7

1.2K 158 1
                                    

Karina terdiam, sedikit terkejut dan entah kenapa ingin menangis.

"Eh loh, Rin? Kenapa?"

Windu yang menyadari hal tersebut sedikit kelabakan dibuatnya. Apa dia hampir membuat anak orang menangis? tapi apa salahnya?

Karina akhirnya tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca

"Makasih ya, Windu."

Hanya kalimat itu yang akhirnya keluar dari mulut kecil Karina.

Windu sedikit terkejut. Namun sedikit lega karena setidaknya dia bukan alasan Karina ingin menangis, atau kalau meman iya, paling tidak itu bukan alasan yang buruk. Jujur Windu bingung, namun biarlah, yang penting perempuan cantik didepannya ini sudah tersenyum. Nanti, jika sudah saatnya mungkin hari ini akan jadi perbincangan kecil yang lucu dan hangat di masa depan.

Malam itu berakhir dengan Windu yang mengantar Karina pulang ke rumahnya. Tentunya sedikit memaksa, karena Karina menolak dengan alasan rumah Windu berlawanan arah, jauh dari rumahnya. Namun keras kepala bapak sepertinya menurun ke Windu. Dan disinilah mereka, di depan pagar rumah Karina.

"Win, makasih banyak ya? kamu mau turun dulu?" Karina tersenyum hangat ke arah Windu.

Windu membalas senyuman Karina.

"Um pengen sih, ga enak juga kalo ga turun, tapi sekarang udah jam 10, emangnya gapapa?"

Belum sempat Karina menjawab pertanyaan Windu, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kaca dibagian penumpang.

Itu kakak Karina, Tiffany.

-----------

"Dari mana?"

Nampaknya ini anak sulung keluarga Yudayana batin Windu yang saat ini berdiri disamping Karina didepan pintu mobilnya sendiri.

"Kantor lah, mbak" jawab Karina singkat

Tiffany lalu melihat ke arah wanita di samping Karina

"Halo, ini temennya Karin?"

"Halo kak, iya saya temannya. Windu." Kata Windu sambil menawarkan jabatan tangan pada Tiffany

Tiffany membalas jabatan tangan Windu sambil tersenyum. Satu yang Windu sadari setelah itu adalah, Karina dan kedua kakak perempuannya memliki senyum yang serupa, mata mereka akan ikut tersenyum. Namun menurut Windu, entah kenapa, masih senyum Karina lah yang memiliki efek sihir terhadap dirinya.

"Saya Tiffany, kakaknya Karin yang pertama. Makasih ya sudah antar Karina, lain kali jangan pulang malam-malam ya, Windu"

"ih mbak fany apaan sih!" Karina mencubit lengan kakaknya sambil sedikit berbisik

"Eh, iya maaf kak, tadi keasikan ngobrol soalnya jadi lupa waktu" Jawab Windu sambil mengusap tengkuk lehernya, tentu dia merasa tidak enak akhirnya.

"Nggak, ga papa Win gausah minta maaf, emang suka sok protektif aja nih kakak ku yang satu ini"

"Eh loh Karina baru pulang juga?" seorang perempuan yang baru saja keluar dari mobil ikut dalam obrolan mereka.

Dari tadi memang ada mobil yang sibuk parkir saat mereka berbincang, dan akhirnya ada perempuan berbadan tinggi yang keluar dari mobil SUV berwarna putih tersebut.

"Iya kak Seruni, eh kak kenalin ini temen aku, Windu, Win kenalin ini tunangannya mba Fany"

"OHH Temen ya?" Kata Seruni dengan nada bertanya berniat menjahili calon adik iparnya.

"Iya kak, saya temennya Karina" Windu kembali tersenyum lalu melihat ke arah Karina yang terlihat jelas dirinya sedang salah tingkah saat ini.

"Kalau gitu saya izin pamit dulu ya kakak-kakak, maaf ga mampir dulu ketemu om. tante dan kak Irene, sudah malam juga soalnya, sekali lagi maaf kalau saya antar Karina terlalu malam ya kak Tiffany" Kata Windu sambil setengah membungkukan badannya untuk menunjukan rasa maafnya.

AngosturaWhere stories live. Discover now