24 : Bohong

195 28 5
                                    

Maaf.. dan makasih ya..

Aku buka wattpad dan kaget banget ternyata banyak yang mampir buat baca cerita ini😊

Aku malem ini ngerasa kaya.. lelah banget, baru pulang. Lelah badan, lelah hati dan lelah pikiran. Akhirnya aku kepikiran Liv dan teman-temannya. Walau barangkali chapter ini sedikit kacau.. tapi semoga suka..♥️

Dan satu lagi. Buat kalian yang sedang dalam masa hetic atau baru aja melangkah ke dunia baru.. kaya.. dunia kerja misalnya. Semangat ya!

Buat yang masih sekolah, semangat juga😊✨

Selamat membaca ♥️

"Permisi, tau nggak kelas IPA 3 ada di sebelah mana?"

Langkahnya otomatis berhenti. Untuk beberapa saat, indra penciumannya terbuai oleh aroma pelembut pakaian yang wangi. Seragam baru yang di setrika licin. Tas ransel apik dengan gantungan kunci kecil milik lawan bicara yang baru saja bertanya padanya.

Jo hampir tenggelam begitu bersitatap dengan ceruk netra si gadis yang dalam.

"Eh, sorry-sorry." Seolah menemukan kesalahan, siswi tahun ajaran baru itu meralat ucapan yang sebelumnya agar terkesan lebih sopan. Jemarinya bergerak menjepitkan anakan rambut yang lolos dari kuciran ke belakang telinga.  "Harusnya gue memperkenalkan diri dulu ya?"

Lagi-lagi, Jo tertegun.

Emang ada ya perempuan seanggun ini di dunia?

Jo rasa.. dia baru saja menemukannya.

"Nama gue Liv Maharani."

Tangan Liv terulur. Jo suka kadar rasa percaya dirinya yang tinggi.  Segera ia menyambut tangan itu sama hangatnya. Tangan Jo yang lain bersembunyi di belakang pinggang menggenggam erat. Menahan diri agar tidak jumpalitan di tempat.

Peringatan untuk jantung, agar harap tenang! Tenang oke?! Dia membatin was-was

"Jonathan Prawira." Cowok itu berdeham. Menerbitkan senyum jenaka andalannya. "Panggil aja Jo. Jangan Nathan, soalnya disini nggak ada Salma."

Gadis itu tertawa renyah.

"Panggil gue Liv aja kalau gitu."

Jo mengangguk. Teringat sesuatu.

"Tadi lo cari kelas IPA 3?"

"Iya, gue tadi masih ada di ruang guru cukup lama, jadinya nggak denger kakak-kakak panitia bilang apa."

"Lo beruntung ketemu gue."

Dan gue ngerasa beruntung ketemu lo. Lelaki itu memendam suaranya kembali dari pangkal tenggorokan.

"..ya?" Alis Liv bertaut. Tidak terkoneksi.

"Soalnya gue juga mau kesana." Jo merogoh saku. Memperlihatkan kertas kecil berisi data diri dan penempatan kelas yang ia peroleh untuk kedepannya. "Gue juga dapat IPA 3."

Senyuman Liv terbit seketika.

Akhirnya..

***


Katanya, kita adalah pemeran utama di cerita kita sendiri.

Iya, pemeran utama. Namun dalam gendre yang berbeda-beda.

Bagi Jonathan Prawira, di gendre romansa yang ia punya. Si pemeran utama perempuannya sudah diisi oleh Liv Maharani.

Gadis manis yang dalam pandangan pertama ketika masa perkenalan sekolah sudah mencuri hatinya. Jo suka saja. Senyum manis Liv. Wajah seriusnya ketika belajar. Keaktifan di kelas. Jiwa ambisnya. Liv itu gadis baik yang ramah senyum. Ceria. Pembawaannya kalem dan orang paling netral di kelas.

Minus + GeniusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang