yang dicintainya. Dia ingin orang itu tahu bahwa dia siap menjelajahi hidup bersama, saling melengkapi dalam kebahagiaan dan kesedihan. Dan jika takdir memang mempertemukan mereka, ia akan mencintai orang itu dengan sepenuh hati.

              Hingga suara gemercik air di dekatnya mengingatkannya akan janjinya pada dirinya sendiri. Ia akan mencoba dan tidak menyerah. Karena cinta adalah anugerah terindah yang pernah ia terima dan ia siap untuk mengemban amanah itu dengan segenap hati.

              Dalam langit malam yang indah, dia merenung. Mungkin jawaban itu tak segera ia dapatkan, tapi ia yakin suatu saat ia akan tahu. Dan dalam hatinya, ia menjanjikan bahwa ia akan terus mencintai tanpa pamrih, dan tak akan menyerah pada takdir.

               Malam itu, langit menjadi saksi dari tekadnya. Sebab cinta tak melulu soal menang atau kalah, tapi tentang keberanian dalam mengekspresikan perasaan dan keyakinan pada takdir. Dan dia, takkan pernah menyerah pada keyakinannya untuk mencintai dan dicintai.

#end of prolog