04 : Rekayasa

242 19 0
                                    

Selamat membaca ❤️

Mungkin Zoey sudah terbiasa. Sampai seluruh tubuh dan perasaanya jadi mati rasa.

Tidak sakit hati ketika melihat Ayah memperlakukan adik perempuannya itu penuh kasih sayang. Tidak lagi emosi ketika Ayah menganggap keberadaan Zoey seolah bayangan.

Barangkali Ayah sudah lupa kalau dirinya juga punya anak bernama Zoey Arvita.

Dirinya berhenti tepat di depan pintu rumah yang tertutup. Cukup lama Zoey hanya memandangi kenop pintu itu, tanpa menyentuhnya. Ia tidak ingin pulang secepat ini, tapi dia juga tak punya tujuan bila ingin pergi.

Setidaknya sampai dirinya cukup dewasa nanti. Sampai Ayah percaya kalau ia bisa mengurus dirinya sendiri. Mungkin saja, akan ada hari dimana ada kesempatan Zoey bisa terbebas dari keluarga ini.

Selesai memantapkan diri, Zoey akhirnya membuka pintu itu.

"Kak Zu!"

Seorang bocah  imut tersenyum ringan. Berlari kecil kearah pintu tak berselang lama saat Zoey melangkah masuk ke rumah.

Leasha Azkia.

Namanya Asha. Berhenti didepan Zoey. Tangannya melingkar, merengkuh pinggang Zoey walau tak penuh semuanya.

"Kak Zu tau nggak? Asa tadi sekolah dipuji Bu guru. Katanya, PR yang Asa kerjain bener semua. Asa bilang aja kalau Kak Zu yang udah ngajarin Asa," terangnya riang.

Asha baru menginjak kelas dua SD. Perbedaan umur mereka yang terlalu jauh kadang membuat Zoey bingung harus memperlakukan Asha bagaimana.

Bocah ini masih terlalu kecil untuk dibenci. Terlalu polos untuk dimaki. Terlalu rapuh untuk disakiti.  Zoey masih punya hati untuk tidak melimpahkan segala perasaan negatifnya pada Asha. Adiknya ini memang menyebalkan.

Lantaran adanya dia. Semua hal yang Zoey punya jadi harus menghilang.

Aneh. Zoey tidak bisa membenci Asha, meskipun ia sangat ingin begitu. Apa mungkin karena Zoey tau bagaimanapun mereka tetap bersaudara? Bisa jadi pula karena Zoey terlalu takut. Takut Asha juga akan mengalami pahitnya kehilangan apa yang jadi harapan terakhir seorang anak kecil.

"Hai." Zoey menyapanya. Mengelus puncak rambut lembut gadis kecil itu dalam gerakan teramat kaku.

"Oiya, Asa nunggu Kak Zu biar bisa makan donat bareng." Asha meraih tangan Zoey. Jemari mungil itu menariknya dengan kekuatan tak seberapa agar mengikuti langkahnya yang lincah. Mereka berjalan lurus, berbelok melewati ruang makan dan berakhir di dapur.

Disana ibunya Asha sedang menumis bumbu.

Atau haruskah Zoey memperkenalkan sebagai ibunya juga?

"Ibu!" Asha memanggil.

Perempuan cantik yang masuk usia 30 tahun itu tersenyum manis. Sedikit tersentak saat melihat Zoey, tapi segera mengulas senyuman lembut.

"Zoey udah pulang?"

Siswi SMA itu mengangguk singkat.

"Ah, itu di kabinet ada donat. Ibu beli saat pulang dari jemput Asha sekolah tadi."

Erisha. Ibu sambung Zoey dan ibu kandung Asha. Dia kini memasukan potongan kacang panjang yang sudah diiris-iris. Tak selang berapa lama, Erisha menambahkan potongan tahu yang sudah di goreng ke dalamnya. Suara percikan minyak dan aroma harum yang menguar memenuhi dapur.

Zoey baru tersadar dari kegiatannya mengamati setiap tindakan tertata dan terencana tahap-tahap memasak dari ibu sambungnya, ketika Asha menarik tangannya kembali.

Minus + GeniusWhere stories live. Discover now