PROLOG

16 6 0
                                    

Ini soal Langit yang selalu menjadi perhatian banyak orang, dia selalu membawa atmosfer hangat bagi orang-orang di sekitarnya, siapa yang tidak bisa betah berlama-lama untuk mengukir banyak pengalaman bersamanya, dan tidak ada yang lebih beruntung dari Ragil, sahabat Langit, yang telah dipercaya untuk bisa menjadi bagian dari kehidupan Langit.

Mereka berdua, telah melalui banyak hal-hal rumit dalam proses pendewasaan mereka, namun, mau gimanapun, mereka berdua tetaplah dua anak remaja yang masih terus penasaran mencoba hal baru, banyak yang hadir dan tak banyak juga yang hilang dari mereka. Tapi dari setiap hal yang hilang dan rusak dalam hidup mereka, Langit dan Ragil selalu bisa belajar begitu pentingnya belajar menjaga apa yang telah mereka miliki lagipula, Langit gak pernah bosen bilang; "Besok kita benerin bareng-bareng ya, Gil."

Mereka itu selayaknya sepasang sepatu yang sama-sama melengkapi, gak peduli apa aja yang mereka injak, bagi mereka, saling bikin bahagia satu sama lain itu kunci persahabatan mereka, hal-hal baru yang mereka temui selalu meninggalkan jejak, entah itu senyuman ataupun luka, tapi mereka gak pernah takut, apalagi Langit, bagaimana dia bisa takut jika setiap perjalanan panjang dalam persahabatan mereka, Ragil gak pernah bosen bilang, "Udah gapapa, Lang, santai aja, kan ada gue, nanti gue bantu selesain ya."

Proses pendewasaan mungkin telah mengajarkan mereka kemauan untuk mengenali hal-hal baru, keberanian untuk meraih apa yang mereka mau dan  kesetiaan untuk menjaga apa yang miliki, sampai nantinya mereka berada pada titik paling akhir dari semuanya yaitu ...

*Suara notifikasi What'sapp*

"P" satu pesan masuk dari Ragil.

"Iya, Gil, kenapa? Lo masih kumpulan ya?" balas Langit.

"Lang, gue baru dapet kabar dari rumah, kakek gue meninggal, bisa pulang sekarang gak? Gue otw ke rumah nih"

"Inalillahi wa inailllaihi rojiun, seriusan Gil? Kok mendadak gini sih, maksud gue, ini seriusan? Gil, bentar ya gue izin dulu sama atasan gue"

"Dadakan gimana sih Lang, jangan bercanda plis, gue lagi panik ini, lo kira malaikat bakal nge-WA keluarga gue dulu gitu sebelum jemput kakek gue?"

"Iya iya, maaf 😭 ketemuan langsung di rumah lo ya."

"Sabar ya Gil, gue yakin lo bisa ikhlas kok ...."

"Gimana caranya, Lang? Gue nyesel banget jarang ngeladenin almarhum setiap kali ngajak gue ngobrol, bahkan di HP aja gue gak nemu sama sekali foto almarhum."

"Banyak cara buat ikhlas, Gil, satu-persatu, nanti belajar ikhlas bareng-bareng, lanjut di rumah ya, gue mau otw."

"Iya, Lang."

Seiring berjalannya waktu, apa yang telah hadir dalam hidup setiap manusia gak akan bertahan selama yang mereka bayangkan, ada masanya kita akan mendapati hari di mana kita dipaksa untuk melepas apa yang selama ini melekat dalam diri kita.

Proses paling rumit dan akhir dari segala pembelajaran adalah mengikhlaskan, dan ini saatnya Langit, Ragil, serta Cahaya, bercerita mengenai setiap pengalaman tentang mengenali, menggapai, menjaga, hingga sampai pada titik untuk mengikhlaskan.


*Sampai bertemu pada cerita bagian pertama soal Langit ya ✨*

JANGAN LUPA VOTE DAN TINGGALKAN KENANGAN MEMBACA LEWAT KOMENTAR

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 09, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Merayakan HujanWhere stories live. Discover now