why?

1K 109 6
                                    

=GIGOLO=

"Morning"

Jaehyun menoleh seketika dari kursi makan, melihat Jeno menyapa para asisten rumah, dan juga pekerja lainnya dengan senyuman yang fresh.

pria berkemeja biru tua itu masih pagi  menggulung lengan kemejanya sampai sesiku, mungkin saja jika di benarkan kembali akan kusut.

keadaan rumah menjadi ramai, saat sang pemilik turun setelah berpakaian rapi.

"tuan ingin di buatkan bekal atau bagaimana?"

"buatkan saya makan siang."

"baik"

semua pekerja mulai sibuk, dan menanyakan semua kebutuhan Jeno.

"siapkan kemeja ganti, saya bakal pergi nanti jam 10" tuturnya pada seorang lelaki yang menenteng map dalam himpitan tangannya, mengangguk melaksanakan perintah sang atasan, setelah bercengkrama dengan bawahannya Jeno berjalan menuju ruang makan untuk sarapan.

mendudukan diri pada kursi di hadapan Jaehyun, dan menunggu tuangan air putih kedalam gelasnya dan mengambil hidangan yang sudah tersaji lengkap diatas meja makan, Jaehyun hanya memandangnya sekilas tak peduli dan masih memilih untuk asik menikmati makanannya.

tak hirau akan senyuman tipis Jeno yang di berikan untuknya.

Jeno mengerenyit.

apa sedari kemarin Jaehyun mengalami mood yang buruk seperti ini. Jeno tak langsung memakan sarapannya, pria itu berdeham beberapa kali mencoba mengambil atensi Jaehyun namun nihil tak bisa.

"ini masih pagi, kenapa kamu murung kayak gitu?" tanya Jeno.

"senyum" titahnya, namun Jaehyun abai.

"hei, senyum. saya mau lihat kamu senyum"

Jaehyun menghembuskan nafas panjang panjang "gue gamau debat please, jangan paksa paksa. mau gue senyum atau enggak bukan urusan lo" balasnya.

"tapi ini masih pagi, mood kamu anjlok terus. ada gak hal yang bikin kamu seneng? kayaknya saya pikir kamu murung terus" Jaehyun berdecak "yang seharusnya lo pertanyain itu pikiran lo!"

"ada gak si di dalam pikiran lo. gue bakal seneng hamil kayak gini, lo kira enak, lo kira nyaman" gertaknya.

"enggak! gue gak nyaman gue gak suka."

Jeno menatap Jaehyun seksama yang menggertak, menghempas kasar alat makan yang di gunakan.

kembali perihal ini.

Jeno sudah muak dengan pembicaraan ini, tidakkah seharusnya Jaehyun tak perlu memusingkannya terlalu dini, Jaehyun harus berfikir untuk keadaanya terlebih dahulu, dokter menyarankan agar Jaehyun tidak stress berlebihan, Jeno sudah menjaga jaga agar pria itu tetap positif namun pemikiran Jaehyun sendiri yang membuatnya sakit terus menerus.

tidak menanggapi pria April itu hanya diam mendengarkan keluh kesah Jaehyun, mau bagaimana?! apa ini kesalahan Jeno semua, apa ini kemauan Jeno!

tidak ada yang menginginkan, jika Jeno brengsek sudah Jeno biarkan pria itu tanpa tanggung jawab, terserah ingin di gugurkan atau di bunuh mahluk tak berdosa itu, Jeno tidak akan peduli jika saja Jeno berfikiran untuk tak terikat, namun sudah seberusaha apa Jeno mencari, frustasinya ia hingga jadwal yang tersusun rapi bersama agendanya harus berantakan.

"saya cuma mau kamu senyum, apa gak bisa?" Jeno berucap dengan nada rendah,

nafsu makannya sudah hilang, niatnya untuk sarapan sudah pupus, Jeno tak lagi ingin untuk menyentuh makanannya.

melihat keadaan yang memburuk, seorang wanita paruh baya mendekat, melihat kedua tuan nya bergantian, lalu berbisik pada sang tuan besar,

"maaf tuan, bukan ingin lancang. mungkin saja perasaan tuan Jaehyun sedang tidak baik, tidak usah terlalu di paksa" ujarnya, Jeno mendengarkan dengan seksama menatap pria di hadapannya, melengos sambil menggeretakan gigi dan memakan makanannya dengan tidak niat.

apakah itu beradab?

memakan makanan dengan ekspresi seperti itu, seperti tidak menghargai makanan.

"maaf sekali lagi tuan, bukan maksud mengajari atau bagaimana, saya merasakan sendiri, bagaimana fase awal saat hamil—

—wajarnya jika dalam kondisi hamil seperti itu, memang sangat sensitif, perasaanya kadang tidak menentu"

"bahkan bisa merasa bahagia dan menangis bersamaan" jelasnya.

Jeno mencuih, "tapi saya ngeliat mood dia gak pernah naik, turun terus, gak ada yang namanya senyum ataupun kalimat terimakasih!"

"gak pernah menghargai apapun, gak pernah bersyukur" tegas Jeno, "makan siang saya antarkan nanti! saya berangkat!" Jeno meletakan alat makan nya, meninggalkan ruang makan yang tadi ramai kini senyap, wanita paruh itu menyingkir dan menunduk, Jeno tidak terlalu menyerap apa yang di katakan.

Jaehyun terperanjat.

menghentikan kunyahan nya, melihat sosok Jeno pergi dengan kemarahan, apa salahnya?

kenapa para pelayan kini menunduk ketakutan, Jaehyun akui bahwa ucapan Jeno barusan benar benar menohoknya, biasanya Jaehyun tidak terlalu ambil pusing dengan cemoohan orang, namun entah karena perasaannya sedang sensitif akibat kondisinya saat ini atau memang Jaehyun yang terlalu berlebihan menanggapi, ia rasa kedua matanya mulai memanas.

Jaehyun tidak biasa dengan situasi aneh ini, menangis? mustahil. selama ini Jaehyun tidak pernah menangis tetapi kedua matanya tiba tiba memburam.

"tuan—

Jaehyun mendongak, menatap seorang pelayan yang berujar lembut "sudah makan nya?" Jaehyun mengangguk.

"mari istirahat" Jaehyun menerima ajakan tersebut, lelaki Februari itu bangkit dengan hati hati, mengusap usap kedua matanya yang memanas, meneguk ludah susah payah dan mengigit kuat bibirnya.

=GIGOLO=

GIGOLO [Nohyun]Where stories live. Discover now